telusur.co.id - Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM), akan melakukan sinergi program cluster pangan melalui wadah koperasi.
Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo mengatakan, program ini diharapkan dapat mengembangkan potensi ekonomi masyarakat melalui sinergi program baik dengan pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), perusahaan swasta dengan wadah koperasi.
"LPDB-KUMKM network diharapkan bisa mengembangkan potensi ekonomi masyarakat dengan wadah koperasi melalui sinergi program," ujar Supomo di Jakarta, Kamis (27/1/22).
Menurutnya, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mendorong program korporatisasi petani di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Nganjuk, dengan komoditas yang akan dikembangkan adalah bawang merah dan kacang koro.
Tahun 2022 ini, LPDB-KUMKM akan mendorong penyaluran dana bergulir untuk memperkuat permodalan koperasi sektor riil. "Dalam hal ini, LPDB-KUMKM telah melakukan upaya jemput bola, sekaligus pendampingan kepada koperasi-koperasi sektor riil potensial dan berorientasi ekspor," ucap Supomo.
Sementara itu, Direktur Pengembangan Usaha LPDB-KUMKM Jarot Wahyu Wibowo menjelaskan, pengembangan komoditas bawang merah dan kacang koro di Kabupaten Nganjuk sebagai upaya pemerintah mengurangi ketergantungan impor produk pertanian.
Program ini juga untuk meningkatkan kesejahteraan petani, dan membebaskan petani dari jeratan rentiner maupun tengkulak hasil pertanian. "Harapannya dengan koperasi dan dalam bentuk program korporatisasi kami menyambungkan semua ekosistem dari hulu ke hilir, sekarang petani jual produk bawang hanya Rp7.000 sampai Rp8.000 per kilogram masih sangat rendah, itu karena rantai pasok dan tata niaga yang perlu diperbaiki," kata Jarot.
Upaya pendekatan LPDB-KUMKM adalah dengan melakukan pendampingan kepada koperasi petani bawang untuk meningkatkan dari sisi tata kelola kelembagaan, maupun administrasi bisnis agar lebih baik dan bisa mengajukan pembiayaan kepada LPDB-KUMKM.
Kemudian, melakukan pendampingan dari sisi pengembangan ekosistem bisnis kororatisasi petani dengan menghubungkan koperasi dengan offtaker, ataupun industri yang mampu menyerap hasil tani dari para petani anggota koperasi.
"Kita lihat bagaimana perkembangannya dan bagaimana kita sambungkan koperasi ini kepada rantai pasok bawang, tinggal kita pilih hilirnya apakah ke industri besar atau nanti justru koperasinya bisa membuat hilirisasi produk turunan dalam bentuk pasta, atau dalam bentuk lain yang bisa meningkatkan nilai tambah," ujar Jarot.
Kabupaten Nganjuk Sambut Positif Sinergi Program Cluster Pangan
Plt. Bupati Kabupaten Nganjuk Marhaen Djumadi, menyambut positif sinergi program pengembangan cluster pangan bersama Kementerian Koperasi dan UKM, dan juga LPDB-KUMKM. Sebab, selama ini harga komoditas bawang merah di Kabupaten Ngajuk mengalami fluktuasi harga yang sulit dikendalikan oleh pemerintah.
"Kami juga punya mimpi bagaimana permasalahan petani di Kabupaten Nganjuk utamanya bawang merah itu harganya tidak fluktuatif sekali kadang diatas kadang dibawah, banyak petani dirugikan, termasuk hari ini bawang merah harga jual termasuk rendah sekali," ucap Marhaen Jumadi.
Menurutnya, pengembangan ekonomi sektor pertanian melalui wadah koperasi merupakan langkah yang tepat dan cocok dikembangkan. Sebab koperasi bisa menjadi offtaker produk pertanian, dan memasarkan produk hasil pertanian dengan harga yang sesuai dan saling menguntungkan.
"Petani-petani itu kami kumpulkan dalam wadah koperasi, sehingga nanti harga komoditas bisa stabil tidak dipengaruhi harga pasar tengkulak, dan kedua petani tidak pudsing lagi mencari pasar, biar pasar yang mencari adalah koperasi, maka kami minta Support dari Kementerian Koperasi dan UKM dan LPDB-KUMKM untuk mengeksusi ini, dan ini permasalahan rakyat kecil dan sangat luar biasa yang kita bisa lakukan bersama-sama," jelasnya.
Sedangkan untuk komoditas kacang koro juga akan dikembangkan oleh pemerintah Kabupaten Nganjuk dengan menggunakan lahan tidur yang tidak produktif milik pemerintah.
Program ini dalam rangka mengurangi impor kedelai yang selalu menjadi masalah di Indonesia terutama bagi industri panganan tempe dan tahu.
"Karena kedelai masih impor di Indonesia, maka pengganti kedelai dengan kacang koro ini juga bagus, dan kami juga akan coba, karena kami punya lahan tidur banyak, maka kami tanami koro sebagai pilot project pengganti kedelai," kata Jumadi.[Fhr]