telusur.co.id - Kementerian Koperasi dan UKM mendorong adanya sinergi digitalisasi KUKM dengan melibatkan kementerian dan lembaga terkait dengan konsep yang terintegrasi. Ini juga mendorong pelaku usaha Indonesia untuk dapat berdaya saing.
"Juga, agar dapat berkompetisi dan menguasai pasar, baik nasional dan internasional," kata Menkop Teten Masduki, pada acara penutupan Konferensi Ekspor Nasional 2021: Mengangkat Potensi Ekspor Rempah, secara daring, Kamis (28/10/21).
Di antaranya, bekerja sama dengan Atase Perdagangan dan ITPC di 44 negara dalam pengembangan ekspor UKM khususnya market intelligence, promosi luar negeri, business matching, hingga kolaborasi dengan GIZ melalui platform e-catalogue-Semesta Kemenkop, serta ASEAN Access.
Pada Kuartal I 2021, nilai ekspor rempah Indonesia mencapai US $218,69 juta, atau meningkat 19,28 persen dibandingkan periode sebelumnya. Adapun komoditas dengan pangsa pasar terbesar adalah lada 22,04%, cengkeh 16,65 %, bubuk kayu manis 12,16%, vanila 10,42%, pala 10,09%. negara tujuan ekspor di antaranya Singapura, UAE, Maroko, Algeria, Tunisia, USA, Belanda, Brazil, Jerman, dan Belgia.
"Kami juga sedang menginisiasi kerja sama dengan SIPPO (Swiss Import Promotion Programme) dalam pengembangan natural ingredients termasuk produk rempah inline dengan program Spice Up to the World," ujar Teten.
Menurut Teten, kerja sama terfokus pada program peningkatan pasar ekspor UMKM, menyediakan informasi pasar ekspor UMKM, mengorganisasikan event promosi offline dan online, mengorganisasikan kegiatan business matching, serta sinergi dalam pengembangan sustainable products.
"Saya berharap dengan adanya acara Konferensi Ekspor Nasional akan semakin banyak jumlah eksportir muda yang memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan nilai ekspor Indonesia, terutama produk berbasis natural ingredients dan rempah," ungkapnya.
Meski begitu, Teten mengakui masih ada berbagai kendala dihadapi UKM untuk melangkah ke pasar ekspor. Yaitu, minimnya pengetahuan tentang selera pasar dan dokumen persyaratan di negara tujuan, kualitas produk yang tidak konsisten, kapasitas produksi, biaya sertifikasi yang tidak murah, hingga kendala logistik.
"Saya mengapresiasi yang tinggi kepada Sekolah Ekpor yang selama ini berkontribusi untuk turut serta dalam meningkatkan ekspor nasional, melalui penumbuhan jumlah eksportir di Indonesia," pungkasnya.[Fhr]