Presiden Iran Siap Lanjutkan Perundingan Nuklir, Tapi Minta Jaminan: Cegah Israel dari Kejahatan Perang - Telusur

Presiden Iran Siap Lanjutkan Perundingan Nuklir, Tapi Minta Jaminan: Cegah Israel dari Kejahatan Perang

Presiden Iran Masoud Pezeshkian

telusur.co.id - Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyatakan kesiapan negaranya untuk kembali ke meja perundingan terkait program nuklir. Namun, ia menegaskan bahwa negosiasi hanya bisa dilakukan jika ada jaminan bahwa Israel menghentikan agresinya di kawasan.

Dalam wawancara eksklusif bersama komentator Amerika Serikat, Tucker Carlson, yang dirilis Senin lalu, Pezeshkian secara tegas mengkritik serangan Israel dan Amerika Serikat yang dinilai merusak peluang diplomasi. “Kami tidak keberatan bernegosiasi. Tapi kekejaman yang dilakukan Israel – terhadap kawasan dan negara kami – telah menciptakan krisis yang dalam,” ujar Pezeshkian.

Pernyataan ini muncul setelah serangan udara Israel pada 13 Juni yang menewaskan sejumlah pejabat militer Iran, ilmuwan nuklir, serta warga sipil. Pezeshkian menyebut serangan itu sebagai “agresi terang-terangan tanpa alasan”.

Lebih lanjut, ia mengungkap bahwa pada 22 Juni, Amerika Serikat memperburuk ketegangan dengan menyerang tiga lokasi nuklir Iran. Ia menilai tindakan tersebut sebagai pelanggaran terhadap Piagam PBB dan Perjanjian Non-Proliferasi (NPT).

Iran dan negara-negara Barat sebelumnya telah melakukan lima putaran perundingan tak langsung, yang dimediasi oleh Oman. Pertemuan lanjutan dijadwalkan berlangsung di Muscat pada 15 Juni, namun terganggu oleh eskalasi kekerasan.

Pezeshkian menekankan bahwa Iran tidak pernah memulai perang, dan hanya ingin perdamaian yang dibangun di atas rasa saling percaya. “Sejak saya menjabat, moto saya adalah memupuk persatuan di dalam negeri dan menciptakan kedamaian dengan sesama dan dunia,” tambahnya.

Presiden juga mengecam kampanye misinformasi Israel yang selama puluhan tahun menggambarkan Iran sebagai ancaman nuklir. Ia menyebut Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebagai aktor utama yang menyebarkan narasi palsu kepada setiap Presiden AS.

“Kami tidak pernah mengejar senjata nuklir, tidak sedang mengejarnya, dan tidak akan pernah mengejarnya,” tegasnya, merujuk pada fatwa Ayatollah Khamenei yang melarang senjata pemusnah massal.

Meski menyerukan dialog, Pezeshkian menegaskan bahwa Iran siap mempertahankan diri jika kembali diserang. Ia bahkan mengklaim bahwa Israel sempat berusaha membunuhnya dalam agresi 12 hari terakhir, dengan memanfaatkan jaringan mata-mata dan data intelijen.

“Kami siap membela rakyat kami, kemerdekaan kami, dan kebebasan tanah kami hingga nafas terakhir. Kami tidak takut mati,” ujarnya penuh keyakinan.

Ia menutup dengan pesan tajam kepada Washington: “Presiden AS punya pilihan—membawa kawasan ini ke arah perdamaian atau menyeretnya ke dalam perang yang tak berkesudahan.”.[]


Tinggalkan Komentar