PSKP UAD dan Puspeka Selenggarakan Diseminasi Evaluasi Dampak Gerakan 7KAIH - Telusur

PSKP UAD dan Puspeka Selenggarakan Diseminasi Evaluasi Dampak Gerakan 7KAIH

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) bersama Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemendikdasmen menyelenggarakan Diseminasi Evaluasi Dampak Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (7KAIH) pada Kamis (4/12). Foto: dok. UAD.

telusur.co.id -Universitas Ahmad Dahlan (UAD) bersama Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemendikdasmen menyelenggarakan Diseminasi Evaluasi Dampak Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (7KAIH) pada Kamis, 4 Desember 2025, di Kampus 4 UAD. Kegiatan ini menjadi ruang berbagi praktik baik dan pemaparan hasil evaluasi implementasi 7KAIH dari berbagai daerah, sekaligus memperkuat kolaborasi penguatan karakter peserta didik di Indonesia.

Acara dibuka dengan laporan kegiatan oleh Ketua Pelaksana, Gigih Angga Yudha, yang menyampaikan bahwa diseminasi ini menghadirkan 81 peserta dari berbagai unsur pendidikan. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini diharapkan melahirkan rekomendasi strategis untuk memperkuat kebiasaan baik di sekolah melalui Gerakan 7KAIH.

Sebagai pembicara kunci, Dr. Rita Pranawati, M.A., Staf Khusus Mendikdasmen bidang Pendidikan Inklusif dan Pemerataan Daerah 3T, menyoroti sejumlah persoalan mendasar yang dihadapi anak Indonesia saat ini, seperti pola tidur yang buruk akibat penggunaan gawai hingga larut malam, serta rendahnya kontrol orang tua terhadap aktivitas digital. Menurutnya, kedua hal tersebut berkontribusi besar terhadap keterlambatan siswa, konsentrasi belajar, hingga kesehatan mental.

“Hari ini kita melihat bahwa banyak anak dibentuk oleh gawai, bukan oleh orang tuanya. Dampaknya bukan hanya pada fokus, tapi juga daya ingat, daya tahan tubuh, dan kemampuan belajar,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa temuan lapangan PSKP UAD menunjukkan implementasi 7KAIH memberikan dampak positif terhadap kebiasaan hidup sehat, pengelolaan waktu, hingga aspek emosional siswa, meski masih menghadapi tantangan seperti fasilitas olahraga yang belum merata dan minat olahraga anak perempuan yang relatif rendah.

Memasuki sesi paparan, tiga narasumber dari daerah berbagi praktik baik implementasi 7KAIH. I Ketut Budiarsa, Pengawas Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kota Denpasar, menjelaskan bahwa keberhasilan pelaksanaan program di Denpasar dimulai dari komitmen seluruh pemangku kepentingan. Ia menyoroti lima fokus kebiasaan utama yang menjadi fondasi pembiasaan, mulai dari pengelolaan waktu hingga literasi dan karakter sosial. Namun, ia juga mengakui adanya tantangan seperti literasi digital yang beragam di kalangan orang tua dan guru, serta internalisasi nilai yang kadang masih bersifat tugas bukan kesadaran diri. Menurutnya, keberhasilan program sangat ditentukan oleh "Catur Pusat Pendidikan": sekolah, keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

Dari Kendari, La Ode Muhammad Sauf, Kepala SMA Negeri 7 Kendari, memaparkan bagaimana sekolahnya mengawali program dengan sosialisasi internal, penyusunan pamflet informasi, hingga integrasi 7KAIH dalam kegiatan MPLS. Ia menjelaskan sejumlah pembiasaan yang diterapkan, seperti jurnal bangun pagi, absensi barcode, pembatasan gawai, kegiatan Yasinan, senam rutin, makan bergizi, serta kerja bakti mingguan. “Pembiasaan ini membuat siswa lebih disiplin, peduli, dan terbiasa mengatur hidupnya,” jelasnya.

Sementara itu, Fatin Mahdalina, Kepala SMP Negeri 2 Magelang, memaparkan bagaimana sekolahnya mengintegrasikan 8 Dimensi Profil Pelajar Pancasila (8 DPP) dengan 7KAIH sebagai fondasi pembiasaan. Ia mengungkap bahwa awalnya banyak siswa datang terlambat dan memiliki pola makan yang kurang sehat. Melalui penyusunan buku panduan, keterlibatan seluruh guru mata pelajaran, serta jadwal kokurikuler pagi, perubahan signifikan terlihat. Jumlah siswa terlambat menurun drastis dari 12 menjadi maksimal 3 siswa per hari, dan capaian rapor pendidikan meningkat. “Implementasi 7 Kebiasaan Anak Hebat benar-benar membantu kami membentuk generasi yang disiplin, sehat, dan berkarakter,” tegasnya.

Pada sesi selanjutnya, narasumber dari pihak peneliti dan kebijakan memberikan penguatan dari perspektif nasional. Dr. Azaki Khoirudin, Koordinator Tenaga Ahli Mendikdasmen, menjelaskan bahwa 7KAIH merupakan komitmen Menteri untuk memberikan pendidikan karakter yang sederhana, praktis, dan terintegrasi dalam aktivitas harian siswa. Ia menekankan pentingnya peran guru wali dalam menjaga konsistensi pembiasaan melalui pendekatan bimbingan dan konseling.

Kemudian, Budi Asyhari Afwan, M.A., Direktur Riset PSKP UAD, memaparkan sejumlah temuan lapangan terkait implementasi 7KAIH. Ia menyoroti tantangan-tantangan yang relevan dengan kondisi remaja Indonesia, seperti rendahnya konsumsi buah dan sayur, meningkatnya kekerasan remaja, serta tingginya penggunaan gawai yang mempengaruhi kualitas tidur. Namun, ia menegaskan bahwa keberhasilan implementasi sangat didukung oleh keteladanan sekolah, budaya lokal, keterlibatan orang tua, dan kepemimpinan sekolah.

Melengkapi paparan tersebut, Hilma Fanniar Rohman, S.E., M.E., Direktur Eksekutif PSKP UAD, menampilkan sejumlah praktik baik hasil temuan riset PSKP di berbagai daerah. Ia menyebut adanya sekolah-sekolah yang telah menjalankan jurnaling harian, olahraga terjadwal, meditasi sederhana, hingga kegiatan ibadah lintas agama yang berjalan harmonis. Ia juga menyoroti program Makan Bergizi (MBG) sebagai salah satu praktik efektif yang mendukung kebiasaan hidup sehat di sekolah.

Acara ditutup oleh Ir. Moch. Abduh, MS.Ed., Ph.D., Staf Ahli Mendikdasmen Bidang Teknologi Pendidikan, yang menekankan pentingnya penguatan tata kelola berbasis teknologi untuk memastikan pelaksanaan 7KAIH berjalan konsisten dan dapat dipantau dengan baik. Ia juga mengapresiasi peran PSKP UAD dalam menyediakan riset dan analisis yang menjadi rujukan dalam penyusunan kebijakan.

Melalui diseminasi ini, PSKP UAD dan Puspeka menegaskan komitmen untuk terus memperkuat implementasi Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Praktik baik dari Denpasar, Kendari, dan Magelang menunjukkan bahwa pembiasaan sederhana yang dijalankan secara konsisten mampu memberikan dampak nyata bagi perkembangan karakter, kesehatan, dan kedisiplinan peserta didik sebagai langkah menuju Generasi Emas Indonesia 2045.


Tinggalkan Komentar