telusur.co.id - Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon meninjau revitalisasi Perpustakaan Ahmad Tohari, yang merupakan bagian dari komitmen Kementerian Kebudayaan terhadap pemajuan kebudayaan, terutama sarana dan prasarana kebudayaan bidang literasi dan sastra.
Kiprah Maestro Ahmad Tohari lahir telah mewarnai dunia sastra Indonesia dengan karya-karya bernilai, seperti trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, yang menjadi simbol kuat sastra dan spiritualitas lokal. Terletak di kediamannya sekitar daerah Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, perpustakaan ini diharapkan tidak hanya menjadi ruang baca semata, namun dapat menjadi ruang publik untuk melihat perspektif Ahmad Tohari dalam mengembangkan dunia penulisan dan pengarsipan karya sastra.
Proyek Revitalisasi ini merupakan bagian dari Bantuan Pemerintah Kementerian Kebudayaan yang dikelola oleh Direktorat Sarana dan Prasarana Kebudayaan. Progres revitalisasi telah rampung 62 persen dan ditargetkan akan selesai pada November mendatang.
Dalam kesempatan yang merupakan bagian dari agenda kunjungan kerja ke Banyumas dan Cilacap ini, Menteri Kebudayaan menekankan pentingnya membangun perpustakaan, dengan harapkan ke depan akan semakin banyak penulis yang lahir dari wilayah Banyumas dan sekitarnya.
Menanggapi hal tersebut, Ahmad Tohari menegaskan bahwa saat ini minat membaca perlu ditingkatkan seiring perkembangan teknologi digital, karena teknologi tersebut tidak sepenuhnya dapat menggantikan buku. “Jadi, kita akan mencoba menghidupkan perpustakaan, dan alhamdulillah sekarang sedang dibangun,” ungkapnya.
Menbud juga menyoroti bagaimana pentingnya literasi karena sekarang hampir semua orang hanya melihat dan membaca media sosial, ”Membaca buku itu ada proses dialog. Ada internalisasi, ada diskursus dengan pikiran yang bisa melahirkan pikiran-pikiran baru, inspirasi-inspirasi baru yang tidak bisa tergantikan,” ujar Menbud Fadli Zon.
Dalam kunjungan ini, Menbud didampingi oleh Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Restu Gunawan; Staf Khusus Menteri Bidang Protokoler dan Rumah Tangga, Rachmanda Primayuda; Staf Khusus Menteri Bidang Hukum dan Kekayaan Intelektual Kementerian Kebudayaan, Putri Woelan Sari Dewi; Staf Khusus Menteri Bidang Sejarah dan Perlindungan Warisan Budaya, Basuki Teguh Yuwono; Staf Khusus Menteri Bidang Diplomasi Budaya dan Hubungan Internasional, Anissa Rengganis dan Direktur Sarana dan Prasarana Kebudayaan, Ferry Arlian.
Mengakhiri sambutan, Menbud Fadli berharap dengan hadirnya perpustakaan ini, bisa menjadi bagian dari legacyAhmad Tohari dan diharapkan kelak semakin banyak yang terinspirasi dari karya-karya beliau. [ham]