telusur.co.id - Menteri Kebudayaan Fadli Zon meresmikan nama baru “Museum Majapahit”, yang sebelumnya Pusat Informasi Majapahit di Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, sebagai bagian dari rangkaian kunjungan kerja ke wilayah yang sarat nilai sejarah dan budaya ini.
Dalam sambutannya, Menteri menyebut kehadiran Museum Majapahit sebagai tonggak penting yang dapat menjadi tolak ukur (benchmark) bagi museum-museum lain di Indonesia dalam mengangkat kejayaan peradaban masa lampau.
Menbud Fadli Zon menegaskan bahwa perubahan nama Pusat Informasi Majapahit menjadi Museum Majapahit ini bukan sekadar simbolik, tetapi awal dari rencana besar menata ulang museum sebagai sumber ilmu dan pusat edukasi publik.
“Nama Museum Majapahit akan mendorong kita merefleksikan koleksi dan maknanya. Museum ini harus hidup, dinamis, dan menjadi sumber pengetahuan yang relevan lintas generasi,” ujarnya.
Menbud menambahkan bahwa museum ini tidak harus terbatas pada bangunan tertutup, tetapi dapat dikembangkan menjadi open-air museum untuk mengakomodasi ruang interaksi dan edukasi publik yang lebih luas. Ia juga menegaskan pentingnya menjaga Hak Kekayaan Intelektual atas nama-nama cagar budaya nasional seperti Majapahit, yang harus dimiliki oleh negara.
“Nama-nama seperti Majapahit, Borobudur, Prambanan, semuanya harus diproteksi sebagai milik negara. Kita tidak bisa membiarkan mereka digunakan sembarangan tanpa izin karena itu bagian dari jati diri dan sejarah bangsa,” ucapnya.
Museum ini dikembangkan menjadi museum tematik yang menyimpan sekitar 86.000 koleksi artefak, antara lain terakota (11.762), batu andesit (2.727), batu putih (477), keramik (2.974), logam (64.966), kayu (14), dan artefak prasejarah (3.339).
Wakil Bupati Mojokerto, Muhammad Rizal Octavian, menyampaikan apresiasi atas kunjungan Menteri dan menjadikan momen ini sebagai penguat komitmen pelestarian budaya di Trowulan. “Kawasan ini bukan hanya kebanggaan Mojokerto, tapi bagian dari identitas budaya nasional. Sinergi lintas sektor dibutuhkan untuk menjaga kelestariannya,” ujarnya.
Menutup kunjungan di Museum Majapahit, Menbud berharap museum ini menjadi ikon budaya Nusantara dan pusat literasi sejarah yang menginspirasi generasi muda. “Majapahit adalah peradaban besar. Semangatnya harus kita teruskan, melalui museum yang tertata, terbuka, dan mengakar pada nilai-nilai bangsa.”
Turut hadir dalam acara peresmian, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, Evi Afianasari; Kadisdikbud Kabupaten Jombang, Anda Warwindari; Kadisdikbud Kota Mojokerto, Rubi Hartoyo; Kepala Disporabudpar Kabupaten Mojokerto; serta jajaran pejabat Kementerian Kebudayaan: Dirjen Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Restu Gunawan; Staf Khusus Menteri Bidang Protokol dan Rumah Tangga, Rachmayuda; Staf Khusus Bidang Hukum dan Kekayaan Intelektual, Putri Woelan Sari; Staf Khusus Bidang Sejarah dan Warisan Budaya, Basuki Teguh Yuwono; Direktur Bina SDM Lembaga dan Pranata Kebudayaan, Irini Dewi Wanti; Kepala Museum dan Cagar Budaya, Abi Kusno; dan Kepala BPK Wilayah XI, Endah Budi Heryani.
Kunjungan ke Petirtaan Jalatunda
Terkait dengan sejarah budaya Majapahit, Menteri Kebudayaan juga berkesempatan meninjau Petirtaan Jalatunda yang terletak di kaki Gunung Penanggungan. Situs ini dibangun sejak tahun 877 Saka (abad ke-9 Masehi) dan dikenal sebagai salah satu petirtaan tertua di Nusantara yang masih aktif.
“Petirtaan ini adalah peninggalan luar biasa, baik secara arkeologis maupun spiritual. Airnya sangat bersih dan kaya mineral. Kawasan ini perlu kita lindungi bersama, sembari terus membuka potensi penelitian terhadap puluhan situs lainnya di Gunung Penanggungan,” ungkap Menteri.
Menbud mendorong kolaborasi lintas lembaga, termasuk perguruan tinggi, BRIN, dan komunitas, untuk mengungkap lebih lanjut warisan budaya yang tersembunyi di wilayah ini. Peninjauan ke Jalatunda menjadi bagian dari komitmen negara untuk tidak hanya melestarikan, tetapi juga mengembangkan pengetahuan budaya berbasis situs sejarah.
Kunjungan kerja ke Mojokerto ini mempertegas peran Kementerian Kebudayaan dalam memperkuat ekosistem pelestarian dan pemajuan kebudayaan, melalui museum yang hidup dan situs sejarah yang terjaga. [ham]