telusur.co.id - Panglima Angkatan Darat Iran, Jenderal Abdolrahim Mousavi, memanfaatkan momentum demonstrasi tahunan Hari Quds yang digelar pada Jumat (28/3) untuk menyerukan kebangkitan global melawan Israel dan Amerika Serikat, serta meramalkan keruntuhan "rezim Zionis yang tak memiliki akar" dalam waktu dekat.
Dalam sebuah wawancara di rapat umum di Teheran, Jenderal Mousavi menggambarkan Hari Quds sebagai “garis pemisah antara kebenaran dan kepalsuan,” dan menegaskan pentingnya kesatuan umat manusia yang sadar untuk melawan "aliansi jahat" yang dibentuk antara Israel dan AS.
“Ini adalah hari pemisahan kebenaran dari kepalsuan dan kebaikan dari kejahatan,” ujar Mousavi, yang mengaitkan peringatan Hari Quds dengan nilai-nilai Al-Quran dan warisan revolusioner Iran.
Mousavi: Perlawanan Global Terus Berkembang
Jenderal Mousavi juga menekankan bahwa perlawanan global terhadap Israel semakin berkembang. Ia menyoroti peningkatan dukungan internasional terhadap perjuangan Palestina dan menegaskan, "Setiap tahun, semakin banyak orang meninggalkan kesunyian mereka dan bergabung dalam barisan melawan rezim Zionis terkutuk dan para pendukungnya di Amerika."
Mousavi juga menegaskan bahwa Palestina dan bangsa-bangsa tertindas lainnya akan terus menuntut hak mereka melalui perlawanan. Ia menghubungkan strategi Iran dengan ajaran pendiri Republik Islam, Ayatollah Ruhollah Khomeini, dan memuji Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Seyyed Ali Khamenei yang telah mengarahkan jalan menuju kemenangan final.
“Ancaman terhadap kita sudah ada sejak Revolusi Islam pertama kali dimulai, dan hingga sekarang kami tetap teguh: Perlawanan adalah jawabannya,” ujar Mousavi, menegaskan komitmen Iran untuk terus mendukung perlawanan Palestina.
Hari Quds: Simbol Perlawanan Global Terhadap Penindasan Israel
Hari Quds, yang didirikan pada 1979 oleh Imam Khomeini, diperingati setiap Jumat terakhir bulan Ramadan sebagai hari solidaritas global terhadap Palestina. Hari ini juga menjadi platform untuk mengutuk pendudukan Israel atas wilayah Palestina dan mendukung kedaulatan negara tersebut.
Tahun ini, peringatan Hari Quds berlangsung di tengah meningkatnya jumlah korban jiwa warga Palestina, dengan lebih dari 50.000 nyawa melayang di Gaza sejak Oktober 2023 akibat agresi militer Israel. Keadaan ini semakin diperburuk oleh eskalasi serangan Israel di Lebanon, Suriah, dan Tepi Barat.
Serangan Israel di Gaza, Lebanon, dan Tepi Barat
Serangan udara Israel di Lebanon telah menyebabkan lebih dari 3.700 kematian, sementara ribuan lainnya terpaksa mengungsi akibat kekerasan yang terus meningkat. Israel juga kembali melanggar gencatan senjata yang disepakati pada akhir 2024, dengan serangan terbaru terjadi di distrik Dahiye, Beirut, pada Jumat (28/3).
Di Tepi Barat, agresi militer Israel dan kekerasan yang dilakukan oleh pemukim Israel—seiring dengan terus meluasnya aktivitas permukiman—telah menyebabkan semakin banyak masyarakat Palestina terpaksa mengungsi dan ketidakstabilan semakin meluas di kawasan tersebut.
Hari Quds tahun ini semakin menyoroti ketidakadilan yang dialami oleh rakyat Palestina, serta semakin kuatnya solidaritas internasional terhadap perjuangan mereka. Dengan dukungan global yang terus berkembang, Jenderal Mousavi dan Iran menyatakan tekadnya untuk terus memperjuangkan kebebasan Palestina, sambil menantikan keruntuhan rezim Zionis yang menurutnya sudah semakin rapuh.[iis]