telusur.co.id - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki memastikan, kementeriannya akan terus membangun dan memperkuat bisnis model di sektor pertanian (pangan), agar bisa masuk skala ekonomi.
"Untuk itu, para petani berlahan sempit harus bergabung atau mendirikan koperasi, agar masuk skala ekonomi," kata Teten dalam kunjungan kerja di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Sabtu kemarin.
Dalam kunjungan kerja kali ini, Teten meninjau musim petik komoditas buncis (jenis lokal dan Kenya) untuk ekspor ke Singapura, di Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja dan meresmikan Tani Bangga Store (Pasar Tani milik koperasi) di Desa Gemuruh, Kecamatan Padamara, Purbalingga.
Menurut Teten, dengan berkoperasi, para petani tidak lagi memikirkan produknya mau dijual kemana. Karena, koperasi yang akan berhadapan dengan pasar, agar ada kepastian harga dan pasar bagi produknya. Jika petani yang langsung berhadapan dengan pasar (buyer), terutama peritel besar, maka akan selalu kalah dalam posisi tawar.
Teten juga mengapresiasi apa yang sudah dilakukan Ngahadi dalam membangun bisnis model di sektor pertanian, dengan menempatkan koperasi sebagai Off-Taker.
"Untuk membangun bisnis model seperti itu, kita harus bekerjasama antara pemerintah pusat dengan para Kepala Daerah dan para Local Heroes seperti Mas Ngahadi ini," ungkapnya.
Berorientasi Ekspor
Dalam kesempatan yang sama, Ngahadi Hadi Prawoto yang juga Ketua Koperasi Petani Max Yasa menjelaskan, tujuan didirikannya Tani Bangga Store (minimarket/pasar moderen), ialah untuk mencetak petani-petani lebih moderen dalam pola pikir dan proses produksi, serta berorientasi ekspor.
"Sejak awal tanam hingga proses petik hasil, kami mendampingi para petani agar mampu menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan kemasan produk yang baik," kata Ngahadi.
Ngahadi yang merupakan anggota Koperasi Makmur Mandiri (KMM) yang berpusat di Bekasi, Jawa Barat (mitra LPDB-KUMKM) menyebutkan bahwa Tani Bangga Store menyediakan segala kebutuhan dapur para ibu. Tak hanya menyediakan komoditas sayuran dan buah-buahan, Tani Bangga Store juga menyediakan produk lain, seperti ikan, daging, minyak goreng, dan lain-lain.
Ngahadi mengaku, untuk pengembangan usahanya itu, sudah banyak bank (BUMN dan swasta) yang menawarkan kredit berbunga sangat rendah. "Tapi, saya memilih menjadi anggota koperasi. Dan setelah berkembang, kami mendirikan koperasi sendiri, yaitu Koperasi Petani Max Yasa, yang artinya menuju kemakmuran dalam bahasa Sangsekerta," kata Ngahadi.
Atas kiprahnya tersebut, belum lama ini, Ngahadi mendapat pengakuan dari pemerintah sebagai Duta Petani Andalan yang dikukuhkan oleh Presiden RI Joko Widodo.
"Tujuan hidup saya bukan untuk memperkaya diri, melainkan untuk membangun dan mengembangkan ekonomi petani, khususnya di Purbalingga. Kalau untuk pribadi, saya sudah cukup hidup dari peternakan ayam yang menghasilkan telur ayam sebanyak 360 kilogram perhari," terang Ngahadi.
Memang, Koperasi Max Yasa baru didirikan Ngahadi pada Februari 2020. Namun, kiprah Ngahadi membina sekitar 500 petani di Purbalingga sudah dilakukan sejak 2014 lalu. "Saat itu, langkah pertama saya adalah mengubah pola pikir atau mindset petani. Selain mengubah pola produksi, saya juga meyakinkan mereka bahwa petani juga adalah enterpreneur," ungkap Ngahadi.
Sebagai OffTaker, Ngahadi juga melakukan aneka pendampingan dan pembinaan para petani. Dari mulai menyediakan bibit yang unggul, pupuk, cara menanam dan memetik yang baik, hingga pemasaran.
Ngahadi mencontohkan petani buncis jenis kenya dan lokal. Sebelum mendapat pembinaan dan pendampingan, mereka hanya mampu melakukan enam kali petik. "Sekarang, mereka sudah mampu 24 kali petik dengan hitungan sehari petik sehari tidak dalam kurun waktu dua bulan," jelasnya.
Bahkan, dari sisi harga pasaran buncis, Ngahadi berani membeli dari petani dengan harga tinggi, di atas harga pasar. Misalnya, pernah harga buncis anjlok hingga hanya Rp500 perkilogram. Tapi, Ngahadi tetap membeli dari petani dengan kisaran harga Rp5000-Rp10000.
"Saya pernah mengalami kerugian ratusan rupiah. Tapi, saya tidak menyerah dan jalan terus. Karena, saya meyakini produk-produk pertanian yang kami hasilkan, memiliki prospek yang bagus," tandas Ngahadi.
Ngahadi yang juga Ketua Pemuda Tani Purbalingga menjelaskan, beberapa komoditas yang dihasilkan para anggota koperasi sudah masuk ke pasar ekspor. Seperti labu madu, tomat, daun pisang, dan uni, dikirim ke Singapura. Sedangkan buah rambutan, pernah menghiasi pasar di Dubai.
"Selain untuk ekspor, kami juga memasok komoditas kentang sebanyak 320 ton ke industri besar Wings Food sejak tahun 2020," imbuhnya.
Ngahadi bersama petani Purbalingga sudah melakukan ekspor rutin hasil pertanian (buncis) ke Singapura. Sebelum pandemi volume ekspor mencapai 1,5 ton perhari. Tetapi, pada saat pandemi, mengalami penurunan volume ekspor sebesar 50% menjadi 700 kilogram buncis Kenya perhari, dan 700 kilogram buncis lokal perhari.
Sedangkan untuk harga jual, komoditas buncis Kenya Rp18.000 per kilogram dan buncis lokal Rp12.000 per kilogram. Pengiriman buncis dilakukan setiap Senin sampai dengan Kamis menuju Singapura melalui Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Saat ini, ekspor yang dilakukan Koperasi Max Yasa masih dalam bentuk komoditas segar. "Namun, ke depan, kami akan mengarah dan masuk ke industri olahan," pungkas Ngahadi[Fhr]