telusur.co.id - Jalur Gaza kembali diguncang oleh gelombang serangan udara intens dari militer Israel, menewaskan sedikitnya 68 warga Palestina dalam satu hari, sebagian besar di Kota Gaza dan wilayah utara. Serangan ini dilaporkan sebagai salah satu yang paling mematikan dalam beberapa pekan terakhir, memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah yang telah lama terkepung.
Menurut laporan Al Jazeera dan sumber medis setempat, sedikitnya 50 serangan udara dilancarkan Israel pada hari Minggu, dengan fokus utama di distrik timur Kota Gaza, wilayah yang baru saja menerima perintah pemindahan paksa, yang memicu gelombang panik dan pelarian massal.
Dalam tragedi memilukan lainnya, sepuluh warga Palestina tewas ketika serangan Israel menghantam gudang distribusi bantuan di lingkungan Zeitoun. Mereka sedang mengantri makanan. Di Khan Younis, serangan terhadap warga sipil yang sedang mengantre makanan menewaskan banyak orang dan melukai setidaknya 50 lainnya, menurut laporan dari Kompleks Medis Nasser.
Di Rafah, dua warga Palestina ditembak mati di dekat pusat distribusi bantuan, menambah kekhawatiran bahwa warga sipil yang kelaparan kini menjadi sasaran langsung serangan militer. “Ini bukan hanya serangan militer. Ini adalah serangan terhadap kehidupan,” ujar salah satu dokter setempat yang tak ingin disebutkan namanya.
Fasilitas kesehatan di Gaza berada di ambang kehancuran total. Banyak rumah sakit kehabisan tempat tidur, kehabisan obat-obatan, dan tidak memiliki cukup staf medis.
Hannah Grace Pan, seorang perawat anak asal Inggris yang menjadi relawan di Gaza, menggambarkan penderitaan anak-anak yang terluka akibat bom dan serpihan. Ia menceritakan tentang seorang anak laki-laki berusia tiga tahun, satu-satunya yang selamat dari keluarganya setelah serangan udara menghantam rumah mereka. “Kami tak punya spesialis luka bakar, tak cukup cairan, tak ada nutrisi. Anak-anak ini menangis kesakitan dan kami tidak bisa memberi mereka cukup bantuan,” ungkap Pan.
Salah satu kisah paling memilukan adalah tentang seorang wanita hamil yang terkena pecahan peluru Israel saat berlindung di tenda. Pecahan itu menembus dada dan perutnya, membunuh bayinya yang belum lahir sebelum tim medis sempat menyelamatkannya.
Situasi ini memperburuk kondisi kemanusiaan yang sudah sangat kritis di Gaza. Organisasi internasional telah berulang kali menyerukan gencatan senjata dan akses tanpa hambatan untuk bantuan kemanusiaan, namun serangan terus berlanjut.
Para pengamat mengatakan bahwa jika kekerasan ini tidak dihentikan, jumlah korban jiwa dapat meningkat secara drastis dalam beberapa hari mendatang, terutama karena kelaparan, luka yang tidak tertangani, dan runtuhnya sistem kesehatan.[]
Sumber:TNA