telusur.co.id - Oleh : Denny JA
Sepak bola memang berbeda dengan pemilu presiden. Padahal memprediksi siapa yang akan menang, saya menggunakan alat ukur yang sama: statistik.
Lima kali pilpres di Indonesia, 2004-2024, saya selalu tepat memprediksi siapa yang akan terpilih sebagai presiden. Prediksi itu bahkan sudah saya umumkan sebulan sebelum hari pencoblosan.
Tapi di piala bola Eropa 2024, juga di banyak pertandingan bola lain, saya lebih sering meleset.
Ketika pertandingan awal bola Piala Eropa dimulai, di beberapa lingkungan, kami lakukan tebak juara: kesebelasan mana yang akan menang?
Sebelum memprediksi, saya melihat statistik kemenangan di Piala Eropa. Jerman dan Spanyol masing-masing penah juara Piala Eropa tiga kali. Tapi jika dianalisa dengan indikator tambahan, Jerman lebih unggul.
Indikator itu adalah rekor head-to-head yang lebih baik ketika Jerman melawan Spanyol. Mereka sudah berjumpa head to head 25 kali selama ini. Jerman menang 9 pertandingan. Spanyol menang 8 pertandingan. Sisanya seri di 8 pertandingan.
Jerman juga lebih unggul jika dinilai dari kedalaman skuad yang superior dengan pemain pengganti berkualitas, performa individu pemain kunci yang lebih baik di level klub, pengalaman dan strategi pelatih yang sukses.
Prediksi ini meleset. Jerman tersisih dikalahkan Spanyol di babak perempat final. Namun masih ada sisa rasa senang. Karena yang mengalahkan Jerman, yaitu Spanyol, memang terbukti sangat perkasa.
Spanyol tak hanya juara Piala Eropa 2024, tapi ia juga mencetak empat rekor baru sekaligus. Dalam satu malam empat rekor baru Piala Eropa tercipta.
Tadi subuh, saya sampai rumah jam 5.00 pagi. Bersama putra saya yang tertua, kami nobar. Sementara putra saya lainnya, yang sama-sama militan soal bola, sedang di luar kota, menonton juga dengan grupnya.
Ketika jam 05.00 subuh, saya tak kunjung mengantuk. Pecahnya empat rekor dalam satu malam sungguh sebuah hentakkan yang bisa mengusir rasa kantuk. Saya malah mengeksplorasi banyak hal soal kesebelasan Spanyol. Baru jam 06.30 pagi saya tertidur.
Keberhasilan kesebelasan Spanyol kali ini bukan hanya tentang memenangkan trofi. Ia juga tentang menciptakan standar baru dalam sepak bola internasional.
Berikut adalah rekor-rekor gemilang yang diraih Spanyol di turnamen ini.
Spanyol pecahkan rekor juara Piala Eropa empat kali. Spanyol menambahkan satu lagi gelar ke lemari trofi mereka, menjadikan mereka juara Piala Eropa paling banyak dalam sejarah.
Kemenangan di tahun 2024 ini melengkapi gelar-gelar sebelumnya yang diraih pada tahun 1964, 2008, dan 2012. Dengan empat trofi, Spanyol menegaskan status mereka sebagai tim nasional tersukses dalam sejarah kompetisi ini.
Spanyol juga memecahkan rekor gol terbanyak dalam sejarah piala Eropa: mencetak 15 gol sepanjang turnamen.
Dominasi ofensif ini menunjukkan betapa superiornya lini serang Spanyol dibandingkan lawan-lawannya. Setiap pertandingan dihiasi dengan gol-gol spektakuler yang bukan hanya menunjukkan keterampilan individu pemain, tetapi juga kerjasama tim yang sempurna.
Rekor lainnya yang tak pernah terjadi di Piala Eropa adalah kemenangan sempurna Spanyol sejak awal turnamen. Tim ini memenangkan setiap pertandingan dari fase grup hingga final, tanpa mengalami satu pun kekalahan atau hasil imbang.
Prestasi ini mencerminkan konsistensi dan ketangguhan tim di setiap tahap kompetisi. Ia memperlihatkan bahwa, Spanyol benar-benar superior di atas lapangan.
Rekor keempat yang tercipta di malam final itu adalah pemain terbaik termuda. Di usia 17 tahun, Lamine Yamal menjadi sorotan dengan dinobatkan sebagai pemain muda terbaik turnamen.
Penampilannya yang luar biasa bukan hanya menambah kekuatan Spanyol, tetapi juga menginspirasi generasi muda. Kecepatan, keterampilan dribbling, dan ketenangan Yamal di situasi krusial membuatnya menjadi pemain kunci bagi timnya.
Pencapaiannya di usia yang sangat muda, 17 tahun, menandakan masa depan cerah dalam karier sepak bolanya dan memberikan harapan baru bagi sepak bola Spanyol.
Apa yang membuat kesebelasan Spanyol begitu perkasa, berhasil juara Piala Eropa empat kali?
Berikut adalah empat alasan utama yang membuat Spanyol bisa sekuat itu:
1. Kualitas dan Kedalaman Skuad:
Spanyol memiliki skuad yang sangat kuat dan seimbang di semua lini. Dari penjaga gawang hingga penyerang, setiap posisi diisi oleh pemain-pemain berkualitas tinggi yang bermain di klub-klub elit Eropa.
Kedalaman skuad ini memungkinkan pelatih untuk melakukan rotasi dan menyesuaikan taktik tanpa mengurangi kualitas permainan tim.
Kedalaman skuad (squad depth) dalam konteks sepak bola mengacu pada kualitas dan jumlah pemain yang tersedia dalam sebuah tim untuk mengisi berbagai posisi di lapangan.
Ini adalah konsep penting yang dapat mempengaruhi performa tim sepanjang musim atau turnamen. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang arti kedalaman skuad:
- Kualitas Pengganti:
Kedalaman skuad berarti memiliki pemain cadangan yang hampir setara dengan pemain utama dalam hal keterampilan dan kemampuan.
Jika pemain utama cedera atau harus absen, pemain pengganti dapat masuk dan mempertahankan level performa tim tanpa penurunan kualitas yang signifikan.
- Rotasi dan Pemulihan:
Dengan kedalaman skuad yang baik, pelatih dapat melakukan rotasi pemain lebih sering, memberikan istirahat yang cukup kepada pemain utama untuk menghindari kelelahan dan cedera.
Ini penting terutama selama periode padat pertandingan atau dalam kompetisi yang panjang seperti liga atau turnamen internasional.
- Fleksibilitas Taktis:
Kedalaman skuad memberikan pelatih fleksibilitas untuk menerapkan berbagai taktik dan formasi berdasarkan kebutuhan pertandingan. Dengan memiliki beberapa pemain yang dapat bermain di berbagai posisi atau memiliki keterampilan yang berbeda, pelatih dapat menyesuaikan strategi untuk menghadapi lawan yang berbeda.
- Persaingan Sehat:
Kedalaman skuad yang baik menciptakan persaingan sehat di dalam tim. Pemain akan lebih termotivasi untuk berlatih keras dan tampil maksimal karena mereka tahu ada pemain lain yang siap menggantikan mereka jika performa mereka menurun.
- Mengatasi Cedera dan Suspensi:
Cedera dan suspensi adalah bagian tak terpisahkan dari sepak bola. Tim dengan kedalaman skuad yang baik dapat mengatasi masalah ini lebih baik, karena mereka memiliki beberapa pemain berkualitas yang siap untuk mengisi kekosongan.
Secara keseluruhan, kedalaman skuad adalah indikator dari kekuatan dan kestabilan sebuah tim. Tim dengan kedalaman skuad yang baik biasanya lebih mampu untuk tetap kompetitif sepanjang musim dan dalam berbagai kompetisi.
Hal lain juga menambah kekuatan kesebelan Spanyol.
2. Kepemimpinan dan Strategi Pelatih:
Pelatih Spanyol berhasil merancang strategi yang efektif dan fleksibel. Kepemimpinan yang kuat dari pelatih, termasuk kemampuan untuk membaca permainan dan melakukan penyesuaian taktis selama pertandingan, memainkan peran penting dalam keberhasilan tim.
Pelatih juga mampu memotivasi pemain dan menciptakan suasana tim yang harmonis dan bersemangat.
3. Gaya Bermain yang Konsisten:
- Spanyol dikenal dengan gaya bermain 'tiki-taka' yang menekankan penguasaan bola, umpan pendek, dan permainan kolektif. Konsistensi dalam menerapkan gaya bermain ini membuat mereka sulit dikalahkan.
Lawan-lawan kesulitan menguasai bola dan menciptakan peluang karena Spanyol mendominasi penguasaan bola dan tempo permainan.
4. Kemunculan Talenta Muda:
Kehadiran pemain muda berbakat seperti Lamine Yamal memberikan energi dan dinamika baru dalam tim. Talenta muda ini tidak hanya membawa keterampilan individu yang luar biasa, tetapi juga semangat dan antusiasme yang menular ke seluruh tim.
Integrasi pemain muda dengan pemain senior menciptakan kombinasi pengalaman dan inovasi yang kuat.
Keempat faktor ini bekerja bersama untuk membuat Spanyol tampil sangat dominan di Piala Eropa 2024.
Kombinasi kualitas pemain, kepemimpinan pelatih, gaya bermain yang konsisten, dan kemunculan talenta muda menciptakan tim yang tidak hanya kuat di atas kertas, tetapi juga mampu menerjemahkan potensi mereka menjadi prestasi nyata di lapangan.
Memperhatikan Lamine Yamal bermain, di usia masih 17 tahun, personal skillnya, ketenangan emosi, visi ikut mengatur strategi, saya pun merasa. Regenerasi pemain bintang sudah dimulai.
Ketika Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo sedang menjemput masa senjanya, menurun kualitas bermain karena usia, tak lagi bermain di klub bola prestisius Eropa, penggila bola tak lagi perlu bersedih.
Dari alam gaib lalu turun ke training profesional, Lamine Yamal yang berusia 17 tahun, sudah dipersiapkan dan dilahirkan oleh Dewi Sepak Bola.
*Penulis adalah Konsultan Politik, Founder LSI-Denny JA, Penggagas Puisi Esai, Sastrawan, Ketua Umum Satupena, dan Penulis Buku.