Soal Tawaran Minyak dari Rusia, Hafisz Tohir: Kita Bisa Beli dari Mana Saja - Telusur

Soal Tawaran Minyak dari Rusia, Hafisz Tohir: Kita Bisa Beli dari Mana Saja

Diskusi Forum Komunikasi dan Sosialisasi Kinerja DPR RI, Pers Dalam Menyukseskan P20 “Stronger Parliament For Sustainable Recovery” di Bogor, Jawa Barat, Jumat (16/9/22). (Foto: telusur.co.id).

telusur.co.id - Pemerintah semestinya merespons tawaran minyak murah dari Rusia. Alasannya, karena Indonesia adalah negara berdaulat yang siap berdagang dengan negara mana saja.

Begitu disampaikan Wakil Ketua BKSAP DPR RI Achmad Hafisz Tohir dalam diskusi Forum Komunikasi dan Sosialisasi Kinerja DPR RI, Pers Dalam Menyukseskan P20 “Stronger Parliament For Sustainable Recovery” di Bogor, Jawa Barat, Jumat (16/9/22).

“Kita tidak punya kepentingan terkait dengan perang Rusia-Ukraina, jadi kita bisa beli minyak dari mana saja,” katanya

Mantan Ketua Komisi V DPR RI ini mengatakan, mestinya aspek perdagangan internasional tidak dikait-kaitkan dengan kepentingan politik negara-negara besar.

“Kita ini Non Blok, tidak ikut blok AS dan blok Rusia, jadi pemerintah tidak perlu takut dengan siapapun,” ujarnya.

Terkait dengan ancaman embargo AS jika membeli minyak Rusia, Waketum PAN ini menegaskan Indonesia harus pandai-pandai melakukan diplomasi, seperti yang dilakukan Turki saat ini.

“Mereka beli gas Rusia, namun juga beli pesawat tempur dari AS,” ucapnya.

Diakui Hafisz, dampak perang Rusia-Ukraina menyebabkan terjadinya krisis energi dan pangan secara global.

“Pasokan dan jalur distribusi terganggu, sehingga harga minyak dan gas dunia menjadi mahal, karena itu berdampak di dalam negeri,” ujarnya.

Menyinggung soal Forum P20, Hafisz menambahkan bahwa delegasi DPR RI mengajukan sejumlah draf joint statement untuk dibahas dalam Forum P20 Summit, Oktober mendatang. Bila disetujui, usulan tersebut akan menjadi keputusan bersama.

“Masukan pertama adalah menyuarakan kebutuhan pendanaan perubahan iklim yang dijanjikan negara -negara maju, sebesar 100 miliar dolar AS,” tuturnya.

Menurutnya, Indonesia selama ini diminta mematuhi dan mengikuti Paris Agreement terhadap climate change, green economy dan sebagainya.

“Masukan kedua, mendorong World Trade Organization (WTO) untuk terus melakukan negosiasi dan memperbaiki sistem perdagangan global. Hal itu dalam rangka mencegah overfishing dan overcapacity,” ujarnya.

Menurutnya, Indonesia selama ini diminta mematuhi dan mengikuti Paris Agreement terhadap climate change, green economy dan sebagainya.

“Masukan kedua, mendorong World Trade Organization (WTO) untuk terus melakukan negosiasi dan memperbaiki sistem perdagangan global. Hal itu dalam rangka mencegah overfishing dan overcapacity,” ujarnya.

Kemudian yang ketiga, mendukung pembentukan Financial Intermediary Fund (FIF) for Pandemic, sebagai wadah kerja sama finansial. Yakni dalam mendukung pemulihan paska pandemi.

“Adapun yang keempat adalah menyerukan penguatan peran parlemen paska pandemi. Yang sejalan dengan prinsip-prinsip demokrasi,” imbuhnya.

Dikatakannya, upaya-upaya pemulihan ekonomi tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi. Seperti transparansi, partisipasi publik, penyelenggaraan pemilu dan lain-lain.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Biro BKSAP Endah Tjahjani Dwirini menjelaskan, sebanyak 36 negara  sudah mengkonfirmasi untuk hadir dalam P20. Dimana terdiri dari 20 ketua parlemen negara anggota G20 dan 16 ketua parlemen dari negara yang dianggap strategis untuk DPR.

“Misalnya Fiji yang menjadi Ketua Pacific Forum. Kemudian Ketua African Forum dan sejumlah negara yang bukan anggota G20,” tegasnya.

Ketua parlemen yang juga sudah konfirmasi untuk hadir adalah Rusia dan Ukraina.

“Meski Israel adalah anggota IPU, namun kita tidak mengundang dalam P20 ini, begitu pula dengan  Parlemen Taiwan, keduanya tidak diundang,” pungkasnya. [Tp]


Tinggalkan Komentar