telusur.co.id - Owner Bandar Laut Dunia (BALAD) Grup, HRM. Khalilur R Abdullah Sahlawiy atau akrab disapa Gus Lilur, mengirimkan surat elektronik (surel) kepada Presiden Republik Indonesia, Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto. Selasa, (14/10/2025).
Dalam suratnya, Gus Lilur menyampaikan usulan strategis agar pemerintah menghentikan ekspor Benih Bening Lobster (BBL) ke Vietnam dan menggantinya dengan ekspor lobster berukuran 50 gram. Ia menilai langkah tersebut tidak hanya akan memberi nilai tambah ekonomi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat pesisir.
“Pergantian ekspor BBL menjadi ekspor lobster 50 gram ini akan membuka ratusan ribu lapangan kerja serta menaikkan harga jual lobster,” ujar Founder GP Sakera ini dalam surelnya.
Sebagai pengusaha perikanan dan penulis buku Prabowo untuk Indonesia Raya, Gus Lilur menilai kebijakan baru ini akan mendorong para pengekspor untuk beralih pada kegiatan budidaya lobster berkelanjutan, bukan sekadar penjualan benih. Menurutnya, ide tersebut sejalan dengan visi kemandirian ekonomi dan pemberdayaan rakyat yang selama ini ditekankan oleh Presiden Prabowo.
Dalam suratnya, alumni Aktivis HMI UIN Jakarta, Ciputat ini juga mengapresiasi keputusan Presiden Prabowo yang telah menyetop ekspor BBL pada 1 Agustus 2025. Langkah tersebut dinilai tepat karena sekaligus memindahkan kewenangan pengaturan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjadi di bawah Peraturan Presiden (Perpres).
Namun, ia mengingatkan bahwa hingga kini Perpres yang dimaksud belum diterbitkan.
“Saya sangat bahagia ketika Bapak Presiden menyetop ekspor BBL pada 1 Agustus 2025. Hanya saja, kami berharap Perpres yang mengatur hal ini segera terbit agar arah kebijakan menjadi lebih jelas dan berpihak kepada rakyat,” sambung Ketua Umum Netra Bakti Indonesia (NBI) ini.
Penerima Penghargaan Tokoh Muda Nahdliyin Inspiratif versi Forum Jurnalis Nahdliyin (FJN) itu menambahkan, gagasan ekspor lobster 50 gram telah mendapatkan dukungan positif dari sejumlah pejabat Kementerian Pertanian dan Lingkungan Hidup Vietnam (Ministry of Agriculture and Environment Vietnam).
“Saya sudah berdiskusi dengan beberapa pejabat MAE Vietnam. Mereka setuju bila ekspor BBL diganti dengan ekspor lobster 50 gram karena hal itu justru mengurangi risiko kematian lobster di masa pergantian kulit,” sebut alumni santri Denanyar, Jombang ini.
Kader muda NU ini menilai, kebijakan ekspor lobster ukuran lebih besar akan meningkatkan pendapatan nelayan, memperkuat industri perikanan budidaya nasional, serta mengurangi dominasi mafia lobster yang selama ini menguasai perdagangan BBL.
Pengusaha asal Situbondo ini mengungkapkan bahwa, pemerintah perlu membuka akses ekspor seluas-luasnya bagi rakyat tanpa sistem kuota yang berpotensi dimonopoli segelintir pihak.
“Ekspor sebaiknya diatur oleh negara, tapi rakyat harus diberi kesempatan yang sama untuk menjual tanpa kuota-kuotaan yang justru memunculkan praktik monopoli,” ujar pengusaha pegiat filantropi ini.
Sebagai penutup, Gus Lilur menyampaikan optimisme bahwa kepemimpinan Presiden Prabowo akan membawa perubahan besar bagi sektor kelautan dan perikanan Indonesia.
“Saya yakin dan percaya, di tangan Bapak Presiden, Indonesia akan berjaya di darat, laut, dan udara,” tutup Tokoh Nahdliyin Inspiratif versi Forum Jurnalis Nahdliyin (FJN) ini.
Surat elektronik yang dikirim Gus Lilur ini menjadi bentuk aspirasi konstruktif pelaku usaha perikanan budidaya terhadap kebijakan nasional di bidang kelautan. Usulan tersebut diharapkan dapat menjadi pertimbangan strategis pemerintah untuk memperkuat kedaulatan ekonomi laut dan meningkatkan kesejahteraan nelayan di seluruh Indonesia.
“SUREL
Surat Elektronik:
Kepada Yang Terhormat
Presiden Republik Indonesia
Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto
Di Tempat
Assalamu'alaikum wa Rohmatullahi wa Barokatuh
Merdeka !!!
Salam Sejahtera Saya sampaikan semoga Bapak Presiden senantiasa sukses memimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi Adil, Makmur, Jaya, Sentosa di bawah naungan Ridho Allah, Tuhan yang Maha Kuasa.
Bapak Presiden,
Perkenalkan Nama Saya:
HRM. Khalilur R Abdullah Sahlawiy
Founder Owner
PT. Bandar Laut Dunia Grup - BALAD Grup.
Penulis Buku PRABOWO UNTUK INDONESIA RAYA - Cetak 2014.
Saya bangga dan Bahagia, Sosok yang Saya dukung jadi Presiden pada 2014 akhirnya terpilih menjadi Presiden pada 2024.
Alhamdulillah
Bapak Presiden Yang Terhormat,
Saya adalah Pengusaha Perikanan Budidaya.
Selama 19 Bulan sejak Awal Tahun 2024 sampai Juli 2025 Saya mempelajari Budidaya Lobster di Vietnam dan sedang berbudidaya Lobster di beberapa Teluk di Gugusan Teluk Kangean Sumenep Jawa Timur.
Bapak Presiden,
Mohon izin memberikan Usulan;
Budidaya Lobster di Vietnam sangat bergantung pada suplai Benih Bening Lobster / BBL dari Indonesia.
Saya sangat bahagia ketika Bapak Presiden menyetop dan memberhentikan Ekspor Benih Bening Lobster per 1 Agustus 2025 kemudian mengambil alih otoritas pengaturan Ekspor BBL dari Kepmen KKP No. 7 Tahun 2024 menjadi di bawah PERPRES meskipun PERPRES tersebut belum terbit.
Sehubungan belum terbitnya PERPRES tersebut perkenankan Saya memberikan Usulan pada Yang Terhormat Bapak Presiden, begini usulan Saya;
Stop dan hentikan Ekspor Benih Bening Lobster / BBL dari Republik Indonesia ke Republik Sosialis Vietnam.
Gantikan Ekspor Benih Bening Lobster dari Republik Indonesia ke Republik Sosialis Vietnam dengan Ekspor Lobster dengan berat 50 Gram.
Pergantian Ekspor BBL menjadi Ekspor Lobster 50 Gram ini akan membuat Para Pengekspor BBL harus berbudidaya Lobster setidaknya selama Dua Bulan.
Kegiatan Budidaya Lobster 50 Gram selama Dua Bulan ini akan membuka Ratusan Ribu Lapangan Kerja serta menaikkan Harga jual Lobster.
Jika Penjualan BBL berkisar 1.5 US$ - 3 US$, maka penjualan Lobster 50 Gram setidaknya bisa dipatok di harga 5 US$ dan Pemerintah RI bisa menetapkan tarif Ekspor minimal 1 US$ per Ekor.
Republik Sosialis Vietnam malah akan semakin bahagia karena terhindar dari 1 proses pergentian kulit dari BBL menjadi Lobster 50 Gram yg berpotensi menyebabkaj kematian baik akibat kanibalisme sesama Lobster maupun akibat penyakit saat pergantian kulit.
Ekspornya silahkan diatur oleh Negara dengan membebaskan siapa pun Rakyat Republik Indonesia bisa jualan tanpa kuota-kuotaan yang ujungnya hanya dimonopoli Mafia Lobster.
Bapak Presiden,
Saya bahagia ketika melihat Video Bapak di Media Sosial di mana Bapak Presiden mengatakan begini:
Jangan ada lagi kuota-kuotaan, bebaskan saja siapapun mengimpor dan mengekspor.
Pernyataan Bapak Presiden tersebut sungguh sangat Patriotis, Darah Nasionalisme Saya bergejolak menyaksikan Video Bapak Presiden tersebut, sedihnya di Ekspor Benih Bening Lobster masih ada Kuota-kuotaan.
Sebelum menulis SUREL ini, beberapa Bulan yang lalu Saya sempat berdiskusi dengan beberapa Pejabat dan Birokrat Kementerian MAE Vietnam - Ministry Agriculture Environment Vietnam, lalu tadi pagi (Senin 13 Oktober 2025 pukul 09.00 WIB) Saya menelp 3 Pejabat Vietnam yang mengatur Impor dan Karantina BBL, Saya menanyakan pada Beliau bertiga bagaimana kalau Ekspor BBL diganti Ekspor Lobster 50 Gram?
Jawaban 3 Pejabat di MAE sungguh melegakan, Beliau bertiga setuju.
Demikian Usulan ini Saya haturkan, semoga Bapak Presiden berkenan menerimanya.
Saya yakin dan percaya, di tangan Bapak Presiden, Republik Indonesia akan berjaya di Darat, di Laut dan di Udara.
Mohon dimaafkan jika Rakyat Biasa seperti Saya lancang mengajukan Usulan ini.
Saya doakan Bapak Presiden panjang umur dan sukses membawa Indonesia menjadi Negara yang dihormati Negara lainnya di Seluruh Dunia.
Demikian Surat Elektronik ini Saya sampaikan, semoga Bapak Presiden berkenan.
Merdeka !!!
Wassalamu'alaikum wa Rohmatullahi wa Barokatuh
Surabaya, Senin 13 Oktober 2025
Kantor Bandar Laut Dunia Grup
Graha Pena Ekstensi
10 Flr
Jl. Ahmad Yani No. 88
Ketintang Gayungan
Surabaya
Jawa Timur
Indonesia
60231
Salam Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
HRM. Khalilur R Abdullah Sahlawiy
Founder Owner
Bandar Laut Dunia Grup
Penulis Buku Prabowo Untuk Indonesia Raya,” demikian bunyi surat elektronik yang dibuat Gus Lilur untuk Presiden Prabowo. (ari)