telusur.co.id -Anggota Komisi XII DPR RI Ratna Juwita Sari menagih komitmen pemerintah merealisasikan proyek Kilang Grass Root Refinery (GRR) Rosneft Tuban yang hingga kini belum menunjukkan kemajuan berarti.
“Sudah hampir satu dekade sejak groundbreaking, tapi kilang Tuban belum juga jalan. Pemerintah harus jujur apa hambatannya dan tunjukkan langkah konkret untuk menyelesaikannya,” tegas Ratna di Jakarta, Senin (13/10/2025).
Ia menilai, lambannya proyek Tuban kontras dengan Kilang Refinery Development Master Plan (RDMP) di Balikpapan yang ditargetkan mulai beroperasi akhir 2025. “Kalau Balikpapan bisa, seharusnya Tuban juga bisa. Ini soal prioritas dan keseriusan politik energi nasional,” ujarnya.
Sekretaris DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bidang SDA itu menekankan, pembangunan kilang sangat penting untuk mewujudkan kemandirian energi nasional. Tanpa tambahan kapasitas pengolahan, Indonesia akan terus bergantung pada impor BBM.
“Tanpa kilang baru, cita-cita kemandirian energi hanya akan jadi slogan. Kita butuh aksi nyata,” kata legislator asal Dapil Tuban-Bojonegoro, Jawa Timur itu.
Data SKK Migas menunjukkan, produksi minyak nasional hanya sekitar 590 ribu barel per hari, sementara kebutuhan domestik mencapai 1,6 juta barel per hari. Artinya, lebih dari 60 persen kebutuhan BBM nasional masih dipenuhi impor.
Ratna mendesak pemerintah segera mempercepat final investment decision (FID) dan menjelaskan kendala proyek kepada publik. “Kilang Tuban adalah proyek strategis, jangan dibiarkan mandek. Ini menyangkut kedaulatan energi dan masa depan ekonomi rakyat,” pungkasnya.
Untuk diketahui, kilang GRR Tuban adalah proyek kilang minyak dan petrokimia terintegrasi skala besar yang digarap oleh PT Pertamina (Persero) bersama perusahaan Rusia, Rosneft, melalui perusahaan patungan PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP).
Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan energi nasional dengan kapasitas pengolahan minyak mentah mencapai 300.000 barel per hari dan memproduksi berbagai jenis bahan bakar minyak (BBM) serta produk petrokimia.
Hingga saat ini, proyek ini masih dalam tahap pengembangan, menunggu final investment decision (FID) dari Rosneft untuk melanjutkan ke fase konstruksi (EPC).