telusur.co.id - Anggota Komisi V DPR RI Sigit Sosiantomo mempertanyakan anggaran PSO (public service obligation) kereta api yang naik meski jumlah penumpang anjlok selama setahun terakhir. Hal itu disampaikan Sigit Sosiantomo dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi V dengan Dirjen Perkeretaapian, Kamis (28-1).
"Selama pandemi Covid ini, jumlah penumpang disemua moda transportasi anjlok, termasuk kereta api. Tapi kenapa jumlah PSO-nya naik? Tahun lalu PSO Rp untuk KA perintis dialokasikan sebesa Rp159 miliar. Tahun ini disediakan dana Rp211,7 M atau naik 33%. Hitungannya bagaimana ini, jumlah penumpang turun tapi PSO naik." Kata Sigit.
Dalam RDP tersebut, Sigit juga mempertanyakan realisasi PSO sektor perkeretaapian tahun 2020 yang lebih besar dari tahun 2019. Padahal, jumlah penumpang kereta tahun 2020 berdasarkan data BPS mengalami penurunan 53,8% dari tahun 2019.
"Total PSO untuk KA tahun 2019 sebesar Rp2, 4 Triliun untuk jumlah penumpang 429 juta. Tahun 2020 alokasi PSO naik jadi Rp2, 67 Triliun tapi jumlah penumpangnya anjlok sampai lebih dari 50%. Jumlah penumpang anjlok, tapi PSO lebih besar dari tahun sebelumnya. Mohon penjelasannya soal ini. Berikan kami skema hitungan-hitungannya," Kata Sigit yang juga anggota FPKS DPR RI.
Tak hanya PSO, Sigit yang berasal dari Dapil 1 Jawa Timur itu juga mempertanyakan IMO (infrastructure maintenance and operation) dan TAC (track access charge) kereta api yang dinilai kurang transparan.
"Sebagai pemegang hal anggaran, DPR perlu tahu hitungan dua hal tersebut yaitu TAC dan IMO. Jangan sampai kami hanya menyetujui sesuatu yang kami tidak pahami. Ini sudah berlangsung bertahun-tahun. Saya harap, amanat PSO, TAC dan IMO dalam UU Perkeretaapian ini bisa dijalankan kementerian dengan sebaik-baiknya. apalagi UU-nya sudah kita setujui bersama." Kata Sigit. [ham]