CARA DEWAN DA'WAH MENYAPA UMAT - Telusur

CARA DEWAN DA'WAH MENYAPA UMAT


Oleh Lukman Hakiem
Redaktur Majalah Media Dakwah (1989-1997), Peminat Sejarah

SETELAH ikhtiar merehabilitasi PRTI Politik Islam Indonesia Masyumi dan upaya membentuk partai pengganti Masyumi gagal, para pemimpin Partai Masyumi yang tidak ingin duduk termangu di tengah perubahan pemerintahan yang sedang berlangsung dengan cepat, pada Februari 1967 membentuk Dewan DA'WAH Islamiyah Indonesia sebagai wadah untuk beraktivitas mencerdaskan kehidupan umat.

Menerobos Blokade Penguasa Orde Baru
Di masa transisi dari Orde Lama ke Orde Baru, meskipun tokoh-tokoh Masyumi oleh penguasa Orde Baru telah dibebaskan dari penjara rezim Sukarno, namun tokoh-tokoh tersebut tetap diawasi ketat. Media massa diminta oleh penguasa Orde Baru untuk tidak terlalu menyiarkan pendapat dan aktivitas tokoh-tokoh Masyumi.

Dalam situasi demikian, Dewan DA'WAH menerobos blokade itu.
Maks, khutbah Jum'at, Kuliah Subuh, Kuliah Tujuh Menit (Kultum), ceramah umum, dan lain-lain dimanfaatkan untuk mengantisipasi dan merespons perkembangan aktual di dalam dan di luar negeri.
Soal perjuangan rakyat Palestina melawan kezaliman Israel, misalnya, dikupas dalam Khutbah Jum'at oleh tokoh-tokoh Dewan DA'WAH seperti M. Natsir, Prof. Dr. H.M. Rasjidi, H.M. Yunan MB Asution, K.H. Abdullah Salim, Muchtar Lintang, Mr. Mohamad Roem, Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Buya Melik Ahmad, dan K.H. Tsufiqurrahman.

Dengan khutbah Jum'at, Kultum, dan ceramah umum di masjid, tentu jangkauannya sangat terbatas.
Maka khutbah Jum'at, Kultum, dan ceramah umum itu direkam, disalin, dan disiarkan melalui brosur (kemudian Buletin Da'wah) yang diterbitkan oleh Sekretariat Dewan Da'wah.

M. Natsir Datang Membawa Juadah dan Ikut Bekerja Bersama Staf
Subuh ini, misalnya, Prof. Rasjidi menyampaikan kuliah subuh. Selesai kuliah subuh dan jamaah pulang, rekaman kuliah subuh itu ditranskrip, dan ditik rapi lalu diserahkan kepada Prof. Rasjidi untuk dikoreksi. Sesudah dikoreksi, lalu ditik rapi lagi. Itu kira-kira sampai Dzuhur. Sesudah shalat Dzuhur, naskah yang sudah bersih itu ditik ke dalam kertas stensil. Sekitar Ashar, naskah kuliah subuh itu sudah siap diputar di mesin stensil.

Ba'da Maghrib, naskah kuliah subuh itu sudah tersusun rapi, diberi alamat dan prangko, siap dikirim ke seluruh Indonesia, juga ke mancanegara.
Acapkali lewat pukul 22:00, Ketua Dewan Da'wah, M. Natsir datang ke markas Dewan Da'wah di Masjid Al-Munawarah, Tanah Abang, seraya membawa makanan ringan, pisang goreng, dan sebagainya. Tanpa sungkan, Perdana Menteri NKRI (1950-1951) dan Wakil Presiden Muktamar Alam Islamiyah itu ikut bekerja bersama staf. Sesudah semuanya siap, M. Natsir berkata: "Biar saya yang membawa brosur ini ke kantor pos." Dengan mobilnya, semua naskah yang siap dikirim dibawa oleh Pak Natsir.
Begitulah cara kerja Dewan Da'wah dalam menyapa umat.
Dengan cara kerja seperti itu, tidak jarang informasi dari Dewan Da'wah lebih cepat sampai ke daerah dibandingkan dengan informasi dari pemerintah pusat.

Menumbuhkan Partisipasi Umat
Mula-mula untuk memutar stensil, Dewan Da'wah menumpang atau menyewa. Belakangan Persatuan Pedagang Tanah Abang (Zperpets) menyumbang sebuah mesin stensil. Seorang dermawan menyumbang mesin tik dan tape recorder. Toko-toko alat tulis berlomba-lomba membantu kegiatan Dewan Da'wah.
Kadang Pak Natsir berbicara dengan seseorang: "Saudara mau jadi da'i? Ini ada masalah yang perlu disampaikan kepada umat."

Orang itu terkejut. Seraya mengernyitkan dahinya, orang itu menjawab: "Saya bukan da'i. Saya tidak bisa bicara di atas podium."

"Tidak apa-apa, Saudara tidak bisa bicara di atas podium," ujar Pak Natsir. "Kalau Saudara bisa menyumbang kertas untuk memperbanyak bahan yang akan disampaikan kepada masyarakat, Saudara sudah berdakwah."

Suatu saat, M. Natsir berceramah mengenai "Dakwah di Bawah". Ceramah itu disampaikan di sebuah kampus di Bandung. Oleh Dewan Da'wah, naskah ceramah itu kemudian diterbitkan sebagai buku. Pak Natsir ingin membagikan buku itu kepada seluruh anggota MPR (Sementara) yang sedang bersidang, sebagai sumbangan pikiran dari Dewan Da'wah. Tapi, dari mana dan untuk mencetak buku? Alhamdulillah, seorang dermawan menawarkan bantuan untuk mencetak buku itu sebanyak 2000 eksemplar.

Satu persatu selesai. Soal izin menunggu. Bagaimana caranya agar 2000 buku itu sampai ke tangan anggota MPR?

Pak Natsir menghubungi aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII). "Kami tahu tempat menginap anggota MPRS. Biar kami yang membagikan kepada mereka," ujar aktivis PII itu dengan bersemangat.
2000 buku itu pun diangkut, antara lain dengan mobil Wakil Ketua MPRS, Subchan X.E.

Menggerakkan Dakwah di Halaman
Dulu, masalah yang menimpa umat Islam di Filipina Selatan tidak diketahui oleh saudara-saudara Muslimnya di Indonesia. Ketika terdengar Universitas Islam di Cotabato dibakar oleh tentara Filipina, Dewan Da'wah menggerakkan umat Islam Indonesia untuk mengirimkan Qur'an ke Filipina Selatan. Para juru dakwah Dewan Da'wah, seraya meminta bantuan, juga menguraikan secara rinci apa yang terjadi dan menimpa umat Islam di Filipina Selatan. Seperti biasa, ceramah-ceramah para tokoh Dewan Da'wah direkam, disalin, diperbanyak, dan disebarkan ke seluruh Indonesia. Maka informasi tentang nasib umat Islam di Filipina Selatan tersebar luas ke seluruh Indonesia. Bantuan pun berdatangan.

Bantuan itu antara lain berisi peti-peti Qur'an yang disalurkan melalui Kedutaan Filipina di Jakarta.
Sejak itu, nasib umat Islam di Filipina Selatan tidak bisa disembunyikan lagi.

Meskipun Bukan Organisasi Politik
Ketika terbetik kabar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dr. Daoed Joesoef akan mencabut subsidi pemerintah kepada sekolah-sekolah Muhammadiyah lantaran Muhammadiyah akan tetap melanjutkan sekolah-sekolahnya di Jalan Ramadhan, Dewan Da'wah mengundang para pengurus masjid untuk membahas dan mengantisipasi ancaman dari Daoed Joesoef. Pertemuan berhasil menghimpun dana sebagai tanda solidaritas dan dorongan kepada Muhammadiyah agar hidup mandiri tanpa menggantungkan diri pada bantuan pemerintah.

Meskipun Dewan Da'wah bukan organisasi politik, namun terhadap masalah-masalah politik, Dewan Da'wah tidak mau hanya duduk berpangku tangan. Dewan Da'wah ingin turut membangun umat melalui kemampuan maksimal yang dimilikinya. (*)

 


Tinggalkan Komentar