PDIP Minta Pelayanan BUMN Bagi Masyarakat Harus Terus Diperkuat ditengah Pandemi - Telusur

PDIP Minta Pelayanan BUMN Bagi Masyarakat Harus Terus Diperkuat ditengah Pandemi


telusur.co.id - Sejumlah anggota Komisi VI DPR RI kembali mengadakan Kunjungan Kerja Spesifik (Kunspek) ke mitra-mitra kerjanya di daerah. Kali ini kunjungan difokuskan ke Cirebon, Jawa Barat, guna meninjau langsung Pertamina Unit VI Balongan.

Rapat kunjungan kerja Komisi VI ke Cirebon kali ini dipusatkan di Hotel Luxton dan dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi VI DPR, Martin Manurung. Hadir juga dalam sesi rapat pendalaman beberapa perusahaan BUMN lain, yaitu PERUM Perumnas, PT Dirgantara (PTDI), dan PT ASABRI. Turut hadir dalam Kunker ini Anggota DPR RI dari Dapil Banten III yang duduk di Komisi VI, ST. Ananta Wahana, SH.

Sekedar informasi, saat ini, Pertamina Unit VI Balongan sedang membangun Kilang Petrokimia salah satu proyek raksasa dengan nilai proyek mencapai Rp 100 triliun. Proyek kilang petrokimia ini merupakan hasil kerja sama dengan BUMN Migas Taiwan, yaitu CPC Taiwan.

Pada saat sesi pendalaman pendalaman rapat, Ananta mengajukan tema diskusi yang menarik di hadapan para direksi perusahaan BUMN yang hadir. 

Kepada jajaran direksi Perumnas, Ananta mengangkat pepatah Jawa 'Sadumuk Bathuk, Sanyari Bhumi', yang mana menekankan tentang pentingnya nilai kehidupan dan perjuangan hidup. 

Menurut Ananta, kebutuhan tempat tinggal selalu termasuk ke dalam kebutuhan pokok Sandang – Pangan – Papan. 

"Tanpa terpenuhinya kebutuhan itu manusia tidaklah dimanusiakan," kata Ananta melalui keterangannya, Jumat (27/11/2020).

Pada kesempatan ini, Politisi PDI Perjuangan itu menanyakan ihwal fokus 153 proyek yang ada di PERUMNAS yang ditujukan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). 

Anak Buah Megawati Soekarno Putri itu menekankan, bahwa ditengah kondisi pandemi seperti saat ini kriteria tersebut telah bergeser, bukan lagi penghasilan rendah, melainkan tanpa penghasilan.

"Pandemi COVID-19 telah membuat lonjakan masyarakat yang tidak lagi memiliki penghasilan. Maka Perum Perumnas yang bentuknya adalah PERUM harus memperbanyak fungsi pelayanan publiknya, dan memikirkan bagaimana masyarakat yang jatuh dalam kondisi tanpa penghasilan itu tetap bisa punya rumah," kata Ananta.

Selain itu, Wakil rakyat asal Banten III (Kota Tangerang-Kab.Tangerang-Tangsel itu juga meminta Perumnas untuk mulai memikirkan soal mitigasi kredit macet perumahan. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi ledakan kredit macet dikemudian hari.

"Jangan (sampai) menjadi bom waktu, Perumnas harus mulai memitigasi risiko kredit macet di masa pandemi ini," ujar Ananta. 

Sementara itu, Direktur Operasional dan Produksi PERUMNAS, Wahyu Abbas Sudrajat menjelaskan bahwa sampai saat ini proyek-proyek PERUMNAS selalu bekerja sama dengan pemerintah baik pusat maupun daerah guna menekankan subsidi bagi masyarakat yang kurang mampu. 

Menurut dia, proyek-proyek seperti Rumah Tapak dan Rumah Susun selalu dikedepankan oleh PERUMNAS. 

Selanjutnya, terkait dengan mitigasi kredit macet perumahan di masa pandemi, Direktur Produksi Permunas itu menyebutkan bahwa kredit-kredit itu, jika mengalami kesulitan akan dibeli oleh pemerintah, dan dengan itu menghindari efek domino kredit macet.

Dalam sesi yang sama, hadir juga PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan PT ASABRI. Terhadap dua perusahaan BUMN itu, silih berganti para Anggota Komisi VI mengajukan pertanyaan dan meminta penjelasan para direksi.

Ananta Wahana pun kembali angkat bicara dengan mempertanyakan ihwal kabar bahwa PTDI saat ini sudah bisa memproduksi ratusan ventilator untuk penanganan cepat tanggap COVID-19.

Ananta mengapresiasi PTDI yang secara cepat bisa melakukan adaptasi dan memproduksi ventilator yang kebutuhannya sedang melonjak drastis di masa pandemi ini.

Selanjutnya, dihadapan direksi ASABRI, Ananta mempertanyakan persoalan gonjang-ganjing mis-manajemen dan tingginya beban hutang ASABRI. 

Pada kesempatan ini, Ananta mengatakan bahwa jika untuk kasus Jiwasraya sudah terlihat adanya secercah cahaya di ujung terowongan, untuk kasus ASABRI semuanya masih gelap. 

"Sementara nasabah ASABRI yang adalah anggota-anggota TNI-Polri tentu saja membutuhkan jaminan keamanan dan kepastian," kata dia.

Menjawab pernyataan Ananta, Direksi PTDI membenarkan hal tersebut. 

Menurutnya, hingga November ini PTDI telah memproduksi ventilator secara massal. Namun demikian, produksi ventilator ini masih bersifat sosial dan didistribusikan ke RS-RS serta Puskesmas yang membutuhkan. 

Kedepannya PTDI akan segera memperoleh izin komersil untuk memproduksi ventilator, dan dengan itu bisa mulai menjual ventilator untuk kebutuhan medis komersil, antara lain ke Kementerian Pertahanan.

Selanjutnya, terkait dengan jaminan kepastian dan keamanan investasi ASABRI yang diangkat Ananta Wahana, direksi ASABRI mencoba meyakinkan segenap Anggota Komisi VI yang hadir bahwa dengan manajemen baru dan tata kelola transparan, manajemen ASABRI kali ini optimis bisa menutup kerugian dan menjaga kinerja keuangan perusahaan tetap dalam kondisi sehat.

Pada kesempatan sesi pendalaman bersama PT PERTAMINA Persero, Unit VI Balongan, Ananta Wahana, secara khusus mengangkat tiga persoalan. 

Pertama, Ananta meminta klarifikasi persoalan tuntutan serta demonstrasi dari para pekerja PERTAMINA sendiri yang sepertinya tak kunjung selesai.

Kedua, Ananta mempertanyakan soal fokus pasar kilang Petrokimia Balongan ini di tengah harga dan konsumsi migas dunia yang sedang ambruk, termasuk harga nafta sebagai bahan dasar petrokimia. 

Terakhir, Ananta menekankan soal kedaulatan serta kemandirian energi nasional, dan mempertanyakan apakah produksi kilang ini nanti akan lebih banyak diekspor ke Taiwan sebagai investor.

Menjawab pertanyaan yang diajukan Ananta, Direktur Human Capital PERTAMINA, Koeshartanto meluruskan bahwa kabar telah terjadi kisruh dan demo terus-menerus dari pekerja-pekerja Pertamina Unit VI Balongan itu tidak benar. 

"Direktur menegaskan bahwa apa yang muncul di berita-berita adalah kabar bohong dan aksi provokasi dari segelintir orang yang mengatasnamakan serikat pekera Pertamina Unit VI Balongan," kata Ananta menirukan uvalan Koeshartanto.

Selanjutnya, terkait dengan fokus serta pangsa pasar dari kilang petrokimia salah satu yang terbesar di Indonesia itu, Direksi PERTAMINA menjawab bahwa kilang-kilang petrokimia yang sedang dibangun nantinya akan difokuskan pada pemenuhan kebutuhan di dalam negeri terlebih dahulu. Baru jika ada surplus produksi, maka akan diupayakan untuk ekspor, bukan hanya ke Taiwan saja. 

Selanjutnya, terkait dengan harga Migas dan bahan baku petrokimia dunia yang sedang anjlok sebagaimana ditanyakan Ananta Wahana, direksi PERTAMINA membenarkan hal tersebut. 

Kendati demikian, jajaran direksi PERTAMINA mencoba meyakinkan Komisi VI DPR bahwa PERTAMINA telah memiliki skema mitigasi risiko dan skema pemasaran berkelanjutan yang mumpuni dalam rangka mencegah kerugian besar seandainya harga minyak dan nafta kembali anjlok akibat pandemi COVID-19.[iis]


Tinggalkan Komentar