Anak Korban Kekerasan ART dan Perkosaan Ayah Kandung, Pengamat Ingatkan Soal Kesejahteraan Psikologi Keluarga  - Telusur

Anak Korban Kekerasan ART dan Perkosaan Ayah Kandung, Pengamat Ingatkan Soal Kesejahteraan Psikologi Keluarga 

Direktur Eksekutif Pusat Kajian Kesehatan Mental (Puskestal) Indonesia, Syukri Pulungan. (Ist).

telusur.co.id - Kasus kekerasan yang  menimpa anak di Surabaya dan anak korban perkosaan oleh ayah kandung di Jakarta menimbulkan keprihatinan dari pelbagai pihak. Situasi ini sebagai dampak dari defisitnya kesejahteraan psikologi keluarga.

Direktur Eksekutif Pusat Kajian Kesehatan Mental (Puskestal) Indonesia Syukri Pulungan mengatakan kasus kekerasan pada anak yang terjadi dipicu oleh rendahnya kesejahteraan psikologis orang tua yang berujung pada tindakan kekerasan pada anak. 

“Kesejahteraan psikologis menjadi isu yang harus terus dikampanyekan karena sangat terkait dengan perilaku positif baik yang dilakukan pada diri sendiri maupun orang lain termasuk anak-anak. Kasus kekerasan tidak akan terjadi kalau orang tua atau siapa pun memiliki kesejahteraan psikologis yang baik,” ujar Syukri di Jakarta, Jumat (5/4/24). 

Kandidat Doktor Psikologi di Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta ini menyebutkan kekerasan yang menimpa anak-anak dipicu oleh pewarisan tindakan kekerasan, stres sosial, isolasi sosial, serta struktur keluarag yang tidak utuh. 

“Dari beberapa faktor penyebab kekerasan pada anak,  faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan kesejahteraan psikologis individu yang mencakup kepribadian, demografi dan sosial ekonomi,” tambah Syukri. 

Dia menguraikan pewarisan tindakan kekerasan dipicu oleh orang tua dalam pola pengasuhan yang otoriter dan cederung melakukan kekerasan baik verbal maupun fisik.  Adapun stres sosial, Syukri menyebutkan, dapat dipicu dengan tingkat pendapatan yang rendah, pengangguran dan kondisi lingkungan yang buruk. 

Sedangkan isolasi sosial merupakan salah satu ciri pelaku kekerasan dimana umumnya pelaku kekerasan tidak terhubung secara baik dengan kerabat maupun lingkungannya. 

“Nah, struktur keluarga yang tidak utuh juga dapat menjadi pemicu terjadinya tindakan kekerasan pada anak karena ketidakmampuan orangtua tunggal dalam mengasuh sekaligus menghidupi keluarganya,” sebut Syukri

Terkait dengan kasus kekerasan pada anak yang dilakukan oleh oknum pengasuh di Surabaya dan kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang tua pada putri kandungnya, Syukri menyampaikan pentingnya keterampilan pengasuhan anak bagi orang tua dan pengasuh, mengajarkan anak berprikir kritis, bertindak asertif, berani menolak dan mengeluarkan pendapat.  Kesejahteraan psikologis orang tua maupun pengasuh akan berdampak pada pengasuhan yang positif dengan memperhatikan kebutuhan fisik, emosional, intelektual dan stimulasi pada anak.  

“Selain itu, upaya mitigasi kelompok rentan dan pemantauan harus menjadi agenda pencegahan kekerasan pada anak melalui lembaga-lembaga pemerintah sebagai manifestasi Undang-Undang  Perlindungan Anak,” tutup Syukri. [Prt]


Tinggalkan Komentar