telusur.co.id - Pemerintah China membalas kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan memberlakukan tarif impor sebesar 34 persen untuk seluruh produk asal AS. 

Kebijakan tersebut disampaikan Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara China pada, Jumat (4/4/2025), dan mulai diberlakukan pada 10 April 2025 mendatang.

Akibat balasan kebijakan dagang China kepada AS, ketegangan perang dagang semakin mengguncang investor dan memicu ketakutan akan datangnya resesi.  

Tiongkok memandang bahwa langkah AS tidak sesuai dengan aturan perdagangan internasional dan secara serius merongrong hak-hak dan kepentingan China yang sah serta merupakan tindakan khas intimidasi sepihak.

Seperti dikutip Reuters, kebuntuan dua ekonomi terbesar dunia antara Beijing dan Washington semakin memperparah kondisi pasar saham global menjadi anjlok dan perang dagang telah memicu kerugian pasar terbesar sejak pandemi. 

Sementara Trump juga terus membulatkan tekadnya dan bersumpah tidak akan mengubah arah kebijakan yang telah dibuat. 

Adapun Tiongkok menambahkan 11 badan AS ke dalam daftar "entitas tidak dapat diandalkan", yang memungkinkan Beijing mengambil tindakan hukuman terhadap entitas asing. 

Selain Tiongkok, negara-negara lain yang terkena dampak seperti Kanada juga telah menyiapkan pembalasan dalam perang dagang yang meningkat setelah Trump menaikkan hambatan tarif AS ke tingkat tertinggi dalam lebih dari satu abad, yang menyebabkan jatuhnya pasar keuangan dunia.[Nug] 

Laporan: Dhanis Iswara