telusur.co.id - Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, memulai misi diplomatik penting selama dua hari ke Mesir dan Lebanon pada Minggu malam. Kunjungan ini berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, terutama terkait krisis kemanusiaan yang terus memburuk di Gaza.
Menurut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, Araghchi dijadwalkan melakukan serangkaian pertemuan tingkat tinggi dengan para pejabat senior di Kairo dan Beirut. Fokus utama dari kunjungan ini adalah membahas hubungan bilateral, memperkuat koordinasi regional, serta merespons perkembangan internasional yang mendesak, terutama konflik di Palestina yang diduduki.
Diplomasi Regional di Tengah Ketegangan
“Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan Iran untuk memperdalam dialog regional dan membangun kerja sama strategis yang lebih erat,” ujar Baghaei kepada wartawan di Teheran. Ia menekankan bahwa Iran berkomitmen terhadap keterlibatan diplomatik yang serius dan konstruktif, khususnya dalam menghadapi eskalasi militer Israel di Gaza.
Menurut Baghaei, Iran ingin menjajaki berbagai pendekatan bersama dengan Mesir dan Lebanon untuk menghadapi dampak luas agresi Israel, serta mencari jalan diplomatik untuk meredakan ketegangan dan memulihkan stabilitas kawasan.
Gaza: Luka yang Terbuka
Sejak dimulainya Operasi Banjir Al-Aqsa oleh kelompok perlawanan Palestina pada 7 Oktober 2023, Israel telah melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti ke Gaza. Rumah sakit, kawasan pemukiman, dan tempat ibadah menjadi target. Serangan ini, menurut berbagai pengamat internasional, merupakan respons brutal terhadap serangan mendadak Palestina dan mencerminkan konflik yang sudah berlangsung selama puluhan tahun.
Data dari Kementerian Kesehatan Gaza menyebutkan bahwa hingga saat ini, lebih dari 54.000 warga Palestina telah tewas, sebagian besar di antaranya adalah wanita dan anak-anak. Luka-luka diderita lebih dari 124.000 orang, dan kondisi di wilayah tersebut memburuk drastis akibat blokade penuh yang diberlakukan Israel sejak 2 Maret 2024.
Blokade yang Mematikan
Blokade terhadap bantuan kemanusiaan telah mengakibatkan krisis kelaparan akut. Setidaknya 57 anak telah meninggal akibat kekurangan gizi sejak blokade diberlakukan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa jika situasi tidak berubah, sekitar 71.000 anak di bawah usia lima tahun terancam mengalami kekurangan gizi akut dalam waktu sebelas bulan ke depan.
Laporan ini didasarkan pada data dari Integrated Food Security Phase Classification (IPC), yang menggambarkan kondisi di Gaza sebagai salah satu bencana kemanusiaan terburuk di abad ini.
Langkah Iran ke Depan
Dalam konteks ini, kunjungan Abbas Araghchi ke Mesir dan Lebanon menjadi lebih dari sekadar kunjungan diplomatik rutin. Ia membawa pesan bahwa Iran siap memainkan peran aktif dalam membangun respon kolektif dan regional terhadap tragedi Gaza, serta mengupayakan solusi jangka panjang bagi stabilitas dan keadilan di Timur Tengah.[iis]