Bangun Solidaritas Kemanusiaan, Universitas Binawan Gelar Simposium Palestina - Telusur

Bangun Solidaritas Kemanusiaan, Universitas Binawan Gelar Simposium Palestina


telusur.co.id - Universitas Binawan menyelenggarakan Simposium Palestina dengan tema “Solusi Perdamaian di Bumi Palestina". Narasumber dari Simposium ini adalah Wakil Rektor Tata Kelola dan Sumber Daya Universitas Binawan, Farouk Abdullah Alwyni, Direktur Eksekutif Baitul Maal Muamalat, Tegar Sangga Barkah dan artis Wanda Hamidah. Simposium dihadiri oleh segenap civitas academica UBinawan dan masyarakat umum pemerhati Palestina.

Simposium diselenggarakan dalam rangka membangun kepedulian civitas akademika Universitas Binawan terhadap penderitaan bangsa Palestina. 

Meskipun sudah dicapai kesepakatan gencatan senjata namun hingga saat ini Israel terus melakukan pelanggaran dan rakyat Palestina masih hidup dalam kondisi memprihatinkan. Kesepakatan untuk menuju pembebasan Palestina dari penjajahan Israel juga masih belum jelas.

Tentara penjajahan masih membatasi proses pengiriman bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina. Bahkan di beberapa wilayah masih terjadi penembakan dan pemboman kepada masyarakat tidak berdosa. 

Wakil Rektor Tata Kelola dan Sumber Daya Universitas Binawan, Farouk Abdullah Alwyni menjelaskan, saat ini kesadaran baru mulai muncul di masyarakat Amerika Serikat yang berdampak mulai turunnya dukungan terhadap Israel dan berkembangnya solidaritas untuk mendukung kemerdekaan Palestina. Bahkan mayoritas kaum muda (khususnya Gen - Z) di Amerika Serikat bukan hanya menyuarakan dukungan terhadap Palestina tetapi juga terhadap Hamas.

Disamping itu, kesadaran baru yang muncul di Amerika Serikat adalah berkembangnya perlawanan terhadap dominasi Zionis. Masyarakat melihat bahwa selama ini Pemerintah Amerika hanya dimanfaatkan oleh kepentingan Zionis. 

Kesadaran baru ini diperkirakan akan memperlemah dukungan politik dan militer Amerika terhadap Israel. Mempertimbangkan bahwa kekuatan Israel pada dasarnya adalah karena dukungan Amerika. Amerika yang berubah akan berdampak signifikan terhadap eksistensi Israel dan membuka peluang yang lebih besar untuk pembebasan Palestina.

“Isu Palestina sejalan dengan paling tidak 2 'Core Values' UBinawan yakni Akhlak dan Internasional. Sebagai bagian dari Komunitas Pendidikan Internasional, Universitas Binawan turut terpanggil menyuarakan penolakan terhadap penjajahan yang hingga saat ini masih terjadi di bumi Palestina. Aksi ini merupakan wujud nyata terhadap pemahaman nilai-nilai kemanusiaan, HAM dan peradaban dunia yang perlu diperjuangkan,” kata Farouk, dalam keterangannya, Senin (8/12/2025). 

Farouk memaparkan saat ini terjadi inkonsistensi sikap pemimpin dunia dalam menyikapi genosida bangsa Palestina. Penindasan yang seolah dibiarkan tersebut telah menimbulkan tingginya korban meninggal dari kalangan warga sipil dan kerusakan sarana umum yang masif.

 “Sejak gencatan senjata sedikitnya ada 312 warga sipil meninggal dunia dan 760 luka serius. Fenomena ini menggambarkan seolah pihak penjajah tidak peduli dengan kesepakatan damai dan mekanisme gencatan senjata yang disepakati,” terang Farouk.

Narasumber lainnya, aktris dan aktivitas kemanusiaan Global Sumud Flotilla Wanda Hamida menceritakan pengalamannya ketika melakukan pengiriman bantuan kepada rakyat Palestina. Menurutnya, proses pengiriman bantuan bagi korban penjajahan di Palestina penuh tantangan. Misi yang dijalani beberapa waktu lalu sering mendapat hambatan dari pihak-pihak yang tidak ingin rakyat Palestina mendapat bantuan. 

Oleh karena itu diperlukan upaya lain agar dunia internasional peduli dengan kondisi yang sangat memperihatinkan ini. 

Wanda menilai, penjajahan di Palestina begitu kuat karena ditopang dan didukung perusahaan multinasional yang menawarkan beragam produk kepada masyarakat dunia. 

Karena itu, menurut Wanda, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membantu rakyat Palestina adalah dengan melemahkan dukungan ekonomi kepada para penjajah yang selama ini ditopang perusahaan-perusahaan multinasional tersebut. 

Upaya mudah yang dapat dilakukan adalah dengan memboikot penggunaan produk-produk yang ditawarkan perusahaan-perusahaan pendukung negara zionisme tersebut. 

Wanda melihat di Indonesia sangat banyak perusahaan-perusahaan yang berafilitasi dengan pemerintahan penjahahan di Palestina. Karena itu perlu sikap tegas dari Pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk memotong jalur dukungan perusahaan-perusahaan itu kepada pemerintah penjajahan di Palestina. 

Selain mengikuti paparan dari narasumber, peserta simposium Palestina juga melakukan aksi penggalangan dana kemanusiaan. Dana yang terkumpul disalurkan melalui Baitul Maal Muamalat melalui program yang tersedia. Menurut Direktur Eksekutif Baitul Maal Muamalat Tegar Sangga Barkah, Baitul Maal Muamalat selama ini aktif melakukan penggalangan dana kemanusiaan yang selanjutnya disalurkan untuk membantu masyarakat Palestina.[Nug] 


Tinggalkan Komentar