Pakar Jepang Berbagi Ilmu Tangani Anak Berkebutuhan Khusus di Unusa - Telusur

Pakar Jepang Berbagi Ilmu Tangani Anak Berkebutuhan Khusus di Unusa

Pakar pendidikan dukungan anak disabilitas (special needs education) dari Jepang, Ukai Saito. Foto: Humas Unusa.

telusur.co.id -Surabaya – Persoalan anak berkebutuhan khusus di Indonesia ibarat “Gunung Es”. Ini tergambar dalam Kuliah Pakar yang diadakan di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Rabu (9/7). Beberapa penanya bertanya tentang apa yang harus dihadapi oleh mereka di sekolah atau kelas maupun dalam bermasyarakat.

Realitasnya, anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) hadir di antara kita, bahkan jumlahnya boleh jadi bertambah banyak. Selama ini kita memperlakukan mereka dengan cara alami dan sebisanya. Tentu ini sangat tidak memadai.  Sebab negara maju, seperti Jepang, telah menggunakan metode ilmiah untuk berinteraksi dan membimbing mereka.

Pakar pendidikan dukungan anak disabilitas (special needs education) dari Jepang, Ukai Saito, mengingatkan bahwa masalah tersebut harus ditangani dengan serius. Di Jepang tercatat puluhan ribu kasus orang tua bunuh diri gara-gara putus asa memiliki keturunan ABK dan khawatir tidak mampu merawat, sepeninggalannya. Untuk itu dirinya berharap pemerintah Indonesia juga mau memberi prioritas terhadap penanganan ABK.

Dalam acara Kuliah Pakar di Unusa, Ukai Saito dari  Tasuc Corporation Jepang berbagi cara mendidik ABK dengan memperkenalkan modul Japannese Seven Key Point (J*sKeps). Metode ini dirancang untuk meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga profesional dalam menangani ABK yang telah diadopsi di beberapa negara.

Dipaparkan tujuh langkah kunci mulai dari proses asesmen, pelibatan orang tua, penyesuaian lingkungan, hingga cara memberi penilaian atas perkembangan siswa ABK. Ditampilkan pula perangkat media pembelajarannya. Tidak hanya mempresentasikan ilmu yang teoritis dan konseptual, sensei Ukai Saito juga berbagi panduan praktis, yang bermanfaat bagi guru dan orang tua. Dan justru ini yang menarik. Di antaranya bagaimana cara mengatasi anak tantrum, melakukan kontak mata, hingga mengembangkan kognisi dan motorik mereka.

Menurutnya, banyak kesalahan tidak sengaja yang dilakukan orang dalam memperlakukan ABK. Salah satunya, cara menuntun anak ABK. Kita biasanya menuntun anak dengan cara tangan kita menggenggam pergelangan anak lalu mengajaknya berjalan. Itu tidak tepat, karena itu berarti kita yang mendominasi dan menguasai anak.

Kemudian Ukai Saito mengoreksinya. “Cara yang benar adalah kita mengulurkan tangan, kemudian membiarkan tangan anak yang meraih dan menggenggam jari-jari kita. Dengan demikianlah si anak yang memegang kendali,” katanya melalui penerjemah di sampingnya.

Dalam kesempatan itu dirinya juga mengajak peserta kuliah pakar untuk mempraktikkan cara memegang pensil, memegang gunting, hingga cara mewarna pakai crayon sehat (berbahan dasar beras).  Tetapi Ukai Saito tidak sedang memberi pelajaran keterampilan dan seni rupa, melainkan tentang cara mengembangkan motorik anak.

Bahkan cara menggunting kertas pun ditunjukkan. Tangan kanan memegang gunting dan tangan kiri memegang kertas. Ternyata cara menggunting kertas yang benar adalah menggunting sedikit pinggir kertas untuk jalan gunting, kemudian gunting ditempelkan ke kertas dalam posisi terbuka menganga, siap memotong.  “Bukan guntingnya yang digerak-gerakkan. Tetapi justru tangan kiri yang menarik kertas sampai kertasnya terpotong sendiri,” katanya mengarahkan.

Kemudian dilanjutkan dengan praktik mewarnai gambar segitiga yang terbagi dalam beberapa bidang. Terbukti banyak peserta yang salah dalam mengerjakannya. Ukai Saito pun meluruskan dengan mengatakan, seharusnya yang diwarnai terlebih dahulu adalah bidang yang paling besar, baru dilanjutkan ke bidang yang lebih kecil, hingga akhirnya bidang yang paling kecil.

Penjelasannya: Anak mulai melatih motorik halusnya di atas bidang besar dulu, karena lebih mudah. Kemudian bertahap pindah mewarnai bidang berukuran kecil yang tentunya membutuhkan koordinasi motorik tangan yang lebih sulit dan butuh konsentrasi tinggi.


Tinggalkan Komentar