Lahirnya Serat Darmo Gandul, Kondisi Masyarakat dan Keadilan Sosial - Telusur

Lahirnya Serat Darmo Gandul, Kondisi Masyarakat dan Keadilan Sosial

Ilustrasi. Foto: Ist

telusur.co.id -

Oleh. : Agus Widjajanto , Pemerhati Sosial Budaya. 

Serat Darmo Gandul ditulis pada paruh waktu tahun 1900 Masehi, yang tertera sebagai pengarang nya adalah menyebut kyai Kalamwadi , yang merupakan nama samaran , Kalam berarti pena ,sedang wadi artinya samaran atau rahasia yang bisa diterjemahkan penulis yang merahasiakan nama identitas nya . Serat Darmo Gandul pertama kali diterbitkan kan oleh radaksi almanak H Bunning Jogyakarta pada tahun 1920 lalu pada tahun 1959 Toko Buku Sadu Budi solo menerbitkan serat Darmo Gandul versi prosa . Bahwa serat Darmo Gandul sendiri adalah serat yang berisi dialog tokoh tokoh jaman dulu berbentuk puisi tembang mocopat , dimana serat ini dijadikan studi sejarah oleh para ahli mengenai runtuh nya Majapahit , sebagai bahan sekunder , dimana ada dialog raja Brawijaya kertabumi ke V yang berisi mengapa masyarakat Majapahit merubah kepercayaan dari Bhuda / Hindu kepada Islam , saat itu, yang sebetulnya serat itu sendiri mengambil ide cerita berupa plagiasi dari serat babad Kadhiri ( Kediri ) . 

Serat Darmo Gandul menurut pendapat M Hari Suwarno adalah Raden Ngabehi Ronggo Warsito , sebagai tulisan sindiran atas kondisi saat itu dimana rakyat mengalami kesengsaraan dalam situasi penjajahan Hindia Belanda. Sedangkan menurut peneliti Belanda Prof Dr G.W.S Drewes ( The Struggle between javanism and Islam as ilustrated by the serat Darmo Gandul ) merupakan tulisan bangsawan tinggi di Kediri dan bersumber dari babad Kediri . Sementara menurut Prof Dr H.M Rasydi dalam buku " Islam kebatinan " Pangeran Suryonegoro putra dari Hamengku Buwono ke VII adalah penulis Serat Darmo Gandul, yang ditulis pada jaman penjajahan Belanda , yang isi nya tentang perubahan kepercayaan orang jawa dari agama Hindu / Budha ke agama Islam atau Kristen , Serta kisah berdirinya Kerajaan Demak dan runtuh ya kerajaan Majapahit, dimana sebagai awalan serat terdapat dialog antara Darmo Gandul dan Ki Kalawadi . 

Dari sudut pandang Sosiologi serat Darmo Gandul tersebut ditulis sebagai protes atas keadaan masyarakat Jawa dimana mengalami penderitaan akibat penjajahan Belanda diterapkannya tanam paksa dan kerja rodi pembuatan jalan daendeles dari Anyer sampai Panarukan , dimana Raja Raja yang seharus nya jadi pengayom masyarakat justru dalam keadaan tidak punya legitimasi sebagai penguasa karena dalam kendali pemerintahan Hindia Belanda, dan penulis serat Darmo Gandul merindukan kondisi jaman keemasan kejayaan masa masa kerajaan Majapahit yang Toto tenteram Kerto Rahardjo , sebelum datang nya agama samawi di tanah Nusantara.

Serat Darmo Gandul dan Serat Gatoloco , pada jaman pemerintahan orde lama dan orde baru dilarang untuk beredar karena beberapa pertimbangan yang dianggap telah melecehkan agama tertentu di tanah air, namun saat Era Rofermasi telah terbit beberapa buku dari beberapa penerbit dan pengarang yang menulis tentang Serat Darmo Gandung dan Gatoloco , dengan latar belakang runtuh nya Kerajaan Majapahit . 

Dari sudut pandang masa kini , dimana kondisi tatanan Dunia sudah berubah drastis dibandingkan pada saat penjajahan dulu, adanya peradangan bebas, industrialisasi , dan sistem perekonomian yang diatur melalui pasar bebas , yang berorientasi liberal , tidak merubah kondisi masyarakat kita, yang tetap saja ada jurang perbedaan antar yang kaya dan yang miskin , dimana keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia sebagaimana tercantum dalam sila ke lima dari Pancasila , belum bisa terwujud, ini bukan saja merupakan tanggung jawab dari pemerintah tapi tugas dan tanggung jawab untuk seluruh komponen bangsa , karena disebut " tugas Negara " , tugas dari kaum Agamawan , tugas dari kaum cendikiawan , tugas dari kaum pendidik, tugas dari kaum ekonomi mapan , agar bisa berbuat bagaimana kesejahteraan bisa merata sesuai cita cita proklamasi . 

Bahwa kita harus akui kita semua telah gagal dalam memberikan dharma bakti kita disaat Indonesia telah merdeka hampir seratus tahun , yang tidak lagi dijajah Oleh Hindia Belanda, tapi penjajahan model baru , yang dilakukan oleh bangsa kita sendiri yakni para pemodal besar yang tetap saja melakukan olkploitadi sumber daya manusia dan sumber daya alam , untuk dirinya sendiri dan kelompoknya , tidak pernah berpikir sedikitpun untuk kesejahteraan masyarakat seluruh Negara. 

Terlepas dari siapapun penulis dari serat Darmo Gandul , yang pasti serat tersebut merupakan bentuk protes atas kondisi keagamaan dan sosial ekonomi dan keadilan yang masih relefan untuk menjadi introspeksi kita pada jaman ini. 

Orang Jawa khususnya dan orang Nusantara umumnya selalu bisa fleksibel bisa menerima pengaruh agama dari luar, dan itu sudah terbukti sejak abad ke 2 Masehi , lahirnya tahun saka dimulainya pembelajaran tulisan huruf Pallawa dan bahasa sansekerta dari pengaruh Hindustan ( India ) , hingga melahirkan peradapan yang sangat luar biasa berdirinya tetenger ( monumen ) berupa candi candi , dari dinasti Sanjaya dan Syailendra, hingga Singosari , Kediri, Majapahit, hibgga masuknya pengaruh Islam dan Kristen dari para misionaris barat ke Indonesia ( Nusantara ) dan masyarakat kita bisa menerima , ibarat pengarah ajaran tersebut adalah sebuah warangka ( sarung ) dari pusaka baik keris maupun tombak dan pedang , dimana curiga ( pusaka nya sendiri ) merupakan karakter Budi pekerti yang sudah ada dari dulu kala sebelum Masehi , hingga saat ini, yang seharusnya tetap menjadi pedoman dan teladan bagi anak cucu kita. 

Tapi melihat kondisi saat ini, dimana seolah masyarakat hidup dalam individualisme , acuh tak acuh masa bodoh pada lingkungan , dan sesama , kaum Agamawan hanya memberikan tausiyah agar jamaahnya selalu bersodakoh , tapi tidak diberikan suri tauladan , yang hanya berupa dogma, yang pada akhirnya kita mengalami kegagalan secara moral , banyak kejadian satu keluarga mengalami kelaparan , dan kondisi yang memprihatinkan yang terjebak rentenir dan pinjol demi mempertahankan hidup untuk kebutuhan nya, sementara tetangganya serba berkecukupan , yang tidak pernah tahu dan apalagi membantu, ini kondisi riil , yang tidak sesuai lagi yang kita dengungkan harus sesuai dengan nilai nilai Pancasila, sedang kan menyangkut sila kelima , yang terakhir kita telah gagal tidak mampu untuk mewujudkannya, harus mulai ada gerakan " empati " untuk setidaknya membantu sesama , dilingkungan terkecil kita, jangan hanya berharap pada negara, karena kita harus nya juga bertanya pada diri kita, apa yang sudah kamu berikan pada negaramu , jangan kamu bertanya apa yang sudah diberikan negara kepadamu, 

Antara Akidah, Ritual ibadah dan mu' malah adalah satu kesatuan , tidak bisa dipisah kan karena akidah adalah kulit kita , ritual ibadah adalah darah kita sedang mu' malah adalah daging dan tulang kita, sedang yang terjadi fenomena saat ini hanya menonjolkan akidah dan ritual ibadah , sedang inti sari daging nya seorang beragama justru laku nya Mu'amalahnya , Iki yang harus kita rubah bersama dan menjadi tugas dan kewajiban kita semua , jangan salah kan penulis buku serat Darmo Gandul dan Gatoloco , karena hal itu merupakan ekspresi dari kekecewaan terhadap kondisi masyarakat saat itu, dan saat ini, serta mungkin saat mendatang .


Tinggalkan Komentar