Jakarta Perlu Kebijakan Berwawasan Lingkungan dan Komunikasi Antarbudaya - Telusur

Jakarta Perlu Kebijakan Berwawasan Lingkungan dan Komunikasi Antarbudaya

Jamiluddin Ritonga

telusur.co.id - Setiap 22 Juni, Jakarta merayakan kelahirannya. Tahun ini Jakarta akan berusia 494 tahun.

Pengamat komunikasi Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga melihat banyak kemajuan pembangunan fisik tampak begitu pesat. Namun pembangunannya terkesan kurang tertata baik. Akibatnya, Jakarta terkesan hanya seperti kampung yang luas, bukan selayaknya perkotaan modern.

Penghuni Jakarta juga tampak semakin individualistis. Masing-masing  mementingkan dirinya daripada kepentingan warga yang lebih luas

Satu dengan lain memang saling berinteraksi tapi tidak terlihat kehangatan. Empati terhadap sesama warga tampak sangat rendah. "Padahal slogan Jakarta "maju kotanya bahagia warganya"," katanya.

Slogan ini tentunya harus tercermin pada kemajuan kotanya. Selain tertata rapih dan terintegrasi, idealnya kota Jakarta bersahabat dan harmoni dengan lingkungan. Kalau kondisi kotanya semacam itu, baru dimungkinkan bahagia warganya.

Untuk mewujudkan hal itu, Jakarta tampaknya perlu mengambil kebijakan pembangunan yang lebih berorientasi pada lingkungan. Tujuannya agar kota Jakarta menyatu dengan lingkungan.

Hal itu juga akan dapat meminimalkan emisi di Jakarta. Bahkan harmoni dengan lingkungan dapat menjadi salah satu solusi mengatasi banjir.

Selain itu, perlu diambil kebijakan komunikasi untuk menghilangkan sekat-sekat warga Jakarta, baik dilihat dari status sosial ekonomi dan etnis. Kebijakan komunikasinya diarahkan untuk membuka ruang komunikasi horizontal dan bottom up agar sekat-sekat perbedaan status sosial ekonomi diminimalkan.

Sedangkan kebijakan komunikasi antarbudaya perlu diambil untuk mencairkan sekat-sekat etnis. Melalui komunikasi antarbudaya, prasangka sesama warga Jakarta juga dapat dimininalkan. Bahkan melalui komunikasi antarbudaya diharapkan akan terbentuk empati dengan sesama.

Melalui komunikasi horizontal dan bottom up yang dikemas dengan komunikasi antarbudaya, diharapkan sikap individualistis dapat dikikis. Interaksi antar warga akan didasari empati sehingga komunikasi menjadi lebih hangat. "Komunikasi semacam ini berpeluang mewujudkan maju kotanya bahagia warganya," tandasnya. [ham]


Tinggalkan Komentar