AS Galang Dukungan Negara-negara Kaya di G7 Hadapi Cina dan Rusia - Telusur

AS Galang Dukungan Negara-negara Kaya di G7 Hadapi Cina dan Rusia

Kelompok G7

telusur.co.id - Pertemuan negara-negara kaya Kelompok G7 yang dihadiri para diplomat negara anggota, juga oleh Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell, digelar di London membahas sejumlah isu seperti hak asasi manusia, kondisi ekonomi dunia setelah pandemi Corona, dan upaya menghadapi ancaman-ancaman baru.

Di antara tema sentral pertemuan Kelompok G7 yang dibuka hari Senin (3/5/21) di London, adalah perubahan iklim, dan masalah ekonomi.

Pertemuan ini merupakan pertemuan pertama yang digelar Kelompok G7 dalam dua tahun terakhir. Meskipun tema utama pertemuan adalah mengkaji masalah ekonomi negara anggota, akses adil terhadap vaksin Corona dan perubahan iklim, namun isu Rusia dan Cina tetap menjadi momok bagi beberapa anggota G7.

Meningkatnya ketegangan politik antara Uni Eropa dan Rusia termasuk yang akan dibahas dalam pertemuan ini.

"Kelompok negara-negara kaya dunia G7 harus membentuk sebuah mekanisme reaksi cepat untuk merespon propaganda dan disinformasi Rusia," Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab, seperti dilansir Parstoday, Senin (3/5/21).

Negara-negara Barat menuduh Cina dan Rusia menyebarkan informasi keliru untuk menciptakan ketidakpercayaan pada Barat, masalah ini sudah dibantah keras oleh Moskow.

Cina merupakan isu lain yang dibahas negara-negara kaya G7 di London. Ketegangan hubungan Amerika Serikat dan Cina terus berlangsung, dan meski terjadi pergantian kepemimpinan di AS, ketegangan ini tidak surut.

Kenyataannya pejabat AS tengah berusaha mengajak Kelompok G7 bersama-sama melawan Cina. Sementara di sisi lain kerja sama masyarakat internasional dengan Cina justru mengalami peningkatan dalam beberapa bulan terakhir.

Pejabat AS dan Inggris dalam beberapa bulan kebelakang memperingatkan peningkatan hubungan strategis Cina dan Rusia. Dalam pertemuan di London, AS dan Inggris sepertinya akan berupaya memprovokasi sekutu-sekutunya untuk meningkatkan perlawanan terhadap Cina.

Meningkatnya kekuatan Cina telah menyebabkan pejabat AS dari dua sisi yaitu ekonomi dan keamanan semakin khawatir. Mereka dari sisi ekonomi mencemaskan peningkatan kekuatan Cina, yang mengancam posisi AS sebagai kekuatan ekonomi dunia pertama.

Di sisi keamanan, AS semakin mencemaskan posisinya sebagai polisi dunia. AS sekian lama menganggap dirinya sebagai adidaya dan polisi dunia, sekarang Washington tampak semakin terancam kehilangan posisi ini.

Mantan Menteri Luar Negeri AS Henry Kissinger mengatakan, "AS untuk pertama kalinya dalam sejarah berhadapan langsung dengan sebuah negara yang secara potensial memiliki kemampuan yang sebanding dengan AS di bidang ekonomi dan memiliki kelihaian sejarah unggul dalam mengelola urusan internasional."

Meskipun sekarang AS berusaha mengajak Eropa untuk melawan Cina, tapi sikap para pejabat Eropa menunjukkan bahwa Eropa menekankan kebijakan otonomi berasaskan kerja sama, hal ini terbukti dengan adanya penandatanganan sejumlah kontrak dagang dengan Cina.

Sepertinya AS sekarang tidak mampu menghadapi Cina sendirian sehingga berusaha mengajak sekutunya di Eropa. AS tampak sangat cemas dengan kebijakan ekonomi dan politiknya sendiri.

Realitasnya bagaimana masa depan politik dan ekonomi serta polarisasi negara-negara dunia akan terbentuk setelah wabah COVID-19, ditambah penguatan pengaruh Rusia dan Cina, telah menjadi kekhawatiran utama sebagian besar negara Kelompok G7 yang hadir di London. [Tp]


Tinggalkan Komentar