Teknologi NIR Karya Mahasiswa ITS Percepat Proses Pembuatan Telur Asin - Telusur

Teknologi NIR Karya Mahasiswa ITS Percepat Proses Pembuatan Telur Asin

Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan alat pembuat telur asin berbasis sensor Near Infrared (NIR). Foto: Istimewa.

telusur.co.id -Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan alat pembuat telur asin berbasis sensor Near Infrared (NIR) untuk menjaga konsistensi cita rasa sekaligus mempercepat proses produksi. Inovasi tersebut diberi nama Osmotic Manipulation and Near Infrared Controlled (Osmoinc) dan dikembangkan oleh tim Program Kreativitas Mahasiswa Karya Inovatif (PKM-KI) ITS.

Ketua Tim Osmoinc ITS, Achmad Mahendra, menjelaskan bahwa inovasi ini berangkat dari keresahan terhadap metode pembuatan telur asin konvensional yang masih banyak digunakan oleh pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Metode penggaraman menggunakan tanah liat dan garam dinilai membutuhkan waktu lama sehingga menghambat pemenuhan permintaan pasar yang terus meningkat.

“Proses produksi telur asin secara konvensional membutuhkan waktu sekitar 10 hingga 14 hari. Ini bukan waktu yang singkat, terutama untuk memenuhi kebutuhan pasar, termasuk permintaan ekspor,” ujar Mahendra, yang akrab disapa Mahen.

Berangkat dari persoalan tersebut, tim Osmoinc mendorong penerapan teknologi yang mampu meningkatkan higienitas, kecepatan, serta kualitas produksi telur asin. Menurut Mahen, standar kebersihan dan efisiensi produksi menjadi kunci untuk menghasilkan telur asin dengan tekstur masir dan rasa yang seragam.

Inovasi Osmoinc bekerja dengan memanipulasi tekanan osmosis pada proses penggaraman telur asin serta memanfaatkan sensor NIR. Teknologi ini memanfaatkan perbedaan konsentrasi garam di luar dan di dalam telur hingga tercapai keseimbangan optimal. Analisis non-destruktif berbasis radiasi inframerah dekat digunakan untuk mengukur tingkat kemasiran tanpa merusak telur.

Dari sisi spesifikasi, alat ini dirancang dengan standar pengujian yang aman. Osmoinc memiliki dimensi sekitar 53,4 x 56,3 x 50,2 sentimeter dengan kapasitas produksi hingga 150 butir telur dalam waktu operasi lima jam. Alat ini menggunakan daya listrik sebesar 1.650 watt dengan frekuensi 50 Hz, serta dilapisi material galvanis dan stainless steel SS316 untuk menjaga ketahanan dan kebersihan.

Mahen menjelaskan bahwa inkubator otomatis ini dirancang melalui lima tahapan utama. Tahap awal mencakup perancangan sistem, penentuan kondisi operasi, serta pembuatan model prediksi kemasiran. Tahapan selanjutnya meliputi pengujian kelengkapan komponen, pengujian fungsi dan hasil produk, hingga uji coba kepada calon pengguna.

Sementara itu, proses pembuatan telur asin menggunakan Osmoinc terbagi dalam empat tahapan. Pertama, telur direndam dalam larutan asam asetat 15 persen selama lima menit. Kedua, telur dibilas dengan air bersih untuk menghilangkan sisa larutan. Ketiga, telur direbus menggunakan larutan NaCl 30 persen selama empat jam pada suhu 70 derajat Celsius. Terakhir, tingkat kemasiran telur diperiksa menggunakan sensor NIR.

Meski prosesnya berbasis teknologi, Mahen menyebut manfaat yang dihasilkan cukup signifikan. Telur asin yang diproduksi dengan Osmoinc memiliki penetrasi garam yang lebih efisien serta daya simpan yang lebih lama. Selain itu, pertumbuhan mikroba pada telur asin dapat ditekan sehingga lebih mudah dikendalikan.

“Inovasi ini membuat telur asin lebih tahan lama dan kualitasnya lebih terjaga,” ujar mahasiswa Departemen Teknik Kimia Industri ITS tersebut.

Melalui inovasi ini, ITS menegaskan komitmennya dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan ke-2 tentang Tanpa Kelaparan, tujuan ke-8 tentang Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, serta tujuan ke-9 tentang Industri, Inovasi, dan Infrastruktur.

“Dengan adanya inovasi ini, kami berharap mahasiswa ITS terus bersemangat mengembangkan karya yang berdampak nyata bagi masyarakat,” tutup Mahen.


Tinggalkan Komentar