DPR Bongkar Dugaan Korupsi Biaya Haji 2022, Mark-Upnya Cukup Besar - Telusur

DPR Bongkar Dugaan Korupsi Biaya Haji 2022, Mark-Upnya Cukup Besar


telusur.co.id - Usulan Kementerian Agama (Kemenag) agar ada kenaikan biaya perjalanan ibadah haji (BIPH) 2023 sebesar Rp 69,19 juta menuai polemik ditengah publik. Alasannya, ongkos sebesar itu memberatkan para jemaah haji. 

Anggota Komisi VIII DPR RI, Abdul Wachid mengungkapkan, salah satu penyebab biaya haji membengkak, karena banyak komponennya yang dengan sengaja di mark up (dilebihkan). Contohnya gelang haji.

Wachid mengaku mendapat keterangan langsung dari para produsen gelang haji di kampung halamannya, Jepara, Jawa Tengah, bahwa biaya gelang haji hanya sebesar Rp5.000. Namun, biaya yang dianggarkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) adalah sebesar Rp30 ribu, atau lima kali lipat dari biaya sesungguhnya.

"Saya ini orang Jepara, dari dulu sampai sekarang yang bikin gelang haji itu orang Jepara, kampung saya. Saya sudah undang mereka dan saya tanya, berapa biaya gelang haji, mereka jawab dikasih harga Rp5 ribu. Tapi oleh Kementerian Agama gelang itu dihargai Rp30 ribu," kata Wachid saat dihubungi, Selasa (7/2/23).

Menurut Wachid, dirinya telah mengkalkulasi biaya gelang haji yang seharusnya hanya sekitar Rp1 miliar untuk 221.000 jemaah, namun dianggarkan lebih dari Rp7 miliar.

Bahkan, Wachid mengaku telah menyisir berbagai komponen biaya haji tahun 2022 yang nilainya mencapai Rp98 juta. Ia menemukan banyak sekali anggar yang tidak rasional.

"Jujur dari situ saya merasa berdosa karena telah memberikan persetujuan biaya haji 2022. Saya kecewa dengan berbagai komponen seperti pesawat, katering, hotel yang tidak sesuai. Bahkan sampai gelang haji pun saya tahu dan saya kecewa," kata Legislator Dapil Jawa Tengah ini.

 Apabila komponen biaya haji dihitung secara riil, lanjut Wachid, maka besaran biayanya tidak akan lebih dari Rp80 juta.

"Jadi biaya haji keseluruhan (2022) kalau kita hitung sekitar Rp20 triliun. Nah, itu dikorupsi 5 persen saja sudah Rp1 triliun. Padahal saya hitung (korupsi nya, red) lebih 5 persen, bisa 10 persen. Ngeri tidak? Orang ibadah kok dikorupsi. Kalau dia tahu, agama harusnya tidak korupsi. Ini watak saya, saya tidak takut (menyampaikan ini, red)," tegas Wachid. [Fhr


Tinggalkan Komentar