telusur.co.id - Anggota Komisi VI DPR La Tinro La Tunrung menganggap, sangat wajar apabila muncul dugaan bahwa investasi Rempang Eco-City, merupakan proyek yang terkesan dipaksakan oleh pemerintah. Karena, prosesnya cukup singkat.
Hal itu disampaikan oleh La Tinro La Tunrung dalam rapat kerja Komisi VI DPR dengan Menteri Investasi/Kepala BPKM Bahlil Lahadalia, Kepala BP Batam di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (2/10/23).
La Tinro menjelaskan, alasan dipaksakan karena Memorandum of Understanding (MoU) investasi ini baru digelar Juli, kemudian masuk dalam proyek strategis nasional (PSN) pada Agustus, selanjutnya September itu dikosongkan, yang menimbulkan penolakan dari masyarakat.
"Nah, inilah timbul informasi bahwa proyek ini seakan-akan sangat dipaksakan," kata dia.
La Tinro juga mempertanyakan kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dari rencana pembangunan proyek strategis nasional (PSN) Rempang Eco-City ini. Jika AMDAL nya sudah disusun, La Tinro meminta Bahlil maupun Kepala BP Batam memberikan data-datanya ke Komisi VI DPR, agar dibuka ke publik.
"Setiap investasi itu pasti sudah ada study kelayakan, ada AMDAL. Kalau boleh study AMDAL itu diberikan ke Komisi VI supaya terjawab semua yang diragukan oleh masyarakat," ujarnya.
Diketahui, terjadi kekerasan yang dilakukan oleh aparat gabungan yang terdiri dari Polri, TNI, Ditpam Badan Pengusahaan, dan Satpol PP terhadap warga Pulau Rempang di Jembatan 4 Barelang, Kota Batam, Kepulauan Riau.
Warga pemukim yang sejak lama mendiami Pulau Rempang menolak aktivitas pematokan tanah sebagai bagian dari dimulainya proyek Rempang Eco-city yang akan menggusur pemukiman warga.
Rempang Eco City merupakan proyek strategis nasional (PSN) yang digarap oleh Badan Pengusahaan (BP) Batam bersama perusahaan swasta PT Makmur Elok Graha (MEG), dengan target investasi diklaim mencapai Rp 381 triliun pada 2080.
Untuk menggarap Rempang Eco City, PT MEG diberi lahan sekitar 17.000 hektar yang mencakup seluruh Pulau Rempang dan Pulau Subang Mas.
Pemerintah juga menargetkan, pengembangan Rempang Eco City ini akan menyerap sekitar 306.000 tenaga kerja hingga 2080.[Fhr]