telusur.co.id - Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat Fraksi NasDem, M. Rizky, menyerap sejumlah aspirasi penting dari para petani saat melaksanakan Reses I Tahun Sidang 2025–2026 di Kampung Cibeureum, Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Senin (1/12/2025). Pertemuan ini memunculkan berbagai persoalan yang selama bertahun-tahun menghambat produktivitas pertanian, mulai dari distribusi pupuk bersubsidi, ketersediaan alat mesin pertanian (alsintan), hingga kondisi Jalan Usaha Tani (JUT) yang dinilai tidak lagi memadai.
Dalam dialog, petani menyampaikan bahwa kelangkaan dan keterlambatan pupuk bersubsidi terus berulang setiap musim tanam. Kondisi tersebut menyebabkan biaya produksi meningkat dan berdampak langsung pada hasil panen.
“Masalah pupuk muncul setiap tahun. Kadang datang terlambat, kadang jumlahnya tidak sesuai, bahkan ada yang melebihi harga ketentuan. Ini persoalan serius yang harus diawasi sampai ke tingkat kelompok tani,” ujar Rizky.
Selain pupuk, warga menegaskan bahwa alsintan menjadi kebutuhan mendesak. Minimnya traktor tangan, pompa air, serta peralatan modern membuat pekerjaan petani jauh lebih berat dan memakan waktu. Mereka berharap adanya fasilitas alsintan untuk efisiensi kerja dan menarik minat generasi muda masuk ke sektor pertanian.
Kondisi Jalan Usaha Tani juga menjadi sorotan. Jalan yang sempit dan rusak menyulitkan mobilitas panen serta meningkatkan biaya angkut. Menurut Rizky, kondisi ini harus segera mendapatkan perhatian karena sangat berpengaruh pada rantai pasok pangan.
“JUT adalah infrastruktur dasar pertanian. Jika aksesnya sulit, beban petani semakin berat. Aspirasi ini akan saya komunikasikan dengan pemerintah daerah agar menjadi prioritas pembangunan,” jelasnya.
Rizky juga menyinggung perlunya regenerasi petani, melihat semakin sedikit anak muda yang tertarik bekerja di sektor pertanian. Ia menilai program hortikultura cepat panen dapat menjadi alternatif pendapatan bagi pemuda desa.
Melalui reses ini, Rizky menegaskan komitmennya untuk mengawal kebutuhan dasar petani, termasuk pendampingan penyuluh pertanian lapangan (PPL) yang dinilai masih kurang intensif.
“Kita ingin sektor pertanian di Dramaga benar-benar naik kelas. Aspirasi hari ini menjadi bahan bagi kami dalam pembahasan program provinsi ke depan,” tutupnya. (VC)



