telusur.co.id - Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat kembali memuncak setelah laporan terbaru mengungkap bahwa Iran diduga memindahkan peralatan penting dan uranium yang diperkaya dari fasilitas nuklir Fordow, hanya beberapa hari sebelum serangan udara yang dilancarkan Washington pada 22 Juni malam.
Menurut The New York Times, yang mengutip dua pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya, ada bukti kuat bahwa Iran telah memindahkan sekitar 400 kilogram uranium yang telah diperkaya hingga 60 persen angka yang secara teknis mendekati tingkat senjata nuklir. Langkah ini diyakini sebagai respons terhadap meningkatnya ancaman militer dari Presiden AS Donald Trump.
Serangan udara AS yang menyasar tiga fasilitas nuklir utama Iran di Natanz, Fordow, dan Isfahan dilakukan dengan tujuan, menurut Washington, untuk “menghancurkan atau secara signifikan melemahkan” program nuklir Iran yang dianggap sebagai ancaman strategis.
Sputnik melaporkan bahwa Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, dalam pernyataannya pada Minggu (22/6), mengonfirmasi temuan kawah besar di fasilitas Fordow, diduga akibat amunisi penembus bunker.
Namun, Grossi menyatakan bahwa belum ada penilaian yang dapat dilakukan terhadap kerusakan yang mungkin terjadi di bawah tanah, di mana sebagian besar infrastruktur nuklir Iran diyakini berada. “Tidak ada seorang pun, termasuk IAEA, yang dapat menilai sejauh mana kerusakan yang terjadi di bawah tanah,” katanya.
Taktik Iran: Antisipasi atau Provokasi?
Pemindahan uranium oleh Iran menimbulkan tanda tanya besar: apakah langkah itu bentuk antisipasi cerdas atas ancaman nyata, atau bagian dari strategi yang dapat memicu eskalasi lebih lanjut? Hingga kini, pihak berwenang Iran belum memberikan tanggapan resmi terkait laporan pemindahan tersebut.
Ketegangan terbaru ini menambah daftar panjang perselisihan antara Teheran dan Washington terkait program nuklir. Sementara AS menuduh Iran diam-diam mempercepat pengayaan uranium untuk tujuan militer, Iran berulang kali menegaskan bahwa program nuklirnya bertujuan damai.
Sumber: Sputnik