telusur.co.id - Ketua Parlemen Iran, Mohammad Baqer Qalibaf, menegaskan bahwa Palestina telah menjadi simbol utama dalam mengungkap kemunafikan Barat. Dalam pidatonya di upacara Hari Quds yang digelar di Universitas Teheran, Qalibaf menyampaikan bahwa konflik Palestina mencerminkan kontradiksi antara nilai-nilai yang diagungkan oleh Barat dan tindakan nyata mereka di dunia internasional.
"Palestina adalah ukuran kemunafikan Barat, yang memperlihatkan kontradiksi besar antara apa yang mereka klaim sebagai nilai dan apa yang sebenarnya mereka lakukan di dunia nyata," ujar Qalibaf di hadapan ribuan peserta yang hadir dalam demonstrasi tahunan tersebut. Hari Quds, yang diperingati pada Jumat terakhir bulan Ramadan, adalah tradisi yang dicanangkan oleh Imam Khomeini untuk menunjukkan solidaritas terhadap perjuangan Palestina.
Dalam pidatonya, Qalibaf menggambarkan Palestina sebagai simbol kebangkitan kesadaran global yang menentang sistem penindasan. Ia menyatakan bahwa Palestina telah menjadi pusat perjuangan melawan ketidakadilan dan penaklukan yang dilakukan oleh kekuatan besar terhadap negara-negara Islam.
Qalibaf juga mengutuk penderitaan yang dialami rakyat Palestina selama lebih dari tujuh dekade, menyebutkan bahwa tragedi ini bukan hanya persoalan bagi umat Islam, tetapi juga bagi seluruh umat manusia. "Penderitaan Palestina adalah tragedi kemanusiaan yang harus mendapat perhatian dunia," tambahnya.
Mengomentari peristiwa penting dalam sejarah perjuangan Palestina, Qalibaf merujuk pada serangan yang terjadi pada 7 Oktober 2023, saat pasukan Israel melakukan operasi Penyerbuan Al-Aqsa. Ia menyebut insiden tersebut sebagai "respons yang sah dan adil" terhadap penindasan yang terus berlanjut selama lebih dari 77 tahun. Qalibaf menegaskan bahwa Israel, yang didukung oleh Amerika Serikat dan Inggris, hanya bertahan karena bantuan eksternal tersebut.
"Faktanya, Israel adalah entitas kosong yang hanya dapat bertahan berkat dukungan besar dari Amerika Serikat. Tanpa bantuan tersebut, rezim Zionis ini tidak akan bertahan lebih dari seminggu," ujar Qalibaf, yang mengecam Israel sebagai "mesin pembunuh" yang melayani kepentingan imperialis Barat.
Qalibaf juga menyoroti peran historis Inggris dalam pembentukan Israel, menyebut negara tersebut sebagai "orang tua" dari proyek kolonial ini. Menurutnya, meskipun Israel awalnya dibentuk untuk melayani kepentingan Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah, kini negara tersebut telah menjadi beban bagi kepentingan Barat.
"Israel seharusnya menjadi alat untuk melindungi kepentingan Amerika, namun kini justru menjadi masalah bagi kawasan," katanya, sambil menyoroti peningkatan ancaman keamanan dan migrasi balik para pemukim sebagai tanda kemunduran negara Zionis tersebut.
Selain itu, Qalibaf memuji keteguhan pasukan Perlawanan Palestina dan sekutunya di wilayah tersebut, termasuk Hizbullah di Lebanon. Ia mengapresiasi keberhasilan mereka dalam memukul mundur serangan Israel meskipun mendapat dukungan besar dari Amerika Serikat. Qalibaf juga menyoroti serangan yang dilakukan pasukan Perlawanan terhadap Bandara Ben Gurion di Israel sebagai bukti bahwa Israel tidak lagi menjadi benteng yang aman.
"Ini adalah bukti bahwa Israel tidak lagi menjadi tempat yang tak terkalahkan seperti yang dulu mereka klaim. Pasukan Perlawanan telah menunjukkan bahwa mereka mampu menghadapi dan melawan kekuatan besar Israel," pungkas Qalibaf.
Pernyataan Qalibaf menegaskan komitmen Iran dalam mendukung perjuangan Palestina dan menunjukkan solidaritas dengan negara-negara Islam yang menentang ketidakadilan global.[iis]