telusur.co.id - Kepercayaan diri militer Israel mulai goyah. Setelah sebelumnya menyatakan bahwa mereka bisa "mengakhiri perang dengan Iran dalam waktu seminggu," kini klaim itu resmi dicabut. Realitas di lapangan—berupa serangan rudal dan drone Iran yang masif dan terus menerus—telah memaksa militer Israel untuk meninjau ulang penilaian mereka secara menyeluruh.
Menurut laporan Haaretz, pimpinan militer Israel kini mengakui tidak ada lagi garis waktu pasti dalam konflik dengan Republik Islam Iran. Serangan balasan Iran, yang dinilai “tidak dapat diprediksi dan efektif”, telah menciptakan tekanan besar di dalam negeri dan mematahkan ilusi kemenangan cepat yang sempat digaungkan oleh militer Zionis.
Krisis terbaru ini dipicu oleh serangan udara Israel pada dini hari 13 Juni, yang menargetkan Teheran dan beberapa kota utama Iran. Serangan tersebut menewaskan sejumlah tokoh penting, termasuk: Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, Mayor Jenderal Gholamali Rashid, Mayor Jenderal Hossein Salami, Brigadir Jenderal Amir-Ali Hajizadeh, Dr. Mohammad Mehdi Tehranchi, Dr. Fereydoun Abbasi-Davani
Duka mendalam dan kemarahan rakyat Iran segera dijawab dengan tegas oleh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Sayyid Ali Khamenei, yang memperingatkan bahwa Israel “tidak akan luput dari hukuman.”
Iran kemudian meluncurkan operasi militer skala besar bertajuk True Promise III, yang menargetkan pusat-pusat militer dan infrastruktur strategis Israel. Hingga kini, operasi tersebut telah mencapai gelombang ke-18, menunjukkan ketahanan militer Iran dan kemampuannya menjaga momentum serangan.
Serangan balasan itu bukan hanya bersifat simbolik, melainkan merusak secara nyata sistem pertahanan Israel, serta memperdalam kekhawatiran di kalangan pimpinan militer dan politik Tel Aviv.
Haaretz mencatat bahwa kemampuan Iran dalam melancarkan serangan rudal presisi dan drone jarak jauh telah mengejutkan perwira-perwira militer Israel. Tidak hanya menghancurkan fasilitas militer, serangan-serangan itu juga menyingkap kelemahan strategis yang selama ini coba ditutupi oleh propaganda kekuatan militer Israel. “Ini bukan perang yang bisa ditentukan dalam hitungan hari. Kita memasuki fase ketidakpastian militer yang berisiko tinggi,” ujar seorang analis pertahanan Israel.[]