Teten Bertekad Bangun Ekosistem Kondusif untuk Koperasi - Telusur

Teten Bertekad Bangun Ekosistem Kondusif untuk Koperasi


telusur.co.id - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki bertekad, akan membangun ekosistem yang kondusif bagi koperasi di Indonesia. Harapannya, agar masyarakat tergerak berkoperasi karena kesadaran sendiri.

"Mengembangkan koperasi tidak bisa dengan mendoktrin tapi harus menjadi kesadaran sendiri, pilihan rasional masyarakat. Sehingga pendekatan kami sekarang adalah membangun ekosistem koperasi agar kompetitif bersaing dengan korporasi,” kata Teten dalam acara Rapat Anggota Tahunan XXXIV Tahun Buku 2021 KSP Koppas Kranggan Bekasi, Sabtu kemarin.

.Teten menyadari bahwa koperasi bukan serupa dengan korporasi yang semata mencari laba namun lebih ke arah mengurus kesejahteraan anggota. 
"Ekosistem sedang kami perbaiki agar koperasi bisa masuk ke sektor mana saja seperti infrastruktur bisa membangun tol, pelabuhan, tambak udang, hingga pengelolaan pelelangan ikan. Semua dimungkinkan,” ujarnya.

Untuk itu, di LPDB-KUMKM di bawah Kementerian Koperasi dan UKM saat ini dikembangkan program inkubator bisnis yang memungkinkan koperasi diinkubasi dengan bisnis model. Teten mencontohkan di banyak negara maju, koperasi banyak yang sukses karena memiliki bisnis model yang inovatif.

Kementeriannya saat ini sedang merujuk untuk mengembangkan bisnis model koperasi multipihak yang memungkinkan semua pihak bisa bergabung dalam koperasi tanpa kepentingannya terlanggar satu sama lain.

“KSP Koppas Kranggan ini misalnya pemekaran usahanya bisa dilakukan dengan spin off dan hasilnya bisa difokuskan ke sektor riil,” ungkapnya.

Ia mendorong agar koperasi juga terdigitalisasi terutama untuk koperasi simpan pinjam yang harus akrab dengan inovasi dalam financial technology (fintech). Digitalisasi juga memungkinkan jangkauan koperasi semakin luas misalnya yang selama ini terkendala RAT fisik tapi di era digitalisasi bisa dilakukan RAT secara daring dengan keanggotaannya yang bersifat nasional.

“Kita rancang koperasi menjadi besar,” kata Teten.

Isu koperasi gagal bayar yang kerap terjadi dan Teten menemukan sebagian besar disebabkan karena koperasi didirikan oleh usaha besar dan menyalurkan uang untuk kepentingan usahanya bukan anggotanya.

“Karena itu penting agar simpanan di bawah Rp2 miliar untuk diasuransikan agar kepentingan anggota terlindungi dan kepercayaan anggota kepada koperasi semakin tinggi,” katanya.[Fhr]


Tinggalkan Komentar