telusur.co.id - Pernyataan Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas, aparat negara dapat berubah menjadi monster, mendapat kecaman dari Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid. Pernyataan Anwar Abbas itu dalam rangka merespons kisruh di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo.
"Komentar Anwar Abbas itu dalilnya apa? dasarnya apa?" kata Habib Syakur, dalam keterangannya, Kamis (10/2/22).
Menurut Habib Syakur, justru seharusnya publik berterima kasih kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, karena telah menyelesaikan peristiwa yang terjadi di Desa Wadas, dengan bingkai kasih sayang dalam kemanusiaan. Dan harus diingat bahwa seorang gubernur merupakan perwakilan dari pemerintah pusat.
"Kita sebagai anak bangsa harus berterima kasih kepada Bapak Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah, kita juga harus berterima kasih kepada Bapak Kapolda Jawa Tengah Achmad Luthfi yang telah bijaksana menyelesaikan semuanya. Yang telah tepat waktu bijaksana menyelesaikan permasalaha di Wadas," puji Habib Syakur.
Dirinya meyakini, proses pembangunan Bendungan Benner, mulai dari pembebasan lahan, dilaksana oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat dengan penuh kehati-hatian. Karena, pemerintah tentu tak ingin menggores hati rakyat.
Oleh karena itu, tegas Habib Syakur, Anwar Abbas sebagai seorang ulama tidak mengeluarkan pernyataan yang berpotensi menimbulkan kericuhan di publik.
"Ternyata teror of state itu tidak ada, hanya omongan biasa, hanya bualan biasa sebagai fitnah. Seharusnya Anwar Abbas sebagai seorang ulama harus mengeluarkan kata-kata yang sejuk, kata-kata yang mendamaikan," ungkapnya.
"MUI yang diwakili Anwar Abbas yang memprovokasi keadaan harusnya menenangkan masyarakat. Harus melihat masalah secara proporsional," tutupnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas, memberikan pendapatnya terkait kisruh yang terjadi di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Anwar menyesalkan tindakan represif aparat negara yang seharusnya bertugas melindungi rakyat. Ia pun menyebut aparat kini telah berubah menjadi monster.
"Hal ini tentu jelas sangat kita sesalkan dan sangat tidak kita inginkan karena dalam hal ini negara yang semestinya menampakkan sosok yang lembut dan mengayomi tapi wajahnya malah sudah berubah menjadi monster," kata Anwar Abbas dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 10 Februari 2022.
Anwar menegaskan tindakan represif yang dilakukan pihak kepolisian terhadap warga Wadas tak bisa diterima. Ia menegaskan tindakan itu sudah keluar dan bertentangan dengan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila dan UUUD 1945.
Anwar menilai sepatutnya polisi dapat bertugas menciptakan rasa aman, tentram dan damai di tengah masyarakat. Bukan yang terjadi malah sebaliknya mengambil tindakan represif.
"Sehingga tindakan yang seperti ini dalam bahasa buku bisa dimasukkan ke dalam kategori teror by the state, di mana yang melakukan dan menciptakan teror dan ketakutan di tengah masyarakat itu bukanlah individu dan atau jaringan teroris tapi adalah negara. Tempat dimana mereka sendiri tinggal," kata dia.[Fhr]