LP Maarif dan NU Circle Latih Kader Kompetensi Pembelajaran Numerasi - Telusur

LP Maarif dan NU Circle Latih Kader Kompetensi Pembelajaran Numerasi

LP Maarif dan NU Circle Latih Kader Kompetensi Pembelajaran Numerasi di Gedung PWNU Jawa Tengah di Semarang (Foto: Istimewa).

telusur.co.id - Lembaga Pendidikan Ma’arif (LP Ma’arif)  Nahdlatul Ulama bersama Jaringan Masyarakat Profesional Santri (NU Circle)  bersinergi melakukan perubahan mendasar dalam meningkatkan pembelajaran numerasi. 

Kegiatan ini merupakan bagian dari Gerakan Nasional Pemberantasan Buta Matematika (Gernas Tastaka)  yang bertujuan membangun kesadaran dan kompetensi guru madrasah ibtidaiyah (MI)  dan sekolah dasar (SD)  agar mampu mengajarkan matematika bernalar,  kontekstual,  sederhana dan mendasar. 

Kegiatan dilaksanakan selama tiga hari 11-13 Desember 2020 di Gedung PWNU Jawa Tengah di Semarang.  Pembukaan kegiatan ini menghadirkan profesor matematika dari Al Khalifah University Dubai,  Uni Emirat Arab (UEA) dan pengajar di Eesex University Inggris Prof.  Dr.  Hadi Susanto.

Hadir Ketua LP Ma'arif PWNU Jateng R. Andi Irawan dan Sekretaris PWNU Jateng KH. Hudalloh Ridwan, Lc (Gus Huda), Presidium Gernas Tastaka Ahmad Rizali, Sekjen Gernas Tasaka Heru B.  Arifin dan master trainer S.  Agung Wibowo.

Dalam paparannya,  Prof Hadi menyatakan sejarah Islam di Nusantara sangat kental dengan tradisi matematika.  Dengan paparan berjudul “Islam, Matematika dan Indonesia, “ Prof Hadi menunjukkan bahwa pendiri NU Syekh Hasyim Asy’ari bergulat dengan matematika dalam penulisan buku-buku tentang ilmu falak. 

“Oleh sebab itu, santri-santri dan pelajar Maarif NU harus mentradisikan pembelajaran matematika dengan baik untuk kemajuan bangsa Indonesia, “ kata keterangan tertulisnya, Jakarta, Minggu (13/12/2020).

Presidium Gernas Tastaka NU Circle Ahmad Rizali mengatakan terjadi kesalahan mendasar dalam pembelajaran matematika di Indonesia karena siswa tidak diajak bernalar dan kontekstual,  serta tidak sederhana dan mendasar.  Akibatnya pembelajaran matematika diajarkan oleh guru dengan cara melompat ke hal-hal abstrak yang tidak dipahami siswa.

“Seharusnya anak-anak dikenalkan matematika secara konkret dan kontekstual melalui pendekatan CPA (concret,  pictoral, dan abstract). Jika langsung abstrak,  siswa sulit memahami sehingga hampir semua skor survei nasuonal dan internasional tentang numerasi,   posisi Indonesia selalu buruk.  Gernas Tastaka membangun kebernalaran untuk mengembalikan potensi kognitif anak yang sebenarnya sangat bagus dalam bermatematika, “ ujar Ahmad Rizali.

Menurut Gus Huda,  pembelajaran matematika sangatlah penting karena Islam mengajarkan ajaran yang berkaitan dengan matematika seperti ilmu falak dan waris.  Namun, Gus Huda menuturkan pembelajaran matematika hakikatnya adalah menjalankan visi kemanusiaan yang telah digatiskan Sang Khaliq untuk membangun peradaban di bumi. 

“Saya minta guru-guru tetap optimis dalam menunaikan tugasnya sebagai pendidik.  Sesungguhnya kita ini sedang mengemban misi Sang Khalik untuk membangun peradaban kemanusiaan di muka bumi ini,” ujarnya.[Fhr]


Tinggalkan Komentar