telusur.co.id - Inisiator Gerakan Kebangkitan Baru Nahdlatul Ulama Hery Haryanto Azumi mengungkapkan keprihatinannya atas konflik yang tengah terjadi di tubuh PBNU saat ini. 

Di tengah kompleksitas situasi yang sedang terjadi, dirinya mengakui bahwa upaya  mencari jalan keluar dalam waktu yang relatif singkat bukan semudah membalikkan telapak tangan kecuali adanya forum yang secara konstitusional bisa diterima oleh semua pihak sebagai sebuah solusi. 

"Yaitu sebuah Muktamar, baik yang luar biasa ataupun Muktamar dipercepat. Saya kira kalau kita berpegang pada cara berpikir ini, kita akan ketemu solusinya dalam jangka pendek,” tegasnya.

Lebih lanjut, Hery pun menjelaskan jika Muktamar sebagai sebuah solusi juga tidak mampu menjadi titik temu bagi semua pihak, maka konflik yang terjadi akan semakin larut dan beresiko vacuum of power bagi organisasi. 

"Karena secara hukum di pemerintahan, tanpa tanda tangan Ketua Umum, tanda tangan Rois 'Aam, tidak sah organisasi itu." Terangnya. 

Ia pun mendorong kepada seluruh pihak untuk bersama-sama merumuskan dan menyepakati solusi yang terbaik secara konstitusional agar bisa segera keluar dari permasalahan ini dengan suasana yang haru biru

"Dari Muktamar inilah kita bisa menjaga organisasi, bisa menjaga nama baik para ulama, bisa menjaga nama baik para pemimpin kita, tanpa ada keraguan di situ. Itulah tabayun terbaik,” pungkasnya. [ham]