Soekirman, Parlombu-lombu - Telusur

Soekirman, Parlombu-lombu


Oleh : Baringin Lumban Gaol, Gatra

Saya mengenal Soekirman dalam salah satu acara halal bi halal lebaran di lingkungan dinas pendidikan Kabupaten Serdang Bedagai. Duduk satu meja bersama sejumlah pejabat daerah, berbincang dan bertukar cerita dengan topik yang beragam. 

Bagi saya, pertemuan itu sangat istimewa, karena saya dapat berbincangan dengan Soekirman. Bukan hanya saya, guru dan sejumlah masyarakat yang hadir juga dapat menyapa Soekirman. Tidak ada protokoler yang baku, sehingga tegur sapa tulus dan tidak kaku. 

Beberapa saat ditengah perbincangan, Soekirman selaku orang nomor satu di kabupaten yang dimekarkan dari Deli Serdang tersebut diminta untuk memberikan sambutan. Selayaknya pejabat pada umumnya, Soekirman berpidato memaparkan target dan rencana pemerintah kabupaten.

Khusus dalam pengembangan pendidikan di Serdang Bedagai, Soekirman mengatakan akan ada budaya bersih di lingkungan sekolah. Yang menarik, ditengah sambutannya, Soekirman memberikan salah satu contoh kehidupan masyarakat batak di waktu lampau. 

Cerita tentang kehidupan masyarakat batak itu dituturkan dengan baik. Menggunakan istilah-istilah lama dalam kehidupan masyarakat batak. Hal itu membuat saya penasaran, seberapa paham Soekirman tentang batak. Karena saya mengetahui, Soekirman seratus persen berdarah jawa.

Itulah awal perkenalan dengan Soekirman, hingga akhirnya dia mengundang saya untuk datang ke rumah kediamannya di Medan. Berdiskusi dan makan malam bersama. Suatu ajak yang sangat istimewa dan harus saya sanggupi. Karena kesempatan itu pasti sangat berharga.

Perbincangan berikutnya pun dimulai, sore hari menjelang malam. Setelah magrib sebelum sholat isya. Saya mendengar cerita Soekirman tentang masa kecil dilingkungan masyarakat batak. Hidup sebagai minoritas diantara teman-temannya berdarah batak. 

Hidup tanpa dibatasi perbedaan, serta dapat berbaur dalam menjalani masa kanak-kanak. Cerita itu sangat menarik, karena Soekirman menuturkan bagaimana dia bermain-main dengan anak-anak batak pada masa itu. Menggunakan bahasa batak dan ikut dengan kebiasaan anak-anak batak. 

Mantan akademisi Fakultas Pertanian (FK) Universitas Sumatera Utara (USU) itu mengatakan bahwa batak adalah suku yang luar biasa. Karena selain memiliki bahasa, batak juga memiliki tatanan budaya dan aturan adat yang sangat baik. 

Salah satu contoh yang dipaparkan lelaki kelahiran pada 6 April 1955 tersebut adalah posisi dalam salah satu acara. Dia mengatakan bahwa semua unsur dalam adat masyarakat memiliki tempat istimewa.

Semua memiliki peran yang tidak bisa dipisahkan. Bertau satu dengan yang lain, saling melengkapi dengan posisi tempat yang berbeda. Dia mengatakan bahwa kedudukan dan posisi duduk diatur dalam adat batak.

Contoh lain yang dipaparkan Soekirman adalah silsilah yang disebut tarombo bagi masyarakat batak. Silsilah tersebut memberikan makna yang dalam untuk menata kekerabatan masyarakat batak.

Lewat silsilah masyarakat batak dapat mengetahui pada garis keturunan mana mereka memiliki kesamaan. Silsilah tersebut menjadi media untuk menyatukan darah, hati dan jiwa dalam kehidupan sosial masyarakat batak.

Demikian juga bahasa. Batak memiliki pemaknaan dan arti bahasa yang sangat luar bisa. Kata demi kata dalam bahasa batak menunjukkan kekayaan batak dalam keseharian. Namun kata dalam bahasa batak sudah banyak yang hilang karena tidak digunakan.  

Ternyata, Soekirman tidak hanya memahami batak dari bahasa, namun sebagian dari adat istiadat batak. Bahkan silsilah dalam marga-marga batak. Termasuk sejumlah filosofi hidup masyarakat batak yang sudah tergerus zaman karena tidak dilaksanakan lagi dalam kehidupan masyarakat batak pada umumnya. 

Soekirman sangat mengkhawatirkan adat, silsilah dan kata dalam bahasa batak akan hilang dari kehidupan masyarakat batak itu sendiri. Kemajuan teknologi saat ini telah banyak mengubah gaya hidup masyarakat batak. Termasuk dalam silaturahmi dengan kerabat. Padahal, dalam pemahaman Soekirman, budaya batak banyak aturan yang menata lingkungan sosial. 

Penempatan diri serta pola hidup dengan kerukunan yang baik. Selain itu dalam berbagai pesan – pesan budaya yang terkandung dalam uppama atau upasa yaitu pantun menyiratkan pesan dan nilai kehidupan yang baik. 

Batak bagi Soekirman sangat istimewa. Tidak semua suku bisa memiliki nilai kehidupan yang demikian. Memiliki adat yang mengatur kedudukan seseorang dalam suatu acara. Memiliki budaya yang mengatur tutur bicara sesuai dengan silsilah. 

Memiliki ikatan jiwa satu dengan yang lain lewat marga. Masyarakat batak juga dituntut tunduk pada adat dan budaya tersebut. Karena apabila melanggar aturan akan mendapat sanksi moral dari lingkungan sosialnya. 

Soekirman dengan sejumlah kisah dan pemahaman tentang batak adalah teguran bagi masyarakat batak yang meninggalkan nilai kehidupan batak. Teguran agar kita kembali mengambil nilai filosofi batak dan menerapkannya dalam kehidupan kekinian. 

Mengenal Soekirman, kita bisa memahami betapa berharganya budaya dan adat Batak. Termasuk bahasa dan filosofi hidup masyarakat batak. Bagi Soekirman budaya dan bahasa batak harus dilestarikan. Di revitalisasi agar kembali menjadi budaya keseharian masyarakat batak.

Karena itu, Soekirman dalam sejumlah pertemuan dengan masyarakat batak selalu terpanggil untuk mengingatkan masyarakat batak agar mencintai bahasa dan budaya batak. Hampir setiap pertemuan bersama masyarakat batak, Soekirman mengingatkan agar melestarikan budaya dan bahasa batak. 

Soekirman selalu terpanggil untuk mengingatkan kekayaan budaya dan bahasa batak yang dipahaminya. Menurut Soekirman budaya dan bahasa tersebut harus dilakukan dalam keseharian masyarakat batak. Karena budaya dan bahasa tersebut sangat berharga. 

Soekirman mengatakan bahwa tidak semua suku yang memiliki kekayaan budaya dan bahasa seperti yang dimiliki masyarakat batak. Karena itu Soekirman selalu mengingatkan agar masyarakat batak mencintai dan melestarikan budaya serta bahasa tersebut.  

Seperti dalam salah satu pertemuan di acara Konsultasi Nasional (Konas) HKBP, di Gedung Sopo Marpingkir, Cakung, Jakarta Timur, Juli 2018 lalu. Dalam acara tersebut, Soekirman menuturkan berbagai hal tentang pemahamannya terkait Batak. Serta mengingatkan kembali kepada masyarakat batak, bahwa bahasa, budaya dan adat istiadat batak tersebut sangat berharga. 

Soekirman memberikan beberapa buku kepada saya. Salah satunya buku berbahasa batak “Serser Sauduran”. Buku kumpulan cerita pendek, yang ditulis Soekirman dan sejumlah penulis batak lainnya. 

Dalam buku tersebut, ada tulisan Soekirman berjudul Parlombu-lombu yang artinya pengembala lembu. Parlombu-lombu adalah panggilan untuk Soekirman dari para sahabatnya di masa kanan-kanak. Parlombu-lombu adalah sebutan istimewa bagi Soekirman yang kerab mengambil rumput di halaman gereja.

Cerita Parlombu-lombu berkisah tentang Soekirman yang hidup diantara teman-temannya berdarah batak dengan berbagai latar belakang sosial. Hidup sebagai seorang muslim diantara kaum nasrani. Bermain diperkampungan hingga halaman gereja. 

Berkisah mulai dari masa kanak-kanak hingga remaja bersama anak-anak batak. Lewat cerita Parlombu-lombu, Soekirman menuturkan bagaimana kehidupan batak kala itu. Termasuk kehidupan gereja yang ada di sekitar rumahnya, 

“Parlombu-lombu” cerita yang membawa saya terhanyut dengan bayang-bayang kehidupan dan suasana perkampungan batak di masa lalu. Kehidupan dan keseharian anak-anak batak. Sebagai petani dan pengembala ternak. 

Mendengar cerita Soekirman, dan membaca karya sastranya berbahasa batak dalam tulisan Parlombu-lombu menjadi bukti bahwa Soekirman bukan hanya basa basi memahami dan mengenal kehidupan batak yang mayoritas beragama nasrani. 

Dalam perjalan hidup Soekirman banyak bersama masyarakat batak. Bagi Soekirman batak bukan hanya sebagai satu kelompok suku yang ada di lingkungannya. Lebih dari itu, bagi Soekirman, batak adalah bagian dari kehidupannya. 

Jika membaca cerita Parlombu-lombu, sebagian pertanyaan kita tentang Soekirman dan kehidupannya bersama masyarakat batak serta lingkungan gereja akan terjawab. Namun sebelum membaca cerita tersebut, ada baiknya kita belajar bahasa batak yang baik dan benar. 

Karena kisah tersebut dituangkan Soekirman dalam bahasa batak yang sangat indah. Serta menjadi sindiran bagi sebagai masyarakat batak yang telah meninggalkan budaya dan bahasa batak. Termasuk bagi masyarakat batak yang tidak mau belajar bahasa dan budaya batak. 

Soekirman mengatakan bahwa keseluruhan cerita yang ditulisanya dalam bahasa batak dengan judul Parlombu-lombu tersebut adalah gambaran nyata dari kehidupannya bersama masyarakat batak. 

Sayangnya, menurut Soekirman banyak dari kebiasaan masa lalu tersebut tidak dilakukan lagi saat ini. Serta dikhawatirkan punah karena tidak dilestarikan. Karena itu, Soekirman selalu berharap agar dilakukan revitalisasi. Tujuannya agar budaya dan bahasa tersebut tidak hilang. 

Dari semua cerita tersebut, Soekirman “Parlombu-lombu” telah menunjukkan kecintaan terhadap kehidupan dan semesta. Kebanggannya hidup bersama masyarakat batak yang memiliki perbedaan karakter yang sangat jauh dari kesehariannya sebagai masyarakat jawa menjadi cerita yang sangat indah untuk kita pahami. 

Bangga pernah tinggal bersama masyarakat batak. Dapat memahami kehidupan dengan berbagai pesan moral yang ada dalam budaya Batak. 

Namun jauh sebelum menulis cerita “Parlombu-lombu” Soekirman sejak dulu sudah sangat akrab dikalangan tokoh batak. Soekirman terlibat dalam berbagai kegiatan di lingkungan sosial masyarakat batak. Termasuk kegiatan pendampingan gereja. 

Tidak perlu heran jika melihat Soekirman duduk dan bercanda gurau bersama sejumlah tokoh batak dan tokoh gereja. Karena Soekirman mengenal sejumlah tokoh batak dan tokoh gereja. Demikian juga Soekirman, sangat dikenal dikalangan tokoh batak dan tokoh gereja.

Dulu, kata Soekirman semasa kuliah dia pernah tinggal di lingkungan masyarakat batak. Saat menjalankan kuliah kerja nyata. Setelah tamat kuliah dan bergabung dengan salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Soekirman sering melaksanakan kegiatan bersama kalangan tokoh gereja. 

Kegiatan yang membahas toleransi, kehidupan dan kesepahaman untuk menjaga lingkungan. Karena itu, nama sejumlah tokoh-tokoh gereja sangat lekat dalam pikirkannya. Bagi dia kebersamaan di waktu lampau itu menjadi modal untuk memahami berbagai perbedaan. 

Selain membangun komunikasi dan bertukar pikirian dengan tokoh batak dan tokoh gereja,  Soekirman juga terlibat dalam sejumlah kegiatan batak dan gereja. Bahkan Soekirman menuturkan bahwa dia juga masuk menjadi bagian dari komunitas-komunitas gereja untuk berjuang dan membantu masyarakat batak yang tertindas dari kebijakan pemerintah dimasa kelam. 

Soekirman dan batak adalah gambaran perjuangan melawan penindasan. Soekirman dalam tutur ceritanya mengisahkan bahwa dia pernah terlibat untuk membantu sejumlah komunitas masyarakat di daerah Kabupaten Toba yang dulu masih satu kesatuan dengan Tapanuli Utara. 

Bantuan tersebut berupa pendampingan terhadap petani di salah satu desa yang lahan pertaniannya akan digusur untuk pengembangan industri. Saat proses pendampingan tersebut, Soekirman kerab mendapat intimidasi dari petugas. 

Namun Soekirman tetap bertahan dan terus terlibatan untuk mendapingi warga yang didominasi petani sawah. Soekirman mengedukasi masyarakat agar menolak relokasi. Karena lahan yang ditawarkan kepada warga tidak cocok dijadikan lahan persawahan.

Lewat cerita itu, Soekirman mengatakan bahwa dia dan masyarakat batak bukan sekedar berteman. Tetapi juga bertarung bersama memperjuangan kebenaran. Walau berat rintangan yang harus dilaluinya. 

Dalam proses pertarungan memperjuangan hak masyarakat batak pada masa itu, Soekirman dituduh sebagai salah satu provokator dan diberitakan di koran lokal. Namun semangatnya tidak surut, bersama sejumlah pendeta, Soekirman terus berjuang arga hak-hak masyarakat diberikan. 

Soekirman bangga ada dalam proses perjuangan tersebut. Karena menurutnya memperjuangkan hak-hak rakyat kecil sangat penting. Serta tidak perlu melihat latar belakang sosial, termasuk suku dan agama. 

Sederetan cerita perjalanan Soekirman tersebut pantas kita jadikan pelajaran. Pelajaran untuk mencintai dan menghargai budaya batak. Itulah gambaran singkat yang bisa saya tulisakan tentang Soekirman. 

Menginspirasi dan memotivasi agar menghargai setiap perbedaan, memahami budaya dan kehidupan orang lain. Mengambil hal positif dari setiap kehidupan orang lain, memberikan penilaian yang objektif untuk kemajuan bersama. 


Tinggalkan Komentar