Meski Israel Didukung Lebih dari 50 Badan Intelijen Asing Iran Tetap Kuat - Telusur

Meski Israel Didukung Lebih dari 50 Badan Intelijen Asing Iran Tetap Kuat

Menteri Intelijen Iran Esmaeil Khatib. foto: dok TNA

telusur.co.id - Menteri Intelijen Iran, Esmaeil Khatib, mengungkapkan bahwa lebih dari 50 badan intelijen asing memberikan dukungan kepada rezim Israel dalam serangannya terhadap Iran pada bulan Juni lalu. Dalam pernyataannya pada sebuah pertemuan yang diadakan di Shahrekord, Khatib menegaskan bahwa meskipun upaya besar oleh "intelijen NATO" dan sumber daya besar yang digunakan dalam serangan tersebut, Iran berhasil mengalahkan rezim Zionis dan Amerika Serikat dalam perang agresi yang berlangsung selama 12 hari.

Menteri Khatib menyatakan bahwa persatuan rakyat Iran, dukungan yang kuat terhadap negara, serta kemampuan angkatan bersenjata dan layanan intelijen Iran telah menghasilkan kemenangan terhadap Israel dan Amerika Serikat. "Meski mereka melibatkan lebih dari 50 badan intelijen asing, kami mampu mengatasi serangan ini berkat solidaritas rakyat, dan kekuatan angkatan bersenjata serta layanan intelijen kami," ungkapnya.

Khatib menambahkan bahwa selama periode tersebut, musuh yang terdiri dari negara-negara Barat berencana menggulingkan dan menghancurkan Iran melalui perang hibrida yang intensif. Dengan menggunakan serangan militer serta teknologi canggih dan pengetahuan dari peradaban Barat, mereka berusaha untuk menghancurkan struktur kekuatan negara Iran, namun gagal mencapai tujuan mereka.

Pada 13 Juni 2025, Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap Iran, menargetkan sejumlah situs militer, infrastruktur nuklir, dan permukiman warga Iran dalam serangan yang berlangsung selama 12 hari. Serangan ini merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk melemahkan Iran, dengan AS juga turut meningkatkan ketegangan dengan menyerang tiga lokasi nuklir Iran di Natanz, Fordow, dan Isfahan pada 22 Juni.

Angkatan Bersenjata Iran, khususnya Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), memberikan respons tegas terhadap serangan tersebut. Dalam Operasi *True Promise III*, pasukan Iran meluncurkan 22 gelombang serangan rudal balasan yang menyebabkan kerusakan signifikan di wilayah pendudukan. Selain itu, sebagai bentuk pembalasan terhadap serangan AS, pasukan Iran juga menargetkan Pangkalan Udara al-Udeid di Qatar — salah satu instalasi militer terbesar milik AS di kawasan Asia Barat — dengan serangan rudal yang intens.

Khatib mengungkapkan bahwa musuh juga merencanakan upaya untuk mendestabilisasi Iran secara luas dengan menggunakan elemen-elemen teroris dan kelompok Takfiri yang dibawa dari Suriah dan Afghanistan. Namun, upaya ini, menurutnya, juga gagal seiring dengan ketangguhan rakyat dan negara Iran.

Konfrontasi tersebut akhirnya berakhir pada 24 Juni 2025, ketika kedua pihak sepakat untuk memberlakukan gencatan senjata, meski ketegangan di kawasan tetap tinggi. Iran mencatat bahwa meskipun menghadapi serangan dari dua kekuatan besar dunia, mereka berhasil mempertahankan kedaulatan dan integritas wilayahnya.

Pernyataan Khatib ini menggambarkan ketegangan geopolitik yang meningkat di kawasan Timur Tengah, serta peran yang dimainkan oleh kekuatan besar seperti Israel dan Amerika Serikat dalam mengancam kestabilan regional. Sebaliknya, Iran menegaskan bahwa mereka akan terus memperkuat angkatan bersenjata dan keamanan negara untuk menghadapi potensi ancaman yang datang dari luar negeri.

 

Sumber: TNA
 


Tinggalkan Komentar