telusur.co.id - Luis Figo menilai bahwa publik Italia harus bangga dengan masuknya dua wakil Italia di semi final liga Champions, meskipun keduanya akan berhadapan.
Untuk pertama kalinya sejak 2017 sepak bola Italia akan memiliki perwakilan di final Liga Champions, dan Figo yakin ini harus menjadi sumber kebanggaan.
"Italia harus bangga memiliki dua semifinalis, selain peran yang dimainkan Napoli," tambah Figo .
"Mereka adalah dua tim hebat, saya ingin Inter menang karena itu adalah klub yang memberi saya banyak kegembiraan."
"Yang paling penting adalah Calcio sudah kembali. Setelah sekian lama tidak bertemu mereka di babak final kompetisi," komentarnya.
"Saya berharap AC Milan menang."
Terlepas dari koneksi Real Madrid mereka, dirinya sepakat tentang penilaian mereka bahwa Manchester City akan kembali ke final Liga Champions.
"Mereka adalah salah satu tim terbaik di dunia," bantah Figo .
“Mereka memiliki cukup pengalaman untuk mengetahui apa yang harus dilakukan dan tidak kalah seperti tahun lalu. Real Madrid adalah tim terbaik dalam sejarah kompetisi ini karena beratnya sejarah dan terkadang sejarah membantu Anda di saat-saat tertentu.
"City adalah favorit, tapi Madrid akan tetap hidup hingga detik terakhir kompetisi."
Sementara Mantan pelatih Real Madrid Fabio Capello menilai bahwa pertemuan antara RealMadrid dan Manch City merupakan pertemuan dua klub beras dengan bertabur pemain muda.
Menurut dia, meski City terlihat diunggulkan saat ini, Madrid tak kalah. klub yang merajai liga Champion tersebut memiliki pelatih yang sudah berpengalaman.
"City adalah yang terbaik di dunia. Mereka punya 24 pemain fantastis; Madrid punya 14 atau 15 pemain hebat. Tapi mereka juga punya Ancelotti, yang mempersiapkan pertandingan dengan sangat baik dan tahu cara menang," pungkas Capello .
Ancelotti juga menjadi bahan perdebatan di antara panel. Dengan kesinambungannya yang diumumkan secara lisan oleh pelatih sendiri maupun Florentino Perez , Capello masih yakin ada sedikit keraguan mengenai hal ini.
"Itu akan tergantung pada hasil melawan City, tentunya. Di Real Madrid ketika tidak ada hasil, pelatih jatuh. Brasil? Menjadi pelatih internasional sama sekali berbeda. Saya mengatakan itu dari pengalaman saya dengan dua tim [Inggris dan Rusia]."
sumber: marca