Jejak Emas 15 Tahun Rudyono Darsono Bangkitkan UTA ’45 Jakarta dari Keterpurukan - Telusur

Jejak Emas 15 Tahun Rudyono Darsono Bangkitkan UTA ’45 Jakarta dari Keterpurukan

Jejak Emas 15 Tahun Rudyono Darsono (Foto Ist)

telusur.co.id - JAKARTA,BERNAS.ID -Jakarta, 7 November 2025 — Perjalanan panjang Universitas 17 Agustus 1945 (UTA ’45) Jakarta dalam menjaga nilai kebangsaan mencapai puncak refleksi dalam acara “Jejak Emas 15 Tahun Rudyono Darsono: Membangun UTA ’45 dari Debu Jadi Permata” yang digelar di Park Hyatt Jakarta, Jumat (7/11/2025).

Acara ini menjadi momentum penghormatan terhadap kiprah Dr. Rudyono Darsono, Ketua Dewan Pembina Yayasan UTA ’45 Jakarta, yang selama 15 tahun terakhir dinilai berhasil membangkitkan kembali kampus nasionalis tersebut dari masa-masa sulit menuju era kebangkitan baru.

Bangkit dari Krisis Akreditasi

UTA ’45 Jakarta, yang didirikan pada 14 Juli 1952 oleh tokoh nasional seperti Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo dan Geoffrey Kotan Harahap, pernah mengalami masa kritis. Sejumlah program studi kehilangan izin operasional, dan kampus sempat mengalami krisis akreditasi yang mengancam eksistensinya.

Namun, di tengah situasi tersebut, Rudyono Darsono tampil memimpin pembenahan besar-besaran. Ia melakukan langkah-langkah tegas mulai dari pembersihan internal, audit akademik, hingga penghentian kelas jarak jauh yang dianggap melanggar etika akademik.

“Penyelamatan UTA ’45 bukan soal popularitas, tapi tanggung jawab sejarah,” tegas Rudyono dalam salah satu pidatonya.

Capaian Konkret dan Reformasi Kampus

Upaya tersebut membuahkan hasil nyata. Sejumlah program studi yang sempat kehilangan akreditasi kini kembali diakui BAN-PT dengan status “Akreditasi Baik”. Izin operasional diperbarui, sistem pendidikan diperkuat, dan tata kelola kampus didigitalisasi.

Pada masa kepemimpinan Rudyono pula, UTA ’45 Jakarta melahirkan Guru Besar pertama, yaitu Prof. Dr. Diana Laila Ramatillah, yang menjadi tonggak sejarah baru bagi universitas yang dikenal sebagai “Kampus Merah Putih” ini.

“Saya ingin UTA ’45 tidak hanya menghasilkan lulusan, tapi mencetak penemu yang membanggakan Indonesia,” ujar Rudyono.

Pemimpin Berprinsip dan Nasionalis

Rudyono dikenal sebagai sosok yang konsisten dan berani mengambil sikap berbeda di tengah arus komersialisasi pendidikan tinggi. Ia memandang pendidikan bukan sebagai bisnis, melainkan sebagai jalan peradaban untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya.

“Fungsi hukum bukan sekadar memberi sanksi, tetapi menghadirkan keadilan,” ungkapnya, menggambarkan filosofi kepemimpinannya yang berpijak pada nilai moral dan intelektual.

Di bawah arahannya, UTA ’45 kembali meneguhkan jati dirinya sebagai kampus nasionalis yang menanamkan nilai kebangsaan dalam riset, pengabdian masyarakat, dan pembelajaran.

Mitra Strategis Bangsa di Era Baru

Memasuki era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, UTA ’45 Jakarta bersiap menjadi mitra strategis pemerintah dalam membumikan semangat nasionalisme yang berpijak pada karya nyata.

“Nasionalisme bukan cerita masa lalu, tapi energi untuk membangun masa depan,” ujar Rudyono dalam refleksi kepemimpinannya.

Bara yang Tak Pernah Padam

Kini, UTA ’45 Jakarta bukan sekadar bertahan—tetapi melangkah maju. Di balik setiap kemajuan itu, tersimpan keteguhan seorang Rudyono Darsono, sosok yang diyakini berhasil menyalakan kembali bara semangat Merah Putih di dunia pendidikan tinggi Indonesia.

“Yang menjaga merah putih bukan hanya bendera, tapi orang-orang yang tak pernah lelah percaya pada cita-cita bangsa,” tutup Rudyono.(fie) 


Tinggalkan Komentar