Ajaran Kuno Nusantara, Syech Siti Jenar, Ronggo Warsito, dan Pemikiran Jalaludin Rumi dalam Tasawuf - Telusur

Ajaran Kuno Nusantara, Syech Siti Jenar, Ronggo Warsito, dan Pemikiran Jalaludin Rumi dalam Tasawuf

Ilustrasi. Foto: Ist

telusur.co.id -

Oleh. : Agus Widjajanto, Pemerhati Sosial Budaya dan Sejarah Bangsa. 

Dalam kehidupan berbangsa bermasyarakat di era modern saat ini , orang hanya memandang kehidupan dari sudut pandang sesuai ajaran Dogma, yang statis yang telah diatur oleh hukum hukum , saking banyak nya aturan hukum baik dalam hukum agama maupun dalam hukum negara , hingga nyaris melupakan kodrat nya bahwa kehidupan ini , merupakan rangkaian hukum alam antara mikroCosmos dan Makrocosmos , apa yang ada pada diri kita merupakan bagian dari alam semesta di jagad Raya ( Sunatullah ) yang merupakan hukum alam . 

Banyak ajaran ajaran luhur di Nusantara ini nyaris punah , karena digerus jaman , salah satu nya adalah datang nya atau munculnya ajaran ajaran baru , baik secara dogma agama maupun ajaran filsafat modern , yang menjadikan ajaran ajaran luhur , yang merupakan peninggalan para leluhur yang penuh dengan nilai nilai spiritualis luhur , nyaris punah . 

Bagi orang Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya , hidup sejati nya adalah sebuah pengabdian dan pencarian , dimana hakekat pencarian diri selaku hamba yang hidup ( Urip ) dalam spiritualisme Jawa adalah menemukan " Kayu Gung susuhing angin " yang merupakan upaya menemukan jati diri , dimana manakala sudah mampu menemukan susuhing angin di kayu Gung , maka akang mengetahui jati dirinya dan Sangkan Paraning , diri kita. Itulah sebabnya dapat dikatakan Teosofi adalah pandangan yang selalu memuja Tuhan berada dalam diri manusia , dimana Dzat Tuhan yang tidak berbentuk yang diidentifikasi sebagai kekuatan imanent dan Transenden.

Salah satu ajaran kuno Nusantara yang mulai punah adalah "Tantra " dimana merupakan ajaran kuno dan rahasia yang diajarkan secara terbatas oleh seorang guru Tantra , suatu ajaran yang diwariskan dan dijalankan secara turun temurun dan hingga kini masih dipraktekkan dalam bilik bilik rahasia , dimana ajaran tersebut bukanlah doktrin atau dogma sebagai mana dalam ajaran ajaran agama samawi dan Hindustan , yang dituangkan dalam ayat ayat suci yang diyakini sebagai Wahyu illahi oleh pemeluk nya. Tantra adalah kitab kehidupan yang membumi dalam wujud praktek praktek mistik yang sangat dirahasiakan , hingga kini belum ada kitab Tantra dalam bentuk buku , layaknya kitab Weda, Injil , dan Alquran , dimana Tantra lebih merupakan jalan spiritual bukan doktrin agama ( I Ketut Sundika , Tantra ilmu kuno Nusantara ) 

Sedang ajaran Ronggo Warsito dalam konsep Ketuhanan dalam dimensi spiritual tasawuf Jawa, dalam beberapa tulisan menjelaskan tentang persoalan keberadaan Allah sebagai Tuhan penguasa alam semesta , yang menurut Ronggo Warsito Allah merupakan Dzat Yang Maha Suci , yang Qadim Azali serta abadi. Dia tegak sendiri di alam yang masih kosong , dan ketika menciptakan mahluk nya maka mahluk tersebut merupakan Tajalli nya Dzat yang Maha suci , dimana dalam kesendiriannya diibaratkan Allah sebagai huruf Alif yang disifati dengan wajib Wujud yang maksutnya keberadaan nya tanpa ada yang menciptakan , yang terdapat kaitan yang sangat erat antara Dzat , Sifat, dan Af',Al ( perbuatan ) Tuhan , dimana oleh Prof Simuh ( 1988: 285 ) memberikan catatan bahwa hubungan antara Dzat dan sifat ditamsilkan laksana hubungan antara madu dan rasa manisnya , yang tidak bisa dipisahkan , yang lalu oleh Ronggo Warsito , disebut Manunggaling Kawulo Gusti , yang sebetulnya merupakan manifestasi dari tauhid itu sendiri. Ajaran Manunggaling Kawulo Gusti adalah cara orang Jawa mempraktekan ilmu tauhid .

Sedangkan dari sudut pandang filsuf Islam terbesar " Jallaluddin Rumi " dalam buku nya Fihi Ma Fihi , menulis soal menyatu nya antara mahluk hamba dengan sang Khaliq ( Tuhan ) dalam ucapan yang sangat terkenal okeh Syeck Lemah Abang atau Siti Jenar , " Ana Al Haqq " yang secara harfiah artinya aku adalah Tuhan yang maha benar, sebagian orang mengira itu adalah klaim kehebatan diri. Padahal sebaliknya itu adalah ungkapan kerendahan hati yang luar biasa , saat orang menyatakan " Ana ' Abd Al Haqq ( aku adalah hamba Tuhan yang mahabenar ) ia memastikan adanya dua wujud , yaitu dirinya dan Allah. Sedangkan saat seseorang menyatakan " Ana Al Haqq " (!aku adalah Tuhan yang mahabenar ) maka ia telah meniadakan dirinya dan menyerahkan dirinya kepada angin. Orang yang menyatakan " Ana Al Haqq" berarti menyatakan aku tidak ada segalanya adalah Allah , tidak ada wujud kecuali Allah , aku beserta keseluruhan diriku adalah tiada , dimana aku bukan apa apa. Disini ada kerendahan luar biasa , dan ini yang tidak dipahami banyak orang , dimana ketika seseorang mempersembahkan ibadahnya hanya untuk Allah maka ibadahnya selalu ada ( Maujud ) masih bisa melihat dirinya, melihat tindakannya , dan melihat Allah , dimana ia belum bisa dan mampu tenggelam dalam Nur Cahaya Allah . Pendapat Jalaluddin Rumi tersebut juga merupakan ungkapan dan pendapat dari syech Siti Jenar, ( Syech Abdul Jalil, di Keling kec Keling kab Jepara jaman itu pada medio Abad ke 15. ) juga intisari dari ajaran Pujangga besar Sang Ngabehi Ronggo Warsito . Bahwa pemahaman dalam suatu masalah lebih bermakna dari pada sebuah argumen berdasarkan catatan dan Teory secara dogmatis dalam berbagai disiplin ilmu di Dunia ini. 


Tinggalkan Komentar