Pengamat Nilai Posisi Demokrat Kian Terjepit Soal Pilkada via DPRD - Telusur

Pengamat Nilai Posisi Demokrat Kian Terjepit Soal Pilkada via DPRD

Ilustrasi

telusur.co.id - Partai Demokrat berada dalam posisi politik yang kian menyerupai simalakama dalam menyikapi wacana pemilihan kepala daerah melalui DPRD. Di satu sisi, Demokrat tak ingin terlalu jauh berseberangan dengan partai-partai koalisi pemerintah yang tengah mengonsolidasikan kekuasaan. Namun di sisi lain, partai ini juga memiliki kepentingan elektoral untuk tetap menjaga kedekatan dengan aspirasi rakyat.

Pengamat politik Arifki Chaniago menilai, dilema Demokrat bukan sekadar soal teknis mekanisme pilkada, melainkan menyangkut arah besar dan konsistensi iman politik partai ke depan. 

Partai berlambang mercy itu kini berada di persimpangan antara menjaga kenyamanan elite koalisi atau mempertahankan positioning sebagai partai yang masih menjual narasi demokrasi elektoral dan kedekatan dengan pemilih.

“Demokrat tidak bisa sepenuhnya melawan arus koalisi pemerintah, tapi juga tidak mungkin mengabaikan suara publik. Terlalu condong ke elite berisiko menjauhkan mereka dari basis pemilih,” kata Arifki dalam keterangannya, Rabu (31/12/2025). 

Situasi ini menjadi semakin sensitif karena Demokrat memiliki figur utama, Agus Harimurti Yudhoyono, yang secara politik nyaris “wajib hukumnya” diproyeksikan sebagai calon wakil presiden atau bahkan calon presiden pada Pilpres 2029. Dalam kalkulasi tersebut, berhadapan secara frontal dengan rakyat—terutama melalui sikap yang dianggap mengurangi partisipasi publik—dinilai sebagai langkah berisiko tinggi.

“AHY tidak bisa dibangun sebagai figur nasional dengan melawan aspirasi publik. Modal utamanya adalah penerimaan rakyat, bukan semata restu elite,” ujarnya.

Di titik inilah, sikap Demokrat yang terkesan maju-mundur membaca wacana pilkada via DPRD dinilai mencerminkan kegoyahan orientasi politik. Partai ini tampak belum sepenuhnya yakin apakah harus konsisten berada di jalur demokrasi elektoral yang populis, atau mengikuti desain politik elite demi menjaga posisi dalam koalisi kekuasaan.

Direktur Eksekutif Aljabar Strategic ini menilai, dinamika ini membuka potensi manuver balik badan Demokrat untuk mendukung pilkada melalui DPRD. Sikap tegas Partai Gerindra yang mendukung pilkada via DPRD turut membuat Demokrat berada dalam posisi “panas dingin”. Bertahan pada wacana pilkada langsung berisiko merenggangkan hubungan dengan partai-partai koalisi yang dinilai memiliki semangat berbeda dalam membaca arah demokrasi lokal.

“Demokrat sedang berhitung keras. Mereka sadar, 2029 bukan sekadar soal koalisi, tapi soal legitimasi. Tanpa dukungan rakyat, figur sekuat apa pun akan rapuh,” tuturnya. [Nug] 


Tinggalkan Komentar