Revisi Hati - Telusur

Revisi Hati

Sampul novel “Revisi Hati”, karya Nandini Avelina

telusur.co.idOleh : Nandini Avelina

Di suatu pagi yang cerah, Vely seorang wanita manis terkejut mendengar suara keras yang berasal dari ponselnya. Dengan mata yang masih tertutup ia mematikan alarm yang sedari tadi mengganggunya, "siapa sih yang membuat alarm ini, kencang sekali suaranya," keluh Vely dalam hati.

Ia lupa bahwa hari itu adalah jadwal untuk melakukan tes tulis di kampus impiannya, matanya perlahan terbuka memastikan untuk apa alarm itu berbunyi, "Ya Tuhan, mengapa aku santai sekali, aku melupakan jadwal tes tulisku."
Menyadari hal itu, Vely bergegas mengambil baju dan menuju kamar mandi, setelahnya ia bersiap siap dan berangkat ke kampus dengan semangat yang menggebu gebu.

Sampainya di kampus, ia mencari ruangan yang akan dipakainya untuk tes tulis itu. Di tengah kebingungannya, Vely melihat seorang pria sedang bersandar di tembok, "permisi kak, maaf sebelumnya, mau tanya untuk ruangan D7 dimana yaa?," tanya Vely sambil tersenyum manis.

Pria tersebut terkejut dan menjawab pertanyaan wanita manis di hadapannya, "oh haii, ruangannya di sini," Vely berterimakasih dan memasuki ruangan itu.

Lima menit setelah ia mempelajari kembali materi tes, dosen penguji masuk ke dalam kelas dan disusul dengan pria yang tadi ia temui.

Calon mahasiswa baru diberi waktu dua jam untuk mengerjakan soal, semua fokus dengan komputer masing masing. Satu setengah jam berlalu dan Vely baru menyelesaikan tiga per empat soal yang diberikan, "Ya Tuhan, ini soalnya yang sulit atau aku aja yang kurang literasi sih?" Ucap Vely lirih sambil menarik nafas dalam. 

Fokusnya terganggu ketika ia melihat pria yang tadi ia temui mengangkat tangan dan memanggil dosen penguji, "permisi pak, yang sudah selesai apakah boleh meninggalkan ruangan tes?", "oh kamu sudah selesai? Baik yang sudah selesai bisa mematikan komputer dan bisa meninggalkan ruangan," jelas dosen penguji. 

Vely terkejut dan kagum kepada pria itu, bagaimana tidak, ketika semua peserta tes fokus megerjakan soal, pria itu telah menyelesaikannya.
Sepulang dari kampus, Vely menghubungi Amlia teman dekat Vely sejak kecil, "Am, aku jemput ya, temenin ke tempat biasa," "okey deh, nanti kamu panggil aja kalo udah sampai, aku siap siap dulu," jawab Amlia semangat.

Satu jam berlalu, mereka sudah sampai di tempat biasa, caffe langganan mereka setiap main.
"Kenapa nih mendadak banget ngajak main, biasanya sih kalo tiba tiba gini pasti ada sesuatu," tanya Amlia dengan nada mengejek. Vely yang mendengar pertanyaan itu langsung mengalihkan pandangannya ke Amlia "Ko kamu tau Am, padahal aku belum ngomong apapun loh."

Amlia dan Vely memang teman dekat dari kecil, mereka selalu peka dengan perasaan satu sama lain. "Jadi? Ada apa? Kangen sama si itu?" tanya Amlia kepo. "Apaan, ngga, tadi aku liat cowo di kampus, keren banget salut deh. Bisa bisanya dia ngerjain 50 soal cuma butuh waktu satu setengah jam, padahal ya soalnya susah banget, aku aja baru selesai pas waktunya udah habis" jelas Vely.

Amlia tersenyum mendengar penjelasan sahabatnya itu, "kenapa sih kamu Am, senyum senyum, apa yang lucu deh?" tanya Vely merasa aneh dengan sahabatnya yang sedari tadi tersenyum. Mendengar pertanyaan itu, Amlia tetap tersenyum dan menjawab singkat, "engga ko Vel, lucu aja salah tingkah kamu kalo lagi jatuh cinta." Vely mengelak pernyataan Amlia, "Apasih Am, aku ga jatuh cinta kok."

Satu minggu berlalu, Vely menerima sebuah email dari kampus. Tanpa pikir panjang Vely membuka dan membaca email tersebut, "Selamat kamu lolos seleksi? Apa? Aku lolos? Keren banget nih ilmu asal pencetnya hahaha."

Dua minggu setelah pengumuman adalah waktu yang ditunggu tunggu, Vely mulai masuk kelas di kampus impiannya. Hari pertama Vely mulai berkenalan dengan beberapa orang, ia menemui satu wanita cantik di bangku belakang, "hai, aku Vely, kalau boleh tau siapa namamu?" "Haloo, Aku Reyn, salam kenal Vel," jawab wanita ituu sambil menyimpulkan senyumannya.

Ditengah keseruan obrolan mereka, duduklah seorang pria yang tidak asing bagi Vely, "Eh halo, kamu yang ikut tes tulis di ruang D7 kemarin ya, by the way kita belum kenalan, kenalin aku Maxvelo, kamu bisa panggil aku Max," ucap pria itu sambil menyodorkan tangannya bak mengajak bersalaman. 

Melihat itu Vely kembali memberi salam dengan gugup, "Eee... eh, iyaa aku yang kemarin, namaku Vely, salam kenal yaa!" Melihat lelaki itu sekelas dengan dirinya, Vely bergegas membuka ponselnya, mencari nomor Amlia dan mengabari sahabatnyanya itu, "Amm, berita terkeren nihhh aku sekelas sama cowo yang kemarin aku ceritain, ternyata namanya Max," "hemm, bener kan kamu suka sama dia, keliatan banget dari ketikanmu ini" balasan Amlia yang terkirim dengan cepat.
Membaca balasan itu Vely hanya tersenyum salah tingkah.

Hari demi hari berlalu sangat cepat, dimana Vely dan Max menjadi lebih dekat, sering kali mereka terlihat sedang berdua menuju perpustakaan untuk meminjam buku atau sekedar membaca buku sambil bersantai menunggu jam kuliah, bahkan mereka juga sering menjadi rekan satu kelompok.

Satu semester terlewatkan, Vely mulai bercerita kepada sahabat sejatinya yaitu Amlia dan Reyn yang tidak lain adalah teman dekatnya di kelas, ia bercerita bahwa ia tidak hanya mengagumi Max namun juga menyukai teman sekelasnya itu. 

Di sisi lain, Vely juga merasa insecure dengan kepandaian Max, mana mungkin seorang Max yang sepandai dan secerdas itu mau menerima Vely yang hanya suka membaca novel dan menonton drakor romance.

Keesokan harinya Vely datang kekampus sedikit terlambat, karena ia terjebak macet. Sampainya di kelas, banyak sekali teman sekelasnya yang melihatnya dengan rasa penasaran, dan anehnya Max yang biasa duduk di depannya berpindah tempat duduk agak jauh dari tempatnya.

"Hai Reyn, kenapa si Max pindah tempat?" tanya Vely kepada Reyn yang sedang bermain ponsel, mendengar temannya datang dan menanyakan Max, Reyn menaruh ponselnya dan mulai menceritakan apa yang terjadi, "Oh Vely kamu sudah datang, duduklah. Jadi begini, tadi pagi Max berpindah tempat, dia mendengar apa yang kamu ceritakan, dia mendegarnya dari teman sekelas kita, aku curiga ada yang menguping pembicaraan kita kemarin."

"Apakah Max akan menjauhi ku Reyn?," tanya Vely cemas, "Aku tidak tau Vely, tapi tenang saja, aku akan tetap menjadi sahabatmu," jawab Reyn.
Setelah berita itu tersebar, Max benar benar menjauhi Vely, bahkan ia selalu menolak setiap diajak satu kelompok dengan Vely dan Rey, hal ini dilakukan Max agar tidak menimbulkan fitnah dan menjaga nama Vely. 

Melihat itu, Vely berniat untuk menjadi setara dengan Max. Vely yang awalnya mmahasiswa kupu kupu alias kuliah pulang, berubah menjadi mahasiswa rajin dan aktif, sering kali ia pergi ke perpustakaan untuk membaca dan meminjam buku pelajaran, ia lebih sering membaca buku pelajaran dibanding membaca novel atau menonton drama cinta. Selain itu Vely sering kali mengikuti program Duta dan juga perlombaan, bukan hanya di dalam kampus namun juga di luar kampus.

Tibalah saat dosen memberikan kuis dadakan sebayak 20 pertanyaan di kelas Vely, dengan bergantian Vely dan Max menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh dosennya.

Max terkejut dengan perubahan Vely, ia melihat ke arah Vely dan tersenyum, Melihat itu Vely membalasnya dengan Senyuman yang paling manis.

Mata kuliah hari itu selesai, terlihat Vely sedang asik berbincang dengan Reyn di bangku mereka, "hai Vely, bisa kita berbicara berdua di luar kelas? Emm maaf Reyn, bolehkah aku meminjam Vely untuk beberapa menit?" terdengar suara Max yang ternyata sudah ada di belakang mereka.

"Oh Max, boleh kok pinjam aja tapi jangan disakitin yaaa..." jawab Reyn sambil tersenyum melihat Vely di sebelahnya. Melihat temannya meledek, Vely tertawa dan menoel lengan Reyn, "apa sih kamu Reyn."

Reyn tertawa dan meninggalkan mereka, sedangkan Max mengajak Vely ke balkon untuk berbicara, "Vely, maafkan aku kalau akhir akhir ini aku menjauh dari kamu, aku mendengar berita yang mungkin bisa jadi fitnah dan buat kamu ngga nyaman." Vely menjawab lembut kalimat Max, "Iya Max, gapapa, aku bisa ngerti kok." Max kembali berbicara untuk memastikan suatu hal, "Tapi..., apakah berita itu benar Vel?" mendengar pertanyaan itu, Vely terkejut.

Ia menjawab pertanyaan mengejutkan itu dengan tersenyum, "Max, Berita itu benar adanya, tapi aku juga berpikir mana mungkin kamu juga menyukaiku, aku bukan orang yang cerdas ataupun berprestasi, aku hanya mahasiswa kupu kupu yang tidak punya keahlian."

"Vel, kamu bukan tidak punya keahlian, tapi kamu hanya perlu mencoba untuk punya berbagai keahlian. Aku sudah mengamati perubahanmu, dimana kamu lebih sering pergi ke perpustakaan sendirian, buku pengetahuan yang selalu kau bawa dan baca setiap hari sampai banyak perlombaan yang kamu menangkan." 

Penjelasan Max membuat Vely bertanya tanya, mengapa pria itu dapat mengetahui semua yang dilakukan oleh Vely, padahal dirinya tidak pernah bercerita dan bahkan tidak pernah mengajak pria itu untuk ke perpustakaan.

Ditengah kebingungaaan Vely, Max kembali menjelaskan, "Aku tau kamu bertanya tanya bagaimana aku bisa tau semuanya, aku juga menyukaimu sejak awal kita bertemu, dimana kamu menanyakan ruangan ujian kepadaku. 

Ternyata kita satu kelas ya, dan aku sangat senang bisa dekat denganmu, sampai berita itu muncul dan aku takut kamu tidak nyaman, sehingga aku mejauhimu Vel. Aku hanya bisa melihatmu dari jauh, maka dari itu aku bisa tau beberapa hal tentang perubahanmu."

Vely tidak dapat menjawab pernyataan itu, dia terkejut dan hanya terdiam melihat Max yang ada disampingnya. "Jadi Vel, kita sama sama suka ya?" tanya Max kepada Vely yang sedari tadi terpaku, "Lalu Vel, bisakah kita..." Max berhenti berkata karena Vely memotong pembicaraannya, "Bisa apa Max? Apa yang kamu maksud itu adalahh...?" "Mungkin kamu tau maksud ku Vel, Maksudku adalah, bisakah kita lebih dari sekarang? Kita akan tumbuh bersama menjadi lebih baik kalau kamu mau" jelas Max sambil menatap Vely.

Vely yang sedari tadi terpaku pun tersenyum dan mengangguk.

Hari itu menjadi hari yang istimewa untuk Vely, bagaimana tidak, perasaan yang selama ini ia fikir hanya akan sia sia ternyata mendapat balasan yang baik, bahkan di luar ekspetasi Vely.
Malamnya Vely pergi ke rumah Amlia, ia mencritakan semuanya, "Aku turut bahagia Vel, benarkan apa yang aku katakan, kamu jatuh cinta, kamu mana bisa bohongin aku, kita udah temenan lama, inget itu!,” ungkap Amlia kepada Vely yang hanya tersenyum malu.

Keesokan harinya, Vely berangkat ke kampus dengan Reyn, tidak lupa ia menceritakan apa yang telah terjadi kemarin, "Benarkah? aku ikut senang! hufh mengapa tidak sedari dulu saja sih, kasihan kan sahabatku ini terlanjur galau. Tapi gapapa deh, sekarang udah bisa senyum senyum sendiri hahaha."

Sampai di depan kelas, Vely dan Reyn bertemu dengan Max, Max mengajak Vely ke perputakaan setelah sekian lama.

Reyn hanya bisa tersenyum bangga melihat temannya berubah, merevisi hati dan prestasi. Dimana Max adalah pria yang berprestasi begitupun Vely yang sekarang.

Hubungan Vely dan Max adalah hubungan sehat, sama sama berubah menjadi lebih baik. Mereka sering bersama sama pergi ke perpustakaan, kembali menjadi satu kelompok tugas, menjadi mahasiswa yang lebih aktif bukan mahasiswa kupu kupu, bahkan mereka juga sama sama mengikuti berbagai jenis perlombaan untuk menambah pengetahuan hingga menjadi mahasiswa prestasi.


Tinggalkan Komentar