telusur.co.id - Salah satu pengusaha ternak kelinci Asep Supriyatna yang dikenal juga dengan panggilan Asep Rabbit mengaku bahwa ketertarikannya terhadap dunia kelinci berawal dari sang anak yang meminta untuk dibelikan binatang yang imut tersebut.

Menurut Asep, selama dirinya selalu memberikan pakan ke hewan kesayangan sang anak, Asep terfikir untuk mengembangkannya. Alhasil apa yang dilakukannya berbuah hasil yang positif.

“Awalnya Iseng-iseng pada akhirnya saya fokus menggeluti ternak kelinci hias, sebelumnya saya tukang potret atau potografer,” kata pria yang akrab disapa Asep Rabbit disela menerima kunjungan Ditjen PKH Kementan, Selasa (30/11/21).

Asep mengungkapkan bahwa bisnis ternak kelinci yang digeluti hingga saat ini masih sangat bagus, Apalagi saat ini banyak permintaan dari beberapa daerah. Namun, dimasa pandemi permintaan yang biasa ia keluarkan sangat berdampak. 

"Sekarang permintaan lumayan berkurang karena pandemi," papar dia.

“Sebelum covid sehari 800 ekor anak, sekarang turun. Untuk penjualan sekarang seminggu sekali pengiriman ke Jabodetabek, dulu tiap hari, itu baru tipe lucu-lucuan. Kalau daging kita belum garap, sementara permintaan daging untuk jalan raya Lembang saja 5-6 ton untuk satu minggu.
Sebelum pandemi," sambung dia.

Terkait dengan harga kelinci yang ia pasarkan yaitu beragam, dari kisaran 50 ribu sampai ada yang harganya mencapai 7,5 juta per ekornya. Tergantung jenis dan kualitas kelinci.

“Harga kisaran dari 50.000 hingga 7,5 juta per ekor,” tukasnya.

Sementara itu, untuk pasar ekspor pihaknya hanya baru beberapa negara diantaranya Malaysia dan Filipina, Singapore dan Thailand. Akan tetapi untuk Malaysia sejak tahun 2014 sudah stop.

“Untuk ekspor beda, tergantung permintaan mereka untuk hobi, kalau untuk daging kemeren ke Filipina itu dia ambil dari sisni, type new zeland semua dia untuk breading disana,” ungkapnya.[iis]