Dorong Indonesia dalam Kepemimpinan Ecoteologi Global, Menteri Agama Jadi Sorotan - Telusur

Dorong Indonesia dalam Kepemimpinan Ecoteologi Global, Menteri Agama Jadi Sorotan

Menteri Agama RI NasaruddinUmar, Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia, Syeikh Mohammed bin Abdulkarim Al-Issa, Wakil Menteri Agama Romo R. Muhammad Syafi'i

telusur.co.id - Kementerian Agama Republik Indonesia melalui Pusat Kerukunan Umat Beragama bekerja sama dengan Muslim World League menyelenggarakan Dialog Kerukunan Lintas Agama pada Sabtu, (6/12/2025) di Auditorium KH. M. Rasjidi Kementerian Agama, Jakarta Pusat. Kolaborasi ini menyedot perhatian banyak pihak karena tema Ecoteologi yang diangkat dinilai semakin relevan di tengah meningkatnya bencana ekologis di dunia, termasuk musibah yang kini melanda Sumatra.

Acara yang dimulai sejak pukul 9 pagi tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh diantaranya; Menteri Agama RI Nasaruddin Umar, Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia, Syeikh Mohammed bin Abdulkarim Al-Issa, Wakil Menteri Agama Romo R. Muhammad Syafi'i, Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Kamaruddin Amin, Kepala PKUB Setjen Kemenag M. Adib Abdushomad, Menteri Agama RI 2014-2019 Lukman Hakim Saefuddin.

Anggota Komisi VIII DPR RI Hidayat Nur Wahid, Ketua Umum Permabudhi Philip Kuntjoro Widjaja, Ketua Komisi Hubungan antaragama dan kepercayaan KWI Christophorus Tri Harsono, Ketua Umum PGI Jacklevyn Frits Manuputty, Ketua Umum Dewan Rohaniwan Budi Santoso Tanuwibowo, Sekretaris Umum PHDI I Ketut Budiasa, serta Anggota Tim Penasehat Ahli Menteri Agama RI Amany Burhanuddin Umar Lubis.

Menteri Agama Republik Indonesia Nasaruddin Umar dalam sambutannya mengajak seluruh umat beragama untuk memahami bahwa kerukunan tidak hanya menyangkut hubungan antarmanusia, tetapi juga hubungan manusia dengan alam. Selain itu ia juga menegaskan bahwa tanggungjawab dalam diskursus ekoteologi sejatinya merupakan bagian dari ajaran agama.

“Disinilah pentingnya kita mengembangkan terus-menerus apa yang dalam diskursus teologis disebut sebagai ekoteologi atau teologi ekologis, (yakni) sebuah kesadaran bahwa bumi ini bukan hanya tempat tinggal tetapi amanah Ilahi. Melukai bumi, merusak air dan udara, dan mencemari hutan sejatinya adalah bentuk pengkhianatan terhadap pesan langit yang dipercayakan kepada manusia sebagai khalifah," ujar pria yang juga menjabat sebagai Imam Besar masjid Istiqlal tersebut.

Ia menjelaskan bahwa konsep Ecoteologi telah ia kenalkan jauh sebelum terjadinya bencana besar di Sumatera. Peristiwa tersebut kini menjadi pengingat nyata bahwa kerusakan lingkungan memiliki dampak langsung terhadap kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat. Dengan pemahaman yang benar, umat diharapkan dapat melihat bahwa merawat lingkungan merupakan bagian dari ibadah dan komitmen moral kepada Tuhan.

Sebagai penggagas konsep Ecoteologi, Menteri Agama memiliki komitmen yang kuat untuk meneguhkan peran Indonesia sebagai pelopor sekaligus pusat pengembangan pemikiran keagamaan yang menghadirkan perspektif baru dalam menghadapi krisis ekologi.

“Saya percaya bahwa kerukunan bukanlah hasil doktrin semata tetapi buah dari penghayatan spiritual yang mendalam. Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di seluruh penjuru negeri ini telah meminta peran penting sebagai pelayan kerukunan, merawat luka sosial, dan merajut kembali simpul-simpul peradaban yang sempat goyah oleh prasangka," Tuturnya optimis.

Meski konsep Ecoteologi menjadi salah satu tawaran yang sangat penting dalam rangka menyatukan spiritualitas, etika publik, dan kepedulian ekologis dalam satu kerangka utuh, namun Nasaruddin mengingatkan para hadirin agar tidak cepat berpuas diri atas capaian-capaian yang telah ditorehkan. Sebab ke depan, tantangan yang dihadapi kian kompleks seperti; polarisasi, ujaran kebencian, ideologi yang sempit hingga krisis-krisis lingkungan.

“Semuanya hanya dapat dijawab dengan kejernihan nurani, kebijakan kolektif dan ketaatan kepada nilai-nilai yang melampaui batas sektarian," Terangnya.

Di akhir sambutannya, dirinya berpesan agar seluruh pihak bekerjasama dalam melanjutkan tugas suci ini dengan hati yang bersih dan niat yang tulus. Sebab menjaga kerukunan adalah bagian dari ibadah. 

“Menyemai damai adalah bentuk zikir sosial dan menghadirkan kasih di dalam kehidupan adalah bukti bahwa kita beriman tidak hanya dalam kata tetapi dalam karya dan perbuatan,” pungkasnya mengakhiri.

Senada dengan Menteri Agama, Sekjen Muslim World League Syeikh Mohammed bin Abdulkarim Al Issa menjelaskan bahwa forum semacam ini sangat jarang diselenggarakan, bahkan di tingkat internasional. Syeikh Isa menekankan bahwa kerusakan lingkungan akan dirasakan oleh seluruh umat beragama tanpa membedakan keyakinan. Ketika banjir atau bencana ekologis terjadi, umat tidak hanya kehilangan kenyamanan, tetapi juga menghadapi hambatan dalam menjalankan ibadah dan kegiatan spiritual lainnya. Ia menutup sambutannya dengan menyampaikan kekaguman terhadap konsep Ecoteologi yang digagas Menteri Agama dan menganggapnya sebagai pendekatan visioner yang sangat dibutuhkan dunia.

Forum ini semakin kaya dengan pandangan enam tokoh agama Indonesia yang menguraikan ajaran masing masing mengenai tanggung jawab ekologis. Islam menekankan amanah penjagaan bumi. Kekristenan mengajarkan nilai stewardship. Hindu mengajarkan keseimbangan melalui prinsip Tri Hita Karana. Buddha mengajarkan welas asih terhadap seluruh makhluk. Khonghucu menekankan harmoni antara manusia dan alam. Kearifan Nusantara memayuhayuning bawana memperkuat pesan bahwa merawat alam merupakan tugas spiritual bersama.

Melalui forum ini, Indonesia menyampaikan pesan penting bahwa kerukunan umat beragama harus diperluas menjadi kerukunan semesta. Merawat bumi berarti merawat masa depan dan peradaban bersama. Kolaborasi Kementerian Agama melalui PKUB dan Muslim World League menjadi langkah strategis untuk memperkuat kesadaran ekologis lintas iman dan memperluas gagasan ecoteologi ke tingkat nasional dan global.

Usai gelaran dialog yang diisi dari masing-masing perwakilan tokoh agama di Indonesia, puncak acara ini ditandai dengan penandatanganan sejumlah MoU antara Kementerian Agama dengan Liga Muslim Dunia yang salah satunya berisikan kerjasama berupa pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Quran tingkat internasional yang disponsori oleh Kerajaan Saudi Arabia. Di samping itu masih banyak lagi kerjasama yang disepakati, utamanya dalam rangka melakukan penguatan-penguatan hubungan umat Islam antar kedua negara.

Lebih dari 350 peserta hadir mengikuti jalannya acara, mulai dari pejabat eselon I dan II, para pegawai Kementerian Agama, akademisi, tokoh lintas agama, hingga komunitas keagamaan dari berbagai wilayah. Antusiasme peserta menunjukkan bahwa isu ekologi kini menjadi perhatian bersama, terlebih setelah bencana besar melanda Sumatera dan mengingatkan masyarakat tentang rapuhnya hubungan manusia dengan lingkungan. [ham]


Tinggalkan Komentar