Telusur.co.id - Oleh: Amir Hidayatulloh (Dosen Program Studi Akuntansi, Universitas Ahmad Dahlan)
Dalam satu dekade terakhir, generasi Z menjadikan media sosial sebagai ruang hidup utamanya. Media sosial tersebut digunakan oleh mereka untuk mencari hiburan bahkan mencari informasi keuangan. Pencairan informasi keuangan tersebut secara tidak langsung akan membentuk perilaku mereka dalam aktivitas menabung, investasi maupun aktivitas belanja. Namun, perlu diingatkan bahwa media sosial ini seperti mata pisau yang dapat memberikan manfaat maupun ancaman bagi penggunanya.
Generasi Z menyukai media sosial karena media sosial menawarkan tampilan yang menarik dan penggunaan mudah dipahami oleh mereka. Generasi Z dapat mencari hiburan atau belajar keuangan hanya dengan melakukan scroll. Dalam hitungan menit bahkan detik, generasi Z dapat menemukan konten terkait gaya hidup, investasi, hingga produk-produk yang sedang menjadi tren. Secara tidak sadar, kecepatan dalam memeroleh informasi ini menciptakan kebiasaan pengambilan keputusan diluar yang sudah direncanakan karena generasi Z dapat melakukan transaksi hanya dengan satu kali klik. Mereka melakukan kegiatan tersebut tanpa memikirkan manfaat jangka panjang.
Peran Konten Kreator Pada Keuangan Generasi Z
Salah satu yang membentuk perilaku keuangan generasi Z yaitu konten kreator. Konten kreator dapat membagikan konten-konten terkait dengan tips menabung, strategi investasi, serta strategi mengatur uang. Konten tersebut dapat menginsipirasi generasi Z untuk merencanakan masa depannya. Akan tetapi, perlu diingat bahwa tidak semua konten memberikan informasi yang edukatif. Beberapa konten kreator juga memberikan konten terkait dengan gaya hidup mewah atau bahwa mempromosikan produk finansial yang berisiko. Generasi Z seringkali mengambil langkah keuangan berdasarkan ego atau mengikuti tren semata tanpa mempertimbangkan kebutuhan. Akhirnya, perilaku tersebut akan menimbulkan budaya Fear of Missing Out (FOMO) pada generasi Z. Generasi FOMO adalah generasi yang merasa cemas atau takut ketika ketinggalan tren, acara, atau pengalaman menarik yang sering mereka lihat di media sosial. Generasi FOMO adalah generasi yang hidupnya sangat dipengaruhi oleh media sosial, merasa perlu untuk selalu mengikuti tren karena rasa takutnya akan kehilangan momen berharga yang dialami oleh orang lain.
Fenomena Paylater dan Konsumsi Berbasis Tren
Generasi z menganggap bahwa salah satu solusi keuangan yang fleksibel adalah playlater. Hal ini karena bagi mereka playlater menyediakan fitur-fitur yang mudah digunakan baginya. Namun, seyogyanya playlater dapat menimbulkan atau mendorong generasi Z memiliki hutang konsumstif yang menumpuk, terutama ketika tidak disertai dengan perencanaan yang baik. Generasi Z melakukan pembelian semata-mata hanya mengikuti tren saja bukan didasarkan pada kebutuhan. Bagi mereka “yang penting sesuai dengan tren saat ini”.
Budaya Keuangan “Sehat”
Agar informasi keuangan yang diperoleh generazi Z melalui media sosial menjadi ruang yang aman dan produktif, maka perlu dilakukan beberapa langkah. Langkah-langkah tersebut antara lain melakukan edukasi keuangan dan literasi digital sejak dini, termasuk didalamnya kemampuan memverifikasi informasi. Pemerintah, otoritas keuangan, dan penyedia platform digital berkerjasama untuk mengawasi konten yang dapat menyesatkan. Dari sisi kurikulum, sekolah maupun universitas dapat menyelenggarakan atau meningkatkan kurikulum keuangan praktis. Dengan demikian, generasi Z tidak lagi menjadikan media sosial sebagai sumber informasi yang utama. Sejatinya generasi Z adalah generasi yang memiliki peluang generasi yang familiar dengan teknologi, asalkan mereka mampu mengendalikan teknologi bukan dikendalikan teknologi.




