telusur.co.id - Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, dan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Sains Belanda, H.E. Eppo Bruins, sepakat memperkuat kerja sama repatriasi atau pemulangan benda-benda budaya Indonesia dari Belanda pada pertemuan bilateral di Kantor Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Sains Belanda (Ministerie van Onderwijs, Cultuur en Wetenschap) di Den Haag.
Kedua menteri menegaskan pentingnya kolaborasi jangka panjang dalam riset asal-usul koleksi, penguatan kerja sama kelembagaan, dan penyederhanaan proses pengembalian benda budaya yang secara historis dan kultural berasal dari Indonesia.
Pertemuan ini juga menjadi bagian penting dari penguatan _Indonesia–Netherlands Comprehensive Partnership_ dan _Plan of Action 2024–2025_, yang menempatkan kebudayaan sebagai salah satu pilar utama kerja sama kedua negara. Kedua menteri menegaskan komitmen bersama untuk melanjutkan proses repatriasi benda-benda budaya Indonesia, termasuk melalui perpanjangan Technical Arrangement on Repatriation yang akan ditandatangani pada Juli 2025.
Menteri Fadli menyampaikan apresiasi atas keberhasilan pemulangan 828 obyek warisan budaya ke Indonesia hingga akhir tahun 2024, termasuk Koleksi Pita Maha, Harta Karun Lombok, dan 68 obyek dari Museum Rotterdam. “Saya sangat menghargai semangat keterbukaan dan kemitraan yang ditunjukkan oleh Pemerintah Belanda dalam proses repatriasi ini. Lebih dari sekedar pemulangan artefak, repatriasi ini sangat penting untuk melengkapi narasi sejarah, memulihkan memori, martabat, dan identitas budaya bangsa,” ujarnya.
Menteri Bruins juga secara tegas menyatakan dukungannya terhadap restitusi benda budaya dari Belanda ke Indonesia. “Saya sangat terlibat secara pribadi dalam proses restitusi. Bagi saya, seluruh benda atau artefak apa pun yang tidak seharusnya berada di sini, harus dikembalikan ke tempat asalnya, ke akar budayanya. Sesuatu yang dicuri tidak seharusnya disimpan di sini,” ujarnya. Ia juga menekankan pentingnya riset asal-usul (provenance research) yang menyeluruh, namun menegaskan bahwa proses pengembalian harus berlangsung cepat dan tanpa hambatan administratif.
Kedua belah pihak juga membahas potensi kerja sama lanjutan dalam pemanfaatan arsip kolonial, termasuk penguatan pelaksanaan MoU ANRI–NAN (2022–2027), serta dukungan terhadap revitalisasi Museum Nasional Indonesia sebagai pusat rujukan tata kelola museum di Asia Tenggara. Menteri Bruins menyinggung fasilitas penyimpanan konservasi canggih di Belanda yang dapat menjadi referensi dalam kerja sama teknis antar museum.
Dalam bidang ekonomi dan industri budaya, Menteri Fadli mendorong optimalisasi perjanjian kerja sama perfilman yang telah ditandatangani Desember 2024, serta potensi kolaborasi dalam pengembangan _Joint Development Fund_ yang mengintegrasikan Dana Indonesiana dengan lembaga pendanaan budaya Belanda seperti _Mondriaan Fonds_. Ia juga mengusulkan pengembangan film bersama yang mengangkat narasi sejarah kedua negara, dan mengapresiasi kerja sama produksi bersama beberapa film antara sineas Indonesia dengan Belanda, termasuk Perang Kota yang menjadi penutup dalam Festival Film Rotterdam pada Februari 2025 lalu.
Kedua menteri juga membahas peran strategis Indonesia House Amsterdam (IHA) sebagai pusat diplomasi budaya dan ekonomi kreatif Indonesia di Eropa, serta peluang kerja sama antara IHA dan Erasmus Huis Jakarta, yang akan merayakan 55 tahun kehadirannya di Indonesia pada November 2025. Menteri Bruins menyatakan apresiasinya atas peran aktif kedua institusi dan berharap dapat memperkuat sinergi melalui program bersama.
Di akhir pertemuan, Fadli Zon secara resmi mengundang Menteri Bruins dan delegasi Belanda untuk berpartisipasi dalam CHANDI Summit 2025, atau World Culture Forum yang akan diselenggarakan di Bali pada September 2025, sebagai forum global untuk membahas kebijakan budaya, keberlanjutan, dan inovasi lintas negara.
Kunjungan bilateral ini menandai babak baru dalam diplomasi budaya Indonesia dan Belanda yang lebih setara, kolaboratif, dan berorientasi masa depan. [ham]