telusur.co.id - Presiden Iran Masoud Pezeshkian telah meyakinkan publik bahwa urusan dalam negeri negara itu berjalan tanpa penundaan atau gangguan apa pun, meskipun ada negosiasi yang sedang berlangsung antara Iran dan Amerika Serikat.
Berbicara dalam sidang Kabinet pada Rabu pagi, Pezeshkian menekankan bahwa kegiatan dan kebijakan harian negara berjalan sesuai rencana, tidak terpengaruh oleh diskusi diplomatik.
“Negara ini terus melanjutkan pekerjaannya dengan cara yang stabil dan alami, dan negosiasi dilakukan dengan cara yang biasa,” kata Pezeshkian. “Kami tidak membiarkan pembicaraan ini menyebabkan jeda dalam urusan negara. Namun, kami menyambut baik kesepakatan apa pun yang dapat dihasilkan dari diskusi ini, selama itu menguntungkan negara kami.”
Selain itu, Presiden Pezeshkian menyambut baik penunjukan Mohsen Esmaili sebagai Deputi Urusan Strategis dan Hubungan Parlementer yang baru. Ia menyampaikan rasa terima kasih kepada pejabat yang akan lengser, Mohammad Javad Zarif dan Shahram Dabiri, atas upaya mereka dalam mengelola hubungan luar negeri negara tersebut. Pezeshkian menyampaikan harapannya bahwa pengalaman dan keahlian Zarif akan terus dimanfaatkan dalam upaya diplomatik di masa mendatang.
Dalam sambutannya, Pezeshkian menegaskan kembali komitmen pemerintah untuk berfokus pada prioritas domestik sambil tetap terbuka terhadap dialog internasional. Ia menggarisbawahi pentingnya menyeimbangkan negosiasi eksternal dengan pembangunan internal, terutama dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh sanksi ekonomi dan ketegangan regional.
Wapres tekankan pendekatan seimbang terhadap negosiasi dan prioritas domestik
Dalam perkembangan terkait, Wakil Presiden Mohammad-Reza Aref menyampaikan kekhawatiran atas pendekatan pemerintah terhadap negosiasi yang sedang berlangsung dengan Amerika Serikat.
Dalam wawancara eksklusif dengan media milik Pemimpin Revolusi Islam, Khamenei.ir, Aref ditanya tentang kemungkinan mengulangi kesalahan masa lalu dengan terlalu menekankan pentingnya pembicaraan ini dan mengesampingkan masalah dalam negeri negara. Aref meyakinkan bahwa strategi pemerintah, sebagaimana yang digariskan oleh Pemimpin, memastikan bahwa fokus tetap pada kemajuan internal, dan bahwa negosiasi hanya akan dilakukan dalam kondisi yang menguntungkan.
“Pemerintah telah menegaskan bahwa mereka tidak hanya bergantung pada negosiasi dengan pihak eksternal mana pun, termasuk Amerika Serikat,” jelas Aref. “Kami terlibat dalam dialog dengan negara-negara jika itu demi kepentingan terbaik kami, tetapi kami tidak mendasarkan kebijakan kami hanya pada hasil pembicaraan tersebut. Kami memprioritaskan kemampuan dan sumber daya internal kami untuk memenuhi kebutuhan negara.”
Aref menekankan bahwa meskipun Iran terbuka terhadap keterlibatan konstruktif dengan semua negara—kecuali rezim Israel—fokus utamanya tetap pada penguatan hubungan dengan negara-negara tetangga dan pelaku ekonomi global utama. Ia mencatat bahwa strategi jangka panjang negara tersebut memprioritaskan kerja sama regional dan pengembangan kemitraan ekonomi dengan negara-negara yang memiliki rekam jejak keberhasilan yang terbukti.
Mengingat ekspektasi publik terhadap negosiasi tersebut, Aref menghimbau agar berhati-hati terhadap optimisme yang berlebihan dan pesimisme yang tidak semestinya. “Penting untuk menjaga perspektif yang seimbang,” katanya. “Terlalu banyak optimisme atau pesimisme dapat merugikan. Publik harus memahami bahwa negosiasi adalah proses yang rumit yang memerlukan pertimbangan yang cermat. Para negosiator harus mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat, tetapi kita harus menghindari menciptakan ekspektasi yang tidak realistis yang dapat menyebabkan kekecewaan.”
Aref mengakhiri dengan menekankan perlunya lingkungan yang mendukung bagi para negosiator. Ia mendesak masyarakat dan para ahli untuk memberikan masukan yang membangun melalui saluran yang tepat guna membantu memandu proses negosiasi. “Pendekatan pemerintah adalah melindungi kepentingan Iran dan mencapai hasil positif melalui dialog, tanpa melebih-lebihkan atau mengecilkan harapan publik,” katanya.
Pendekatan ini, menurut Aref, memastikan bahwa Iran tetap fokus pada pertumbuhan dan pembangunan internalnya sambil terlibat dengan komunitas internasional dengan cara yang menguntungkan negara dan rakyatnya.[]