telusur.co.id - Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena menekankan pentingnya peningkatan anggaran kesehatan yang kini mencapai 5,5 persen dari total APBN, atau sebesar Rp197,8 triliun. Anggaran ini diharapkan mampu menjawab berbagai kebutuhan kesehatan masyarakat, dengan fokus pada perubahan paradigma dari kuratif ke promotif dan preventif.
Pernyataan tersebut ia ungkapkan saat diskusi Dialektika Demokrasi dengan tema "Membedah Pidato Presiden di Bidang Kesehatan yang Kian Membaik", di Gedung Nusantara I, DPR RI Senayan, Jakarta, Selasa (20/8/24).
"Paradigma kesehatan di Indonesia kini bergeser ke arah promotif dan preventif, dan ini menjadi sangat penting untuk didukung oleh anggaran kesehatan yang memadai," ujar pria yang karib disapa Melki ini.
Politisi Partai Golkar itu juga menyoroti program transformasi kesehatan yang diinisiasi oleh Kementerian Kesehatan, yang menekankan pada penguatan pelayanan kesehatan di tingkat paling dasar, seperti posyandu dan puskesmas. Menurutnya, program ini adalah kunci dalam meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan di seluruh Indonesia, khususnya di daerah terpencil.
Melki juga menyinggung masalah penanganan penyakit menular seperti tuberkulosis (TB) yang masih menjadi tantangan besar bagi Indonesia. Ia memuji upaya semua pihak dalam meningkatkan kesadaran dan penanganan TB, yang diharapkan dapat mengurangi angka kematian akibat penyakit tersebut.
Selain itu, diskusi juga membahas soal target penurunan stunting yang belum sepenuhnya tercapai. Melki menggarisbawahi perlunya standarisasi metode penghitungan stunting agar data yang dihasilkan lebih akurat dan bisa diandalkan dalam pengambilan kebijakan.
Menutup paparannya, Melki mengajak semua pihak untuk lebih memperhatikan integrasi program kesehatan antar lembaga, serta memastikan anggaran kesehatan benar-benar digunakan untuk tujuan yang tepat. Ia juga menyoroti pentingnya digitalisasi dalam layanan kesehatan untuk menjangkau seluruh pelosok tanah air. [Tp]