telusur.co.id - Kementerian Kesehatan Iran menyatakan bahwa tidak ada ancaman kebocoran radiasi yang membahayakan kesehatan publik menyusul serangan militer oleh Amerika Serikat dan Israel terhadap fasilitas nuklir negara tersebut.
Pernyataan ini disampaikan oleh Wakil Menteri Kesehatan Alireza Raisi pada Minggu (22/6), yang menekankan bahwa tidak ada fisi nuklir aktif di fasilitas yang diserang, karena tempat tersebut berfungsi sebagai pusat pengayaan uranium, bukan reaktor nuklir.
"Kerusakan yang terjadi, jika ada, hanya menimbulkan risiko terhadap staf di dalam fasilitas. Bahkan dalam skenario terburuk, dampaknya hanya mencakup area dengan radius 500 hingga 1.000 meter dari lokasi," jelas Raisi.
Raisi meyakinkan bahwa lokasi fasilitas nuklir seperti Natanz dan Fordow berada setidaknya 30 kilometer dari kawasan pemukiman, sehingga tidak menimbulkan ancaman langsung terhadap masyarakat umum.
Ia juga menegaskan bahwa penduduk sekitar tidak perlu mengonsumsi tablet kalium iodida (KI), yang biasa digunakan untuk melindungi kelenjar tiroid dari paparan yodium radioaktif dalam kondisi darurat radiologi.
"Sistem pemantauan kami tidak menunjukkan adanya kebocoran radiasi yang berdampak pada warga sipil. Selain itu, bahan nuklir yang telah diperkaya juga telah dikeluarkan dari fasilitas Natanz sebelum kejadian," tambah Raisi.
Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan internasional menyusul serangan yang dilaporkan menyasar sejumlah fasilitas nuklir utama Iran. Meski belum ada konfirmasi resmi dari pihak Amerika Serikat dan Israel, berbagai laporan mengindikasikan bahwa serangan tersebut ditujukan untuk menghambat kemampuan pengayaan uranium Iran.
Sementara itu, komunitas internasional terus memantau situasi dengan seksama, termasuk potensi dampak lingkungan dari eskalasi militer tersebut.[]