Gandeng ISI Yogyakarta, Kemenkop Ingin Cetak Inkubator Bisnis Seni  - Telusur

Gandeng ISI Yogyakarta, Kemenkop Ingin Cetak Inkubator Bisnis Seni 


telusur.co.id - Kementerian Koperasi dan UKM menggelar penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, terkait Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. 

Mou itu dilakukan oleh Sekretaris Kemenkop Arif Rahman Hakim dan Rektor ISI Yogyakarta Agus Burhan, disaksikan Menkop Teten Masduki.

Teten mengatakan, sudah tak diragukan lagi bahwa seni budaya Indonesia sangat kaya. Bahkan bisa menjadi bagian kekuatan ekonomi bangsa. 

"Kalau kita lihat Korea Selatan (Korsel), misalnya, mereka berhasil dengan K-Pop nya, sebagai  gerbong berbagai industrinya ke dunia," kata Teten, Jumat (27/8/21).

Saat ini, tak heran anak muda dan generasi milenial Indonesia justru  sangat paham dengan budaya pop Korsel. Bukan hanya musik dan dramanya, tapi juga mulai dari kuliner, fesyen hingga kosmetik. "Budaya dan seni itu bisa menjadi lokomotif industrialisasi di Korsel," ucapnya. 

Hal itu diakui Teten, harusnya menjadi contoh nyata bagi industri seni Tanah Air. Bangsa Indonesia memiliki nilai seni dan budaya luar biasa yang sangat kaya. Mulai dari Aceh sampai Papua yang sudah mendarah daging. Bahkan hal itu sudah menjadi kultur yang kuat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. 

"Ini menjadi keuntungan kita dalam menciptakan industri berbasis inovasi dan kreativitas bukan semata-mata teknologi. Saya punya keinginan besar untuk bisa membangun inkubator bisnis seni, melahirkan seniman sekaligus pebisnis andal," yakin Teten optimistis. 

MoU dengan ISI Yogyakarta ini, katanya, sangat menantang. Pasalnya, MoU ini juga menjadi kesepakatan baru bagi KemenkopUKM yang berani membuat kerja sama dengan dunia seni. "Saya apresiasi sekali. Mudah-mudahan Allah memberikan kemudahan," harap Teten. 

Lebih jauh, Teten mengatakan, saat ini struktur ekonomi Indonesia didominasi oleh usaha menengah kecil dan mikro sebesar 99,9 persen. Di mana sebagian besar dari angka tersebut didominasi usaha mikro, yang memiliki omzet di bawah Rp 2 miliar. 

"Sebenarnya ekonomi Indonesia itu tulang punggungnya UMKM, dikuasai rakyat kecil. Namun sayang UMKM kita berbeda dengan Jepang, Malaysia dan China, di mana produktivitas UMKM dalam negeri masih rendah," ungkapnya. 

Untuk itu diakui Teten, komitmen KemenkopUKM bagaimana membenahi supply chain. UMKM bukan hanya bisa menghidupi ekonomi rakyat, tapi betul-betul bertarung tak hanya di pasar dalam negeri namun juga global. 

"Banyaknya e-commerce cross border di Indonesia justru diserbu produk impor lebih dari 50 persen. Ini menjadi ancaman jika kita tidak melakukan perubahan," tegasnya. 

Sementara itu, Rektor ISI Yogyakarta, Agus Burhan mengatakan, ISI sebagai universitas seni terbesar di Indonesia, memiliki rekam jejak alumni berkualitas yang tersebar secara nasional dan internasional. 
ISI berkomitmen mendukung SDM dengan kompetensi utama, kreativitas tinggi, menghasilkan seniman, serta desainer yang andal dan memiliki kecakapan. 

"Kami berupaya menciptakan social skill yang memiliki pengalaman wawasan entrepreneurship sekaligus seniman unggul," ujarnya. 

Saat ini, ISI memiliki pengembangan kewirausahaan lewat beberapa program lembaga penelitian dan pengembangan di masyarakat, program rancangan seni, pembinaan wilayah seni yang mendorong inkubator seni menjadi wirausaha.[Fhr] 


Tinggalkan Komentar